Senin, 29/09/2025 21:10 WIB

Junai Emas, Merpati Eksotis Penjaga Hutan yang Dilindungi

Burung junai emas (Caloenas nicobarica) mungkin terdengar asing bagi sebagian besar masyarakat. Burung berjenis merpati ini telah ditetapkan sebagai satwa yang dilindungi melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2018.

Gambar Junai Emas, Burung Merpati Eksotis Penjaga Hutan yang Dilindungi (Foto: Teluk Cendrawasih Nasional Park)

Jakarta, Jurnas.com - Burung junai emas (Caloenas nicobarica) mungkin terdengar asing bagi sebagian besar masyarakat. Burung berjenis merpati ini telah ditetapkan sebagai satwa yang dilindungi melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2018.

Keberadaannya tersebar di kawasan Asia Tenggara, termasuk beberapa wilayah di Indonesia bagian timur. Salah satu habitat pentingnya berada di Papua Barat, tepatnya di kawasan Teluk Cendrawasih, serta Pulau Kuwum dan Rorebo.

Dikutip dari berbagai sumber, Junai emas memiliki peran ekologis yang tak bisa diabaikan. Sebagai pemakan buah dan biji-bijian, burung ini menjadi penyebar benih alami yang membantu regenerasi hutan.

Tak hanya fungsinya yang penting, penampilan junai emas juga mencuri perhatian. Tubuhnya diselimuti bulu berwarna hijau zamrud dengan semburat biru dan jingga tembaga yang mengilap saat terkena cahaya.

Bagian kepala burung ini berwarna abu-abu keperakan, sementara ekornya berwarna putih mencolok. Kombinasi warnanya menciptakan kesan elegan dan eksotis yang khas.

Namun di balik pesonanya, junai emas menghadapi ancaman serius di alam liar. Data Taman Nasional Teluk Cendrawasih pada 2023 mencatat hanya ada empat ekor yang terlihat di Pulau Kuwum.

Kondisi sedikit lebih baik ditemukan di Pulau Rorebo, dengan jumlah populasi mencapai 83 ekor. Meski demikian, angka ini tetap menunjukkan penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Penyusutan populasi ini disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Perburuan liar, kerusakan habitat, dan perubahan iklim menjadi penyebab utama yang terus menekan kelangsungan hidupnya.

Perdagangan satwa eksotis masih marak terjadi di beberapa wilayah, meskipun statusnya telah dilindungi. Sementara di sisi lain, pembukaan lahan dan deforestasi membuat ruang hidup junai emas semakin sempit.

Untuk mengurangi laju ancaman tersebut, sejumlah taman nasional telah menetapkan pengawasan khusus terhadap spesies ini. Selain di Teluk Cendrawasih, pengawasan juga dilakukan di Taman Nasional Moyo Satonda, Nusa Tenggara Barat.

Langkah konservasi melibatkan pemantauan populasi secara berkala dan edukasi kepada masyarakat sekitar. Harapannya, kesadaran publik bisa menjadi benteng pertama dalam pelestarian spesies langka ini.

Junai emas bukan hanya bagian dari keanekaragaman hayati Indonesia, tetapi juga indikator kesehatan ekosistem hutan tropis. Jika ia hilang, maka ada potensi rusaknya rantai keseimbangan yang lebih besar. (*)

KEYWORD :

Burung Junai emas Merpati eksotis




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :