Jum'at, 10/10/2025 18:44 WIB

Sejarah Hari Kesehatan Mental Sedunia Tiap 10 Oktober dan Makna Peringatannya

Hari Kesehatan Mental Sedunia 10 Oktober: Merawat Jiwa di Tengah Krisis Global

Selena Gomez merayakan Hari Kesehatan Mental Sedunia tahun lalu di New York City (FOTO: GETTY IMAGE)

Jakarta, Jurnas.com - Setiap tanggal 10 Oktober, dunia memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia atau World Mental Health Day. Peringatan ini menjadi pengingat pentingnya menjaga kesehatan jiwa sebagai bagian tak terpisahkan dari kesejahteraan manusia.

Dikutip dari berbagai sumber, Hari Kesehatan Mental Sedunia pertama kali diinisiasi oleh World Federation for Mental Health (WFMH) pada tahun 1992. Saat itu, isu kesehatan mental belum banyak mendapat perhatian, baik di tingkat kebijakan maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Namun seiring waktu, kampanye ini berkembang menjadi gerakan global yang didukung berbagai organisasi dunia seperti WHO dan UNICEF. Isu kesehatan mental kini menjadi bagian dari dialog publik, kebijakan sosial, hingga gerakan akar rumput.

Tiap tahun, peringatan ini mengangkat tema berbeda yang disesuaikan dengan tantangan kesehatan jiwa di tingkat global. Tahun ini, tema yang diusung adalah "Mental Health in Humanitarian Emergencies" atau Kesehatan Mental dalam Situasi Darurat Kemanusiaan. Termasuk di antaranya akses ke layanan - kesehatan mental dalam bencana dan keadaan darurat.

Tema tersebut menyoroti pentingnya akses layanan kesehatan mental bagi masyarakat terdampak bencana, konflik, atau krisis lainnya. Dalam situasi genting, kesehatan jiwa sering kali menjadi korban yang tak terlihat.

Data WHO mencatat bahwa satu dari lima orang di daerah terdampak krisis mengalami gangguan kesehatan mental. Bentuknya bisa berupa stres berat, depresi, kecemasan, hingga trauma jangka panjang.

Karena itu, Hari Kesehatan Mental Sedunia tahun ini tidak hanya fokus pada kesadaran, tetapi juga pada upaya konkret agar layanan psikososial bisa diakses dengan cepat dan manusiawi. Dukungan mental menjadi bagian penting dari respons darurat, setara dengan bantuan medis dan logistik.

Di Indonesia, isu ini menjadi relevan mengingat tingginya risiko bencana alam dan dampaknya terhadap kesehatan jiwa masyarakat. Selain itu, masih banyak korban krisis yang belum mendapatkan pendampingan psikologis pascakejadian.

Melalui peringatan ini, masyarakat diajak untuk lebih terbuka terhadap isu kesehatan mental dan menghapus stigma yang selama ini menghalangi orang untuk mencari bantuan. Menjaga kesehatan jiwa bukan tanda kelemahan, melainkan bentuk kepedulian terhadap diri sendiri dan orang lain.

Kesadaran kolektif ini juga diharapkan mendorong pemerintah dan lembaga terkait untuk berinvestasi lebih dalam layanan kesehatan mental. Akses yang adil dan merata terhadap perawatan jiwa harus menjadi bagian dari sistem kesehatan yang inklusif.

Hari Kesehatan Mental Sedunia bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi pengingat bahwa kesehatan jiwa adalah hak semua orang. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, merawat mental adalah tindakan kemanusiaan yang tak boleh ditunda. (*)

KEYWORD :

Hari Kesehatan Mental Sedunia 10 Oktober Sejarah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :