
Gambar Ilmuwan Ciptakan Sel Telur Manusia dari Kulit, Terobosan untuk Infertilitas (Foto: Earth)
Jakarta, Jurnas.com - Baru-baru ini, ilmuwan dari Oregon Health & Science University (OHSU) berhasil menciptakan sel telur manusia dari sel kulit dewasa, lalu membuahinya di laboratorium. Pencapaian ini dinilai sebagai salah satu terobosan terbesar dalam riset infertilitas manusia.
Eksperimen dilakukan pada 30 September 2025, dan hasilnya menunjukkan bahwa beberapa embrio dapat bertahan hidup hingga hampir satu minggu setelah pembuahan. Namun, mayoritas embrio berhenti berkembang karena kesalahan dalam pembagian kromosom.
Proses inovatif ini dipimpin oleh Dr. Shoukhrat Mitalipov, Direktur Pusat Terapi Sel dan Gen OHSU. Ia dan timnya menggunakan pendekatan transfer inti sel somatik, teknik yang sebelumnya digunakan dalam kloning domba Dolly.
“Alam memberi kita dua cara pembelahan sel (mitosis dan meiosis), dan kami mengembangkan yang ketiga,” ujar Dr. Shoukhrat Mitalipov dikutip Earth.
Dalam metode ini, inti dari sel kulit dimasukkan ke dalam sel telur donor yang telah dihilangkan intinya. Kemudian, sel tersebut dipaksa menjalani proses eksperimental yang disebut mitomeiosis, untuk mengurangi jumlah kromosom dari 46 menjadi 23.
Langkah ini penting karena sel telur manusia secara alami bersifat haploid, hanya membawa satu set kromosom. Sementara itu, sel tubuh seperti sel kulit bersifat diploid, dengan dua set kromosom lengkap.
Setelah mitomeiosis, sel telur buatan dibuahi dengan sperma menggunakan rangsangan listrik dan obat yang mengatur siklus sel. Hasilnya, beberapa telur berhasil membuang kromosom berlebih dan menunjukkan tanda-tanda awal perkembangan embrio.
Bos MU Beri Tenggat Waktu jika Amorim Ingin Aman
Namun, meski berhasil dibuahi, banyak embrio mengalami kegagalan pada tahap awal karena pembagian kromosom yang acak dan tidak stabil. Kondisi ini dikenal sebagai aneuploidy, yang menjadi penyebab umum keguguran dini.
Aneuploidy sering terjadi ketika proses pemisahan kromosom tidak berlangsung sempurna, seperti yang biasa terjadi pada wanita dengan usia reproduksi lanjut. Dalam studi ini, masalah tersebut muncul karena mitomeiosis belum bisa sepenuhnya meniru ketepatan meiosis alami.
Meski begitu, tim berhasil menunjukkan bahwa inti sel kulit dapat diprogram ulang untuk menjadi sel telur fungsional. Ini membuktikan bahwa DNA dewasa masih bisa diarahkan kembali ke tahap awal perkembangan.
Langkah ini menjadi pijakan penting bagi pengembangan teknologi in vitro gametogenesis atau IVG, yang berpotensi mengembalikan kesuburan pada perempuan yang kehilangan sel telurnya. Termasuk bagi penyintas kanker atau mereka yang mengalami menopause dini.
Namun teknologi ini masih jauh dari penerapan klinis karena sejumlah tantangan teknis belum terselesaikan. Salah satunya adalah ketergantungan pada sel telur donor, yang menimbulkan pertimbangan etis dan keterbatasan akses.
Di sisi lain, pendekatan ini juga berbeda dengan metode berbasis sel punca yang telah sukses menghasilkan keturunan sehat pada tikus. Dalam eksperimen tikus, seluruh siklus hidup sel telur berhasil direkayasa dari awal menggunakan sel induk.
Pada manusia, siklus itu jauh lebih kompleks dan memerlukan serangkaian mekanisme pairing serta rekombinasi kromosom yang belum dapat ditiru dalam sistem buatan. Hal ini menjadi alasan mengapa mitomeiosis belum bisa menghasilkan pembagian kromosom yang stabil.
Para ilmuwan kini sedang mengkaji bagaimana cara membimbing proses pembelahan ini agar lebih akurat. Mereka mempertimbangkan untuk memanipulasi waktu aktivasi, sinyal kontrol, atau bahkan kondisi kromatin dalam inti sel.
Selain itu, tim juga berupaya mengembangkan teknik yang tidak lagi memerlukan sel telur donor. Langkah ini penting untuk membuat teknologi lebih mandiri dan etis dalam penerapannya.
Aspek regulasi dan etika akan menjadi kunci dalam kelanjutan riset ini, terutama terkait asal usul sel dan batasan dalam pembentukan embrio. Semua aplikasi klinis nantinya juga harus memenuhi standar keamanan setara dengan fertilisasi in vitro (IVF) konvensional. (*)
Studi ini dipublikasikan di jurnal ilmiah Nature Communications. Sumber: Earth
KEYWORD :Infertilitas Sel Telur Manusia Jaringan Kulit