
Kampus Universitas Indonesia (Foto: Muti/Jurnas.com)
Jakarta, Jurnas.com - Warna-warni foto yang memotret kehidupan kota menghiasi area Perpustakaan Universitas Indonesia (UI) pada 1-3 Oktober 2025 lalu.
Pameran tersebut menjadi bagian dari Festival Pengabdian Masyarakat dan Inovasi Sosial UI 2025, dengan menghadirkan karya-karya yang menangkap realitas keseharian masyarakat urban, mulai dari senyum anak-anak di jalanan hingga dinamika di terminal kota.
Karya-karya itu juga merupakan hasil kolaborasi UI dengan komunitas Lensa Anak Terminal, yang diprakarsai oleh Setyo Manggala Utama.
Melalui pameran ini, pengunjung tak hanya disuguhkan foto, tetapi juga berbagai produk kreatif hasil tangan anak-anak terminal, seperti stiker, kartu pos, dan perhiasan. Seluruh karya membawa pesan bahwa pendidikan dan empati dapat menjadi sarana pemberdayaan bagi kelompok marginal.
"Festival ini jadi ruang pertemuan yang sangat penting. Melalui acara ini, kami bisa memperluas jejaring dan menjembatani agenda pengembangan sosial di Kota Depok dengan Universitas Indonesia," ujar Setyo.
Setyo mendirikan komunitas Lensa Anak Terminal pada 2021 di tengah situasi pandemi. Sebagai alumnus UI yang pernah aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), dia kerap melihat anak-anak berjualan di sekitar kampus, sebuah kenyataan yang kemudian menggugah hatinya.
"Ironis rasanya, kami dulu aktif mengadvokasi isu besar, tetapi hal yang paling dekat seperti anak-anak di sekitar UI, justru belum tersentuh," ujar dia mengenang.
ILUNI UI Terbitkan Buku Panduan Kesehatan Mental
Berangkat dari keprihatinan itu, Setyo mulai mendekati anak-anak di kawasan Terminal Depok dan mengenalkan mereka pada dunia fotografi. Dia memberikan pelatihan dasar tentang cara menggunakan kamera dan membimbing mereka menceritakan kisah melalui gambar.
Dalam perjalanannya yang telah memasuki tahun keempat, komunitas ini berhasil meraih berbagai pencapaian. Karya anak-anak Lensa Anak Terminal telah tampil di Jakarta International Photo Festival (JIPFest) selama empat tahun berturut-turut (2022–2025), serta di enam negara lain, yaitu Singapura, Malaysia, Jepang, Cina, Jerman, dan Inggris. Tak hanya itu, mereka juga telah menerbitkan tiga buku fotografi, salah satunya meraih JIPFest Photo Book Dummy Awards pilihan pengunjung.
Meski begitu, perjalanan ini tidak selalu berjalan mulus. Setyo menyebut ada tiga tantangan utama yang dihadapi komunitas ini, mulai dari menjaga komitmen anak-anak agar tetap aktif, menghadapi dinamika sosial di lingkungan terminal, hingga keterbatasan alat dan dana.
"Kamera bukan alat yang murah, tetapi kami tidak ingin semangat mereka padam hanya karena keterbatasan alat," kata dia.
Kesempatan tampil dalam Festival Pengabdian UI 2025 menjadi momentum penting bagi komunitas ini. Melalui pameran tersebut, publik dapat melihat bagaimana pendidikan berbasis kreativitas visual mampu mengubah cara pandang masyarakat terhadap anak-anak dari lingkungan marginal. Kolaborasi ini juga menunjukkan peran Direktorat Pengabdian Masyarakat dan Inovasi Sosial (DPIS) UI dalam mempertemukan dunia akademik dengan inisiatif sosial masyarakat.
"Selama ini, UI sering dipandang jauh dari masyarakat sekitar. Tetapi, kegiatan festival ini membuktikan sebaliknya. Ada kemauan untuk membangun jembatan antara kampus dan masyarakat. Dan kami ingin menjadi bagian dari jembatan itu," ujar Setyo.
Bagi Setyo, keterlibatan dalam festival ini bukan akhir perjalanan, melainkan langkah lanjutan untuk memperluas dampak sosial komunitasnya. Dia berharap karya dan cerita anak-anak terminal dapat terus hidup dan menginspirasi banyak orang.
"Kami ingin masyarakat melihat mereka bukan sebagai anak jalanan, tetapi sebagai generasi muda yang punya potensi besar," dia menambahkan.
Festival Pengabdian Masyarakat dan Inovasi Sosial UI 2025 menjadi ajang yang mempertemukan berbagai komunitas dan mitra masyarakat dengan sivitas akademika.
Di tengah ramainya festival, satu foto dari anak binaan Lensa Anak Terminal menarik perhatian pengunjung, yang berisi potret seorang anak memegang kamera bekas dengan tatapan mata berbinar ke arah cahaya.
Di balik foto sederhana itu, tersimpan makna mendalam tentang pengabdian bukan sekadar mengajar, tetapi memberi ruang bagi anak-anak untuk melihat dunia dari lensa mereka sendiri. (Zakiya/MAG)
KEYWORD :Universitas Indonesia Lensa Anak Terminal Pameran Foto Kampus UI