Kamis, 02/10/2025 21:33 WIB

Kebiasaan Sehari-hari Ini Bisa Jaga Ketajaman Otak dan Perlambat Penuaan

Peneliti dari University of Florida menemukan bahwa orang dewasa dengan lebih banyak kebiasaan sehat memiliki otak yang tampak lebih muda secara biologis. Tak hanya itu, penuaan otaknya juga berlangsung lebih lambat selama dua tahun masa studi.

Ilustrasi sedang tidur ( Foto : SehatQ )

Jakarta, Jurnas.com - Meski usia di KTP Anda terus bertambah, otak bisa bercerita lain. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa gaya hidup sehat dapat menjaga otak tetap muda, bahkan di tengah nyeri kronis dan risiko penyakit.

Peneliti dari University of Florida menemukan bahwa orang dewasa dengan lebih banyak kebiasaan sehat memiliki otak yang tampak lebih muda secara biologis. Tak hanya itu, penuaan otaknya juga berlangsung lebih lambat selama dua tahun masa studi.

Studi ini dipimpin oleh Kimberly T. Sibille, Ph.D., dan melibatkan peserta yang mengalami nyeri lutut kronis atau berisiko mengalami osteoartritis. Mereka dipantau dari waktu ke waktu, lalu menjalani pemindaian otak untuk memperkirakan "usia otak" menggunakan teknologi MRI.

Alih-alih melihat satu bagian otak saja, para ilmuwan menggunakan pendekatan menyeluruh. Selisih antara usia otak dan usia sebenarnya disebut “brain age gap”, yang mencerminkan kesehatan otak secara umum.

Untuk membaca pola halus yang tak terlihat oleh mata manusia, tim menggunakan model pembelajaran mesin bernama DeepBrainNet. Model ini sudah terbukti mampu menghubungkan estimasi usia otak dengan fungsi kognitif dan nyeri pada populasi lain.

Selain pemindaian otak, peserta juga melaporkan kebiasaan harian mereka, mulai dari pola tidur, stres, konsumsi tembakau, berat badan, hingga dukungan sosial dan tingkat optimisme. Semua data itu dikategorikan menjadi faktor risiko dan faktor perlindungan.

Hasilnya mengejutkan: peserta dengan lebih banyak faktor pelindung memiliki otak yang tampak delapan tahun lebih muda dari usia kronologis mereka. Bahkan setelah dua tahun, otak mereka tetap menua lebih lambat dibanding kelompok lain.

Sebaliknya, mereka yang hidup dalam tekanan sosial dan ekonomi—seperti pendapatan rendah atau pendidikan terbatas—menunjukkan usia otak yang lebih tua. Meski pengaruhnya sedikit berkurang seiring waktu, kebiasaan sehat tetap memberikan dampak positif yang jelas.

“Perilaku promotif kesehatan tidak hanya mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi tubuh, tapi juga benar-benar memperkuat kesehatan secara menyeluruh,” ujar Sibille. Temuan ini memperluas bukti bahwa gaya hidup memiliki efek nyata terhadap otak, bukan sekadar kualitas hidup.

Faktor risiko sosial seperti lingkungan tidak mendefinisikan sepenuhnya kecepatan penuaan otak. Justru, perlindungan psikologis dan sosial seperti dukungan dari sekitar dan pola pikir positif berperan sebagai penyeimbang yang kuat.

Di antara semua faktor yang diamati, kualitas tidur muncul sebagai pelindung terkuat. Tidur yang terganggu bisa membuat seseorang lebih rentan terhadap stres, bahkan dalam situasi sepele.

Itu sebabnya insomnia bukan sekadar soal rasa kantuk. Terapi perilaku kognitif untuk insomnia direkomendasikan sebagai perawatan utama karena terbukti meningkatkan kualitas tidur dan stabilitas emosional.

Kemampuan mengatur stres juga memainkan peran penting dalam menjaga fungsi memori dan suasana hati. Bila tubuh terus berada dalam mode siaga tinggi, sistem yang menopang otak bisa cepat kelelahan.

Optimisme juga berkaitan erat dengan tidur yang lebih baik dan stres yang lebih rendah. Hubungan yang sehat dan dukungan sosial bukanlah aspek pelengkap, melainkan faktor nyata yang tercermin dalam struktur dan fungsi otak.

Penelitian sebelumnya telah menghubungkan nyeri kronis dengan penuaan otak. Temuan kali ini memperlihatkan bahwa kebiasaan positif dapat mengimbangi beban biologis akibat nyeri atau tekanan sosial.

Namun, peneliti mengingatkan bahwa ini adalah studi observasional. Artinya, hasilnya menunjukkan kaitan, bukan penyebab langsung, dan temuan berlaku pada kelompok dengan risiko nyeri sendi tertentu.

Walau tak ada satu kebiasaan yang bisa membuat otak muda seketika, gabungan kebiasaan sehat terbukti memberi efek perlindungan jangka panjang. Mulai dari tidur cukup, manajemen stres, hingga hubungan sosial yang positif, semuanya saling memperkuat.

Kebiasaan kecil, jika dilakukan konsisten, bisa berdampak besar bagi kesehatan otak. Otak, ternyata, sangat responsif terhadap gaya hidup sehari-hari—bukan hanya terhadap penyakit. (*)

Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Brain Communications. Sumber: Earth

KEYWORD :

Kebiasaan Sehari-hari Pola tidur Kesehatan Otak Perlambat Penuaan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :