
Ilustrasi sedang duduk (Foto: Pexels/Andrea Piacquadio)
Jakarta, Jurnas.com - Duduk bisa membunuh, perlahan. Kita mungkin menghabiskan banyak waktu untuk duduk seperti di tempat belajar, tempat kerja, atau di depan layar. Studi terbaru mengungkap bahwa duduk terlalu lama setiap hari secara signifikan meningkatkan risiko gangguan metabolik dan jantung, bahkan pada orang muda dan aktif secara fisik.
Penelitian dari UC Riverside dan University of Colorado Boulder menunjukkan bahwa duduk selama delapan jam atau lebih per hari dapat meningkatkan dua penanda awal risiko penyakit: rasio kolesterol total terhadap HDL (TC/HDL) dan indeks massa tubuh (BMI). Yang mengejutkan, efek ini muncul bahkan pada orang yang rutin berolahraga.
"Meskipun pola makan tidak sehat dan merokok memainkan peran besar dalam meningkatkan BMI, lonjakan satu poin penuh yang kami lihat dalam data hanya disebabkan oleh duduk saja," kata Ryan Bruellman, peneliti utama dan kandidat doktor di Departemen Genetika, Genomik, dan Bioinformatika UCR dikutip Earth.
Berbeda dari banyak studi yang berfokus pada lansia, riset ini menganalisis lebih dari 1.000 orang dewasa muda di Colorado dengan usia rata-rata 33 tahun. Metodenya unik: mereka membandingkan kembar identik, fraternal, saudara kandung, dan saudara angkat untuk membedakan pengaruh gaya hidup dari faktor genetik.
Rata-rata, peserta melaporkan duduk selama 60 jam per minggu (sekitar 8,6 jam per hari). Mereka yang lebih aktif secara fisik cenderung memiliki biomarker yang lebih baik, tapi dampak duduk tetap terlihat jelas.
Studi ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik intens (seperti lari cepat atau bersepeda kencang) dapat mengimbangi sebagian efek buruk dari duduk. Orang yang melakukan 30 menit aktivitas berat setiap hari memiliki nilai BMI dan rasio kolesterol mirip dengan orang yang 5–10 tahun lebih muda dan kurang duduk.
Namun, manfaat dari olahraga intens menunjukkan batas efektivitas. Semakin banyak tidak selalu berarti semakin baik. Mengurangi waktu duduk tetap menjadi kunci utama.
Lima Cara Mudah agar Jantung Anda Sehat
Untuk memperkuat temuan tersebut, peneliti melakukan uji khusus terhadap kembar identik yang memiliki perbedaan signifikan dalam durasi duduk dan kebiasaan olahraga. Hasilnya, kembar yang duduk lebih sedikit dan lebih aktif secara intens memiliki nilai biomarker yang lebih sehat.
Mereka juga mengelompokkan peserta ke dalam dua pola gaya hidup. Kelompok pertama adalah mereka yang mengganti waktu duduk dengan aktivitas fisik, dan kelompok kedua adalah yang tetap duduk lama namun mencoba menebusnya dengan olahraga ekstra.
Ternyata, mereka yang mengganti waktu duduk secara langsung dengan aktivitas fisik menunjukkan hasil yang lebih baik daripada yang hanya “mengimbangi” tanpa mengurangi durasi duduk. Hal ini menegaskan bahwa mengurangi duduk adalah langkah yang tak bisa digantikan sepenuhnya oleh olahraga.
Meski demikian, peneliti mengingatkan bahwa data ini belum bisa dijadikan dasar diagnosis klinis. Indikator seperti BMI dan TC/HDL adalah tanda awal, bukan bukti pasti adanya penyakit.
Selain itu, studi ini bersifat observasional dan tidak dilakukan melalui uji coba acak. Namun, pendekatan berbasis kembar memberikan keunggulan dalam meminimalisir bias genetik dan lingkungan keluarga.
Di sisi lain, data durasi duduk yang dikumpulkan masih bersifat laporan pribadi, sehingga akurasinya bisa ditingkatkan di masa depan dengan perangkat pemantau aktivitas. Meski begitu, pola hubungan antara duduk, aktivitas, dan biomarker terlihat sangat jelas.
Studi ini menyimpulkan bahwa pedoman olahraga yang ada saat ini belum cukup untuk melawan dampak buruk duduk terlalu lama. Bahkan bagi orang muda, duduk berjam-jam tetap berbahaya meski mereka rutin berolahraga.
Karena itu, peneliti mendorong perubahan kebiasaan sehari-hari seperti berdiri lebih sering saat bekerja, berjalan di antara aktivitas, dan melibatkan diri dalam aktivitas berat secara rutin. Studi ini diterbitkan secara lengkap di jurnal ilmiah PLOS One. (*)
Sumber: Earth
KEYWORD :Efek Duduk Lama Kelamaan duduk Masalah kesehatan gangguan metabolik jantung