Senin, 29/09/2025 20:19 WIB

Apa Itu Keluarga Sakinah dan Bagaimana Cara Mewujudkannya?

Konsep rumah tangga sakinah sering kali disalahpahami sebagai kehidupan pernikahan yang selalu tenang dan bebas dari persoalan. Padahal, dalam Islam, sakinah justru lahir dari kemampuan pasangan menghadapi ujian dengan sikap dewasa dan tetap berpijak pada nilai-nilai keimanan.

Ilustrasi Pernikahan untuk membangun keluarga sakinah (Foto: Pexels/Reynaldo Yodla)

Jakarta, Jurnas.com - Konsep rumah tangga sakinah sering kali disalahpahami sebagai kehidupan pernikahan yang selalu tenang dan bebas dari persoalan. Padahal, dalam Islam, sakinah justru lahir dari kemampuan pasangan menghadapi ujian dengan sikap dewasa dan tetap berpijak pada nilai-nilai keimanan.

Dihimpun dari berbagai sumber, sakinah adalah istilah dalam bahasa Arab yang berarti ketenangan, ketenteraman, atau kedamaian batin. Dalam konteks pernikahan dan keluarga dalam Islam, sakinah merujuk pada kondisi jiwa yang tenang dan hubungan yang damai antara suami dan istri.

Pemahaman ini penting karena setiap pernikahan pasti akan diwarnai dinamika. Mulai dari tekanan ekonomi, perbedaan karakter, hingga tantangan membesarkan anak menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan rumah tangga.

Namun, pasangan yang menghidupkan nilai sakinah tidak menjadikan masalah sebagai alasan untuk menjauh. Sebaliknya, mereka mencari jalan keluar dengan tetap saling merangkul, bukan saling menyakiti; tetap berdialog, bukan saling menyalahkan atau mengkambinghitamkan; hingga tetap saling menghormati, bukan saling meninggikan emosi dan atau dengki.

Hal ini sejalan dengan ajaran Al-Qur’an yang menggambarkan pernikahan sebagai ikatan yang menghadirkan mawaddah dan rahmah. Dua hal ini menjadi fondasi emosional yang menjaga ketenangan ketika badai tantangan dalam keluarga datang menerpa.

Mawaddah dimaknai sebagai cinta yang memberi tanpa syarat, sementara rahmah adalah kasih yang hadir dalam bentuk empati, kesabaran, dan keinginan untuk saling memahami. Ketika keduanya berjalan beriringan, rumah tangga tak mudah goyah meski berada di tengah tekanan.

Karena itu, rumah tangga sakinah tidak lahir dari suasana tanpa masalah, melainkan dari proses menghadapi masalah dengan cara yang benar. Komunikasi menjadi kunci, diikuti oleh keikhlasan dan doa yang terus menguatkan langkah.

Para ulama menegaskan bahwa sakinah adalah keadaan hati yang tenang, bukan kondisi luar yang sempurna. Artinya, ketenangan dalam rumah tangga justru tampak dari cara pasangan saling menenangkan ketika situasi mulai memanas.

Dalam konteks ini, ujian dalam pernikahan justru menjadi momen penting untuk menumbuhkan kedewasaan spiritual. Sebab, semakin besar ujian, semakin besar pula peluang untuk membuktikan kekuatan cinta dan keteguhan iman.

al ini sejalan dengan ajaran Al-Qur’an dalam Surah Ar-Rum ayat 21 yang menyebut bahwa Allah menciptakan pasangan agar manusia merasa tenteram. Dari ayat inilah lahir istilah yang dikenal luas: sakinah, mawaddah, dan rahmah.

Sakinah dimaknai sebagai ketenangan batin, tujuan utama dari sebuah ikatan pernikahan. Untuk mencapainya, Allah telah menanamkan dua bekal berharga dalam jiwa manusia: mawaddah dan rahmah.

Mawaddah berasal dari kata wadda, yang berarti cinta dan harapan, namun lebih dalam dari sekadar rasa suka. Mawaddah menciptakan kelapangan hati yang membuat pasangan mampu menerima kekurangan pasangannya tanpa menyimpan dendam atau kejengkelan.

Sementara itu, rahmah bermakna kelembutan, kasih sayang, dan kehalusan jiwa. Rahmah adalah sentuhan hati yang membuat pasangan mampu saling memahami, bahkan ketika kata-kata tak lagi memadai.

Gabungan keduanya menjadi energi utama dalam membangun keluarga sakinah. Tidak hanya sebagai perasaan, tetapi sebagai karakter yang harus terus dirawat dan dipelihara.

Namun mawaddah wa rahmah tidak akan tumbuh subur di dalam rumah yang penuh ketimpangan. Kekerasan, ketidakadilan, serta sikap egois adalah racun yang bisa membunuh cinta dan kasih sayang dalam sekejap.

Islam mengecam keras segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga, baik fisik maupun emosional. Rasulullah dikenal sebagai suami yang penuh kelembutan, dan beliau tak pernah sekalipun memukul istrinya.

Oleh karena itu, menjaga mawaddah wa rahmah bukan hanya soal saling mencintai, tapi juga saling menghormati dan berlaku adil. Ketika cinta kehilangan adab, maka sakinah pun akan perlahan memudar.

Rumah tangga sakinah adalah rumah yang bisa menjadi tempat pulang saat dunia terasa berat. Ia bukan rumah yang bebas dari konflik, tapi rumah yang penuh solusi.

Allah sendiri berjanji bahwa setiap kesulitan akan disertai dengan kemudahan bagi siapa yang bersabar. Dan rumah tangga yang dipandu oleh Al-Qur’an akan tetap kokoh meski diterpa gelombang.

Oleh karena itu, membangun rumah tangga sakinah bukan perkara instan. Ia adalah proses panjang yang ditopang oleh komitmen, pengorbanan, dan keyakinan akan ridha Allah sebagai tujuan utama. (*)

Wallahu`alam

KEYWORD :

Info Keislaman Keluarga sakinah Pernikahan Islam Rumah tangga




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :