Minggu, 12/10/2025 18:34 WIB

20 Persen Sekolah di NTT Implementasi Penguatan Karakter

Plt Kepala BPMP Provinsi NTT, Irfan Karim, mengatakan lebih dari 20 persen dari total 14.800 sekolah di provinsi ini telah mengimplementasikan praktik penguatan karakter, melampaui target pengimbasan nasional.

Kegiatan Fasilitasi dan Advokasi Kebijakan Penguatan Karakter, di Kupang, Nusa Tenggara Timur (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Praktik baik implementasi penguatan karakter datang dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Plt Kepala BPMP Provinsi NTT, Irfan Karim, mengatakan lebih dari 20 persen dari total 14.800 sekolah di provinsi ini telah mengimplementasikan praktik penguatan karakter, melampaui target pengimbasan nasional.

"Sebagai perpanjangan tangan Kemdikdasmen, kami menempatkan penguatan karakter sebagai prioritas utama. Pembentukan karakter yang kuat adalah fondasi menghadapi tantangan global dan mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045," kata Irfan.

Dia menyebut percepatan kebijakan turunan di tingkat daerah, keterlibatan komite sekolah dan komunitas, serta partisipasi keluarga menjadi kunci agar capaian ini tidak berhenti pada angka, tetapi tumbuh menjadi budaya.

Kerja besar membangun bangsa dimulai dari ruang kelas, dari gerakan kecil di rumah, hingga percakapan di ruang publik. Penggalan kalimat tersebut cocok merefleksikan pemikiran Kepala Dinas Pendidikan Provinsi NTT, Ambrosius Kodo yang menekankan bahwa pendidikan karakter harus dimulai sejak jenjang dasar.

"Saya mengibaratkan, kalau membuat mobil, konstruksinya harus benar sejak awal. Kalau dari hulu sudah salah, kami di SMA/SMK sulit memperbaiki," ujar dia dalam kegiatan Fasilitasi dan Advokasi Kebijakan Penguatan Karakter, di Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada Selasa (8/10).

Lebih lanjut, Ambrosius menegaskan bahwa akademik bisa ditopang sekolah, tetapi karakter sebagian besar terbentuk dari keluarga. Karena itu, ia mengingatkan agar orang tua tidak sekadar menitipkan anak ke sekolah.

"Kalau guru menetapkan jam belajar pukul tujuh malam, jangan justru anak disuruh ke kios. Dukungan keluarga sangat penting," kata dia.

Ambrosius juga mengingatkan agar ketegasan guru tidak selalu dimaknai negatif. "Hukuman fisik tidak boleh, tetapi penegasan disiplin seperti berdiri di depan kelas atau menunda kenaikan kelas adalah bagian dari pembelajaran karakter. Jangan hanya demi naik kelas anak dipindahkan ke sekolah lain, karena anak tidak belajar dari kesalahannya," dia menambahkan.

Untuk memperkuat ekosistem belajar, Ambrosius merancang konsep jam belajar masyarakat. Pada jam tertentu, musik dikecilkan dan aktivitas lingkungan ditahan sementara agar anak-anak dapat belajar dengan tenang. Baginya, karakter adalah keterampilan universal yang lebih berharga dibanding sekadar kepintaran.

"Orang bisa pintar, tapi kalau tidak jujur atau culas, tidak ada gunanya. Sebaliknya, orang yang ramah dan jujur bisa dilatih kemampuan teknisnya," ujar dia.

Cerita inspiratif juga datang dari sekolah. Novi Adriana Riwu, Kepala SD Inpres Noelbaki di Kabupaten Kupang, menceritakan bagaimana sekolahnya mengintegrasikan Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat dalam keseharian siswa.

Awalnya, dia mengira kebiasaan seperti tidur cepat atau bangun pagi adalah urusan keluarga, bukan sekolah.

"Selama ini kami hanya mengatur jam masuk, bukan kapan anak harus tidur atau bangun. Namun, setelah menyadari bahwa gerakan ini bagian dari Penguatan Pendidikan Karakter dan mendukung Delapan Dimensi Profil Lulusan, kami mulai bergerak," kata Novi.

Dengan berpegang pada prinsip berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan, Novi menyampaikan bahwa SD Inpres Noelbaki meluncurkan inisiatif Satgas Sahabat Sekolah Dasar. Lima siswa kelas empat dan lima dipilih sebagai duta karakter. Mereka bukan hanya menggerakkan teman sebaya, tetapi juga mengkampanyekan kebiasaan baik kepada orang tua.

"Menariknya, ketika kampanye datang dari anak-anak, respons orang tua jauh lebih kuat dibandingkan jika dari guru," ujar Novi. Inisiatif ini bahkan mengantarkan sekolahnya meraih juara nasional dalam kompetisi praktik baik pendidikan karakter, sebuah pencapaian yang membuat anak-anak merasa suaranya diakui.

KEYWORD :

Penguatan Karakter Kemdikdasmen Provinsi NTT




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :