Senin, 06/10/2025 18:24 WIB

Begini Dahsyatnya Hari Kiamat Menurut Al-Qur`an

Hari Kiamat digambarkan sebagai peristiwa besar yang pasti akan terjadi, sebuah kepastian yang berulang kali ditegaskan dalam Al-Qur`an

Ilustrasi - Ini gambaran hari kiamat dalam Al-Qur`an (Foto: Pexels/uhumrea D)

Jakarta, Jurnas.com - Hari Kiamat digambarkan sebagai peristiwa besar yang pasti akan terjadi, sebuah kepastian yang berulang kali ditegaskan dalam Al-Qur`an. Tidak ada satu makhluk pun yang mengetahui kapan waktunya tiba, karena hal itu menjadi rahasia mutlak milik Allah SWT.

Meski demikian, kitab suci Al-Qur`an memberikan banyak isyarat dan penjelasan tentang dahsyatnya hari tersebut, hari di mana seluruh tatanan alam semesta runtuh, dan kehidupan sebagaimana kita kenal selama ini berakhir total.

Dalam sejumlah ayat, Allah SWT menggambarkan saat itu sebagai momen ketika sangkakala ditiup, menandai kehancuran langit dan bumi.

Semua makhluk yang ada akan binasa, kecuali mereka yang dikehendaki oleh-Nya untuk tetap hidup, hingga akhirnya seluruh manusia dibangkitkan kembali untuk menghadapi hari perhitungan.

Firman Allah dalam surah Az-Zumar ayat 68 menyatakan:

وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ

Wa nufikha fīṣ-ṣūri faṣa‘iqa man fis-samāwāti wa man fil-arḍi illā man syā’a-llāh, ṡumma nufikha fīhi ukhrā fa idzā hum qiyāmun yanẓurūn.

Artinya: “Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah; kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka seketika itu mereka berdiri menunggu (putusan).” (QS Az-Zumar: 68)

Ketika itu terjadi, seluruh sistem alam akan hancur. Gunung-gunung yang selama ini kokoh berubah menjadi debu beterbangan. Dalam surah Al-Waqi‘ah ayat 4–5, Allah berfirman:

إِذَا رُجَّتِ الْأَرْضُ رَجًّاۙ وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا
Idzā rujjatil-arḍu rajjā, wa bussatil-jibālu bassā.

Artinya: “Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancurkan sehancur-hancurnya.” (QS Al-Wāqi‘ah: 4–5)

Langit pun tak lagi biru tenang, melainkan terbelah dan berubah warna seperti minyak merah menyala. Allah SWT menggambarkan hal ini dalam surah Ar-Rahmān ayat 37:

فَإِذَا ٱنشَقَّتِ ٱلسَّمَآءُ فَكَانَتْ وَرْدَةً كَٱلدِّهَانِ
Fa idzā in syaqqatis-samā’u fa kānat wardatan kaddihān.

Artinya: “Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti kilauan minyak.” (QS Ar-Rahmān: 37)

Pada hari itu, manusia akan berlarian ketakutan. Tidak ada lagi hubungan keluarga yang mampu menolong, bahkan seseorang akan lari dari ayah, ibu, istri, dan anak-anaknya. Dalam surah ‘Abasa ayat 33–36, Allah SWT berfirman:

فَإِذَا جَآءَتِ ٱلصَّآخَّةُ يَوْمَ يَفِرُّ ٱلْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ وَأُمِّهِۦ وَأَبِيهِ وَصَـٰحِبَتِهِۦ وَبَنِيهِ

Fa idzā jā’atiṣ-ṣākhkhah. Yauma yafirrul-mar’u min akhīh. Wa ummihi wa abīh. Wa ṣāḥibatihi wa banīh.

Artinya: “Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala), pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya.” (QS ‘Abasa: 33–36)

Begitu mengerikan suasana hari itu, sehingga manusia seolah kehilangan akal sehat dan tidak tahu lagi arah. Dalam surah Al-Hajj ayat 2, Allah SWT menggambarkan perasaan itu dengan sangat jelas:

يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّآ أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى ٱلنَّاسَ سُكَـٰرَىٰ وَمَا هُم بِسُكَـٰرَىٰ وَلَـٰكِنَّ عَذَابَ ٱللَّهِ شَدِيدٌ

Yauma tarawnahā tazhalu kullu murḍi‘atin ‘ammā arḍa‘at, wa taḍa‘u kullu dhāti ḥamlin ḥamlahā, wa taran-nāsa sukārā wa mā hum bisukārā walākinna ‘adzāballāhi syadīd.

Artinya: “Pada hari itu kamu melihat setiap wanita yang menyusui lalai terhadap anak yang disusuinya, dan setiap wanita hamil gugur kandungannya; dan kamu melihat manusia mabuk padahal mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat keras.” (QS Al-Hajj: 2)

Ketika semua makhluk dikumpulkan di Padang Mahsyar, tak ada seorang pun yang bisa bersembunyi. Semua amal, baik besar maupun kecil, akan diperlihatkan dan dihisab.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Kahfi ayat 47:

وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبَالَ وَتَرَى الْأَرْضَ بَارِزَةً وَحَشَرْنَاهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا

Wa yauma nusayyirul-jibāla wa taral-arḍa bārizatan wa ḥasarnāhum falam nugādir minhum aḥadā.

Artinya: “Dan (ingatlah) hari ketika Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu lihat bumi itu datar, dan Kami kumpulkan seluruh manusia, maka Kami tidak meninggalkan seorang pun dari mereka.” (QS Al-Kahfi: 47)

Setelah itu, setiap orang akan menerima balasan setimpal. Siapa yang berat timbangan amal baiknya akan menikmati kebahagiaan, sementara yang ringan timbangannya akan mendapatkan kesengsaraan. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Zalzalah ayat 7–8:

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Fa man ya‘mal mitsqāla dzarratin khayran yarah, wa man ya‘mal mitsqāla dzarratin syarran yarah.

Artinya: “Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya). Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya).” (QS Al-Zalzalah: 7–8)

 

KEYWORD :

Info Keislaman Hari Kiamat Al-Qur`an




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :