
Ilustrasi - kenali bahaya hidden hunger atau kelaparan tersembunyi pada anak-anak (Foto: Ist)
Jakarta, Jurnas.com - Terkadang kita melihat di sebuah ruang kelas, seorang anak terlihat ceria, berlari ke sana kemari sambil tertawa. Sekilas, ia tampak sehat.
Namun di balik senyum itu, tubuhnya bisa jadi sedang kekurangan nutrisi penting yang tidak kasat mata. Kondisi ini dikenal sebagai hidden hunger atau kelaparan tersembunyi, sebuah masalah gizi yang sering kali luput dari perhatian.
Hidden hunger bukanlah kelaparan dalam arti perut kosong atau tubuh kurus. Anak bisa saja cukup makan bahkan gemuk, tetapi tetap mengalami kekurangan mikronutrien penting seperti zat besi, vitamin A, yodium, dan zinc. Dilansir dari beberapa sumber, anak yang menderita hidden hunger mungkin tampak sehat, tetapi sebenarnya sedang menghadapi risiko serius, mulai dari gangguan perkembangan kognitif, melemahnya sistem imun, hingga masalah kesehatan jangka panjang.
Fenomena ini muncul karena pola makan anak sering kali hanya cukup secara jumlah, namun tidak beragam dari sisi gizi. Konsumsi karbohidrat dan makanan olahan yang tinggi gula serta lemak membuat perut kenyang, tetapi tidak memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral.
Di Indonesia, ketidakseimbangan konsumsi pangan ini diperparah dengan rendahnya asupan sayur, buah, protein hewani, dan kacang-kacangan di banyak keluarga. Akibatnya, anak-anak tanpa disadari tumbuh dengan kondisi gizi yang timpang.
Dampak dari hidden hunger pun berlapis. Kekurangan zat besi bisa menyebabkan anemia yang mengurangi konsentrasi dan semangat belajar. Defisit vitamin A membuat anak lebih rentan terhadap infeksi dan gangguan penglihatan.
Jika hal ini terjadi pada periode emas pertumbuhan, terutama 1.000 hari pertama kehidupan, potensi kecerdasan anak bisa berkurang secara permanen. Masalah gizi tersembunyi ini juga turut menyumbang pada angka stunting yang masih menjadi tantangan di Indonesia.
Para pakar menekankan bahwa hidden hunger adalah persoalan serius yang dampaknya tidak langsung terlihat, tetapi perlahan menggerogoti masa depan generasi.
Upaya pencegahan perlu dilakukan bersama, mulai dari pemerintah yang mendorong pemanfaatan pangan lokal kaya gizi, sekolah yang memperkuat program gizi anak, hingga orang tua yang menyediakan pola makan seimbang di rumah. UNICEF bahkan menyebut bahwa anak-anak saat ini menghadapi beban gizi tiga lapis: kekurangan gizi, hidden hunger, dan kelebihan gizi yang sama-sama berbahaya bagi tumbuh kembang.
Harapan tentu tetap ada. Beberapa daerah di Indonesia mulai menggiatkan kembali konsumsi pangan lokal dan memperluas akses pada produk hortikultura.
Edukasi gizi yang gencar, pemeriksaan rutin, serta keberanian orang tua untuk mengubah pola makan keluarga bisa menjadi benteng awal melawan hidden hunger.
Meski tak terlihat secara kasat mata, dampaknya nyata. Menyadari bahaya kelaparan tersembunyi sejak dini adalah langkah penting agar anak-anak Indonesia tumbuh sehat, cerdas, dan siap bersaing di masa depan.
KEYWORD :hidden hunger kelaparan tersembunyi Anak-anak