Kamis, 09/10/2025 01:47 WIB

Parenting Islami, Cegah Anak jadi Koruptor Sejak Dini

Kasus korupsi masih terus membayangi masa depan bangsa. Namun solusi jangka panjang tak cukup hanya mengandalkan hukum, melainkan harus dimulai dari keluarga.

Ilustrasi - Koruptor (Foto: Pexels/Tima Miroshnichenko)

Jakarta, Jurnas.com - Kasus korupsi masih terus membayangi masa depan bangsa. Namun solusi jangka panjang tak cukup hanya mengandalkan hukum, melainkan harus dimulai dari keluarga.

Dalam Islam, orang tua memegang peran penting dalam membentuk karakter anak. Bukan hanya memberi nafkah, tetapi juga menanamkan nilai iman, akhlak, hingga tanggung jawab.

Al-Qur’an menegaskan hal ini melalui firman Allah dalam Surah At-Tahrim ayat 6. Allah memerintahkan agar setiap orang menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka, yang berarti mendidik mereka menuju jalan ketaatan.

Ayat ini bukan sekadar peringatan, tapi panggilan untuk bertindak. Pendidikan dalam keluarga adalah tameng pertama melawan penyimpangan moral, termasuk korupsi.

Dalam praktiknya, Rasulullah ﷺ menjadi teladan utama dalam mendidik generasi. Beliau menunjukkan bahwa kelembutan dan kasih sayang bisa menjadi dasar pendidikan yang kuat.

Dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah mencium cucunya Hasan bin Ali dan berkata, "Barang siapa tidak menyayangi, maka ia tidak akan disayangi." Ini membuktikan bahwa pendekatan emosional adalah kunci dalam menanamkan nilai-nilai luhur.

Kasih sayang dalam Islam bukan kelemahan, tapi kekuatan. Lewat pendekatan ini, anak lebih mudah menerima nilai kejujuran dan integritas tanpa merasa ditekan.

Di sisi lain, pendidikan Islam selalu dimulai dari tauhid. Kesadaran bahwa Allah Maha Melihat akan membentuk kontrol diri yang kokoh dalam diri anak.

Anak yang tumbuh dengan pemahaman bahwa hidupnya diawasi Tuhan akan lebih berhati-hati dalam bertindak. Ia tidak hanya takut pada sanksi hukum, tapi juga pada murka Ilahi.

Kesadaran ini hanya tumbuh jika orang tua menjadi contoh nyata. Keteladanan lebih berpengaruh dibanding nasihat panjang lebar yang tidak sesuai dengan realitas.

Anak akan meniru apa yang dilihatnya setiap hari. Maka jika orang tua jujur, amanah, dan bertanggung jawab, anak cenderung mengikuti jejak yang sama.

Sebaliknya, jika di rumah anak terbiasa melihat kebohongan kecil, manipulasi, atau kelicikan, ia belajar bahwa kecurangan adalah cara hidup. Dari sinilah akar korupsi tumbuh, bukan tiba-tiba.

Oleh karena itu, rumah harus menjadi tempat pembiasaan nilai. Ibadah, sopan santun, dan kejujuran harus menjadi budaya yang hidup, bukan hanya teori.

Islam memandang rumah sebagai madrasah pertama. Apa yang ditanamkan di dalamnya akan terbawa hingga anak dewasa dan memasuki kehidupan publik.

Jika keluarga berhasil membentuk karakter yang kuat, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang amanah. Ia tak akan mudah tergoda untuk menyalahgunakan jabatan atau kekuasaan.

Karena itu, pendidikan karakter tidak bisa ditunda. Ia harus dimulai sejak dini, bahkan sebelum anak bisa bicara.

Setiap ucapan, sikap, dan keputusan orang tua adalah pelajaran bagi anak. Dan pelajaran itulah yang kelak menentukan apakah ia akan menjaga amanah atau mengkhianatinya.

Korupsi bukan hanya pelanggaran hukum, tetapi pengkhianatan terhadap nilai agama dan kemanusiaan. Maka membentuk generasi antikorupsi berarti membentuk generasi yang beriman. (*)

KEYWORD :

Parenting Islam Korupsi pendidikan anak cara mencegah korupsi sejak dini




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :