
Ilustrasi Kisah Kaum Sombong yang Dilanda Azab (Foto: Genmuslim)
Jakarta, Jurnas.com - Sombong dan ujub adalah dua sifat yang kerap muncul dalam kehidupan manusia, sering kali tanpa disadari. Dalam Islam, keduanya termasuk penyakit hati yang berbahaya dan tegas dilarang.
Larangan ini bukan tanpa alasan, sebab kesombongan menunjukkan penolakan terhadap kebenaran dan merendahkan sesama. Sedangkan ujub membuat seseorang merasa paling benar dan tak butuh peringatan.
Allah ﷻ menegaskan larangan tersebut dalam Surah Luqman ayat 18, yang melarang manusia memalingkan wajah karena sombong dan berjalan di bumi dengan angkuh. Dalam ayat itu juga ditegaskan bahwa Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.
Ayat tersebut memperlihatkan bahwa kesombongan bukan hanya sikap lahiriah, tapi juga cerminan kondisi batin yang menolak tawadhu. Penolakan ini menunjukkan lemahnya iman dan jauhnya hati dari ketaatan.
Rasulullah ﷺ memperingatkan bahwa sekecil apapun kesombongan dapat menjadi penghalang masuk surga. Hadis riwayat Muslim menyebutkan bahwa orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan seberat biji sawi pun tidak akan masuk surga.
Peringatan ini menunjukkan bahwa kesombongan tidak bisa ditoleransi, bahkan dalam kadar yang paling kecil. Sebab, sifat ini menumbuhkan rasa tinggi hati karena merasa lebih unggul dalam harta, ilmu, atau jabatan.
Padahal, segala yang dimiliki manusia hanyalah titipan yang sewaktu-waktu bisa diambil oleh Allah. Merasa hebat atas apa yang sebenarnya bukan milik mutlak adalah bentuk ketidakadaban spiritual.
Messi Pecahkan Rekor MLS saat Absen dari Timnas
Selain sombong, ujub juga menjadi penyakit yang tidak kalah berbahaya. Ujub adalah rasa takjub terhadap diri sendiri yang membuat seseorang enggan menerima masukan atau kritik.
Al-Qur’an menggambarkan akibat dari ujub dalam Surah Al-An’am ayat 44, di mana orang-orang yang melupakan peringatan Allah justru diberikan kesenangan, hingga akhirnya disiksa secara tiba-tiba. Ayat ini menunjukkan bahwa ujub bisa menutup hati dari petunjuk dan menyebabkan kehancuran.
Bahaya ujub terletak pada ilusi bahwa dirinya sudah cukup baik, padahal itu menjauhkan dari perbaikan diri. Jika sombong berkaitan dengan orang lain, maka ujub bersumber dari penilaian keliru terhadap diri sendiri.
Kedua sifat ini berasal dari akar yang sama, yaitu lupa bahwa semua kelebihan adalah karunia Allah. Ketika manusia menganggapnya sebagai hasil mutlak dari usaha pribadi, di situlah bahaya dimulai.
Islam mengajarkan sikap tawadhu, bukan hanya sebagai bentuk kerendahan diri, tapi juga pengakuan atas kebesaran Allah. Karena hanya Dia-lah yang berhak atas segala bentuk keagungan.
Rasulullah ﷺ menjadi teladan terbaik dalam hal ini, meski beliau manusia paling mulia, hidupnya dipenuhi sikap sederhana dan rendah hati. Tidak ada kesombongan dalam perkataannya, tidak pula dalam caranya memperlakukan orang lain.
Kesombongan dan ujub, meski terlihat sepele, adalah racun halus yang mengikis iman dari dalam. Jika dibiarkan tumbuh, keduanya akan menghalangi seseorang dari rahmat Allah SWT. (*)
KEYWORD :Sikap hati sifat tercela Sombong Ujub Islam