
Para peserta Diklat Sesparlu Angkatan 77 Kementerian Luar Negeri terintegrasi dengan diklat Program Kepemimpinan Nasional II bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Kendal saat berdialog di tambak bandeng Desa Kalirejo, Kendal (Foto: Ist)
Kendal, Jurnas.com - Penguatan daya saing produk perikanan Indonesia di pasar global kembali digerakkan dari akar rumput. Melalui pendekatan diplomasi ekonomi, para peserta Diklat Sesparlu Angkatan 77 Kementerian Luar Negeri terintegrasi dengan diklat Program Kepemimpinan Nasional II bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Kendal mempertemukan para pelaku usaha tambak bandeng dengan pakar dan lembaga teknis dalam lokakarya bertajuk “Penguatan Rantai Pasok Produksi Budidaya Ikan Bandeng dalam Rangka Upaya Penetrasi Pasar Ekspor.”
Sebanyak 16 peserta yang terdiri atas penyuluh perikanan, petambak bandeng, dan para pemangku kepentingan sektor perikanan di Kabupaten Kendal berdialog dengan pakar dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Universitas Diponegoro, serta United Nations Industrial Development Organization (UNIDO). Diskusi membahas berbagai strategi peningkatan produktivitas tambak bandeng, penerapan Good Quality and Standard Practices (GQSP), serta peluang penetrasi pasar ekspor bandeng Kendal ke mancanegara untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi lokal yang inklusif dan berkelanjutan.
“Kami mengapresiasi dipilihnya Kendal sebagai lokus Visitasi Kepemimpinan Nasional ini. Harapannya, kegiatan ini dapat membantu menggali potensi bandeng dari Kendal agar dapat menembus pasar dunia,” ujar Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal, drh. Hudi Sambodo dalam keterangan tertulis, Selasa (7/10).
Sementara itu, Duta Besar Diar Nurbintoro yang mewakili Kemlu dan mendampingi para peserta Diklat Sesparlu, menekankan pentingnya peran diplomasi ekonomi dalam pemberdayaan masyarakat pesisir.
“Diplomasi ekonomi tidak hanya dilakukan di ruang perundingan, tapi juga di lapangan bersama para pelaku usaha lokal. Melalui penguatan kapasitas petambak, kita membangun fondasi agar produk bandeng Kendal siap bersaing di pasar internasional,” ujar Dubes Diar.
Usai sesi diskusi, para peserta melakukan kunjungan lapangan ke tambak bandeng di Desa Kalirejo untuk melihat langsung praktik budidaya dan potensi pengembangan kawasan. Kendal merupakan salah satu sentra utama produksi bandeng di Pantura Jawa Tengah. Pada tahun 2024, produksi bandeng di wilayah ini mencapai 9.318,7 ton, sebagian diolah menjadi beragam produk unggulan seperti bandeng presto yang populer di pasar domestik.
Dalam dialog dengan peserta, sejumlah pelaku usaha tambak menyampaikan berbagai tantangan yang dihadapi. “Kami mengharapkan adanya pemberian subsidi di rantai pasok pakan bandeng,” ujar Rohid, salah satu pengusaha tambak. “Kami mengalami kesulitan karena harga pelet dan hasil produk bandeng tidak imbang,” tambahnya.
Terlepas dari berbagai kendala tersebut, tambak-tambak bandeng di Kendal dinilai memiliki potensi besar untuk ekspor. “Namun, terlebih dahulu harus ditingkatkan budidayanya, khususnya traceability benih unggul agar memenuhi spesifikasi ekspor,” kata Mumfaizin, pelaku ekspor bandeng mancanegara sekaligus pakar akses pasar ekspor dari UNIDO. “Kami siap membantu akses benih berkualitas dan mengajak calon pembeli meninjau tambak di Kendal.”
Potensi tersebut juga diakui oleh Syamdidi, Plt. Kepala Pusat Kebijakan Strategis KKP. “Kami melihat tambak bandeng di Kendal ini berpotensi menjadi Kampung Nelayan Merah Putih yang menjadi salah satu program Presiden,” ujarnya. “Namun, perlu diperhatikan status kepemilikan lahan agar memperlancar proses pembangunan sarana fisiknya.”
Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya berkelanjutan untuk membangun klaster akuakultur siap ekspor di kawasan Pantura, yang diharapkan tidak hanya memperkuat posisi Indonesia dalam diplomasi ekonomi berbasis perikanan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petambak lokal.
KEYWORD :Diplomat Bandeng Kendal Go Global Kemlu DKP Kabupaten Kendal