Senin, 29/09/2025 16:29 WIB

Studi: Koneksi Sosial yang Kuat Bisa Perlambat Penuaan

Selama ini, kesehatan sering dipandang sebagai hasil dari pola makan, olahraga, dan genetika. Namun, sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa koneksi sosial yang kuat sepanjang hidup juga memainkan peran besar dalam memperlambat proses penuaan.

Ilustrasi - Menjalin koneksi sosial (Foto: Pexels/PNW Production)

Jakarta, Jurnas.com - Selama ini, kesehatan sering dipandang sebagai hasil dari pola makan, olahraga, dan genetika. Namun, sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa koneksi sosial yang kuat sepanjang hidup juga memainkan peran besar dalam memperlambat proses penuaan.

Penelitian ini berasal dari studi jangka panjang Midlife in the United States (MIDUS) yang melibatkan lebih dari 2.100 orang dewasa. Hasilnya menemukan bahwa individu dengan dukungan sosial yang stabil cenderung secara biologis lebih muda dibanding mereka yang hubungan sosialnya lemah.

Para peneliti menggunakan alat ukur epigenetik seperti DNA methylation untuk menilai kecepatan penuaan biologis. Dua indikator utama yang digunakan—GrimAge dan DunedinPACE—menunjukkan bahwa mereka yang secara sosial lebih terhubung menunjukkan tanda-tanda penuaan yang lebih lambat.

“Temuan ini memperlihatkan bahwa hubungan sosial bukan hanya soal kesejahteraan psikologis, tapi juga terkait langsung dengan sistem biologis,” kata Anthony Ong, profesor psikologi dari Cornell University. Ia menekankan bahwa kualitas koneksi sosial membentuk jalur kesehatan tubuh dari waktu ke waktu.

Penelitian ini juga menilai dimensi sosial dari masa kecil hingga dewasa, termasuk dukungan dari orang tua, keterlibatan dalam komunitas, relasi spiritual, hingga dukungan emosional dari keluarga dan teman. Semuanya dihitung sebagai bagian dari apa yang disebut sebagai “keunggulan sosial kumulatif.”

“Yang kami lihat bukan sekadar siapa teman Anda hari ini, tetapi bagaimana jaringan hubungan itu terbentuk, bertahan, dan berkembang sepanjang hidup,” ujarnya. Dengan pendekatan itu, para peneliti bisa melihat pola yang lebih jelas antara hubungan sosial dan kesehatan seluler.

Temuan lainnya menunjukkan bahwa hubungan sosial yang kuat berkorelasi dengan kadar interleukin-6 yang lebih rendah, yaitu molekul yang terkait dengan inflamasi kronis. Peradangan jenis ini sering dianggap sebagai salah satu pemicu utama penyakit degeneratif.

“Peradangan kronis mempercepat penuaan dan meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan demensia,” jelas Ong. Namun, individu yang merasa lebih terhubung secara sosial tampaknya memiliki sistem imun yang lebih tenang dan seimbang.

Uniknya, para peneliti tidak menemukan hubungan kuat antara koneksi sosial dan hormon stres jangka pendek seperti kortisol atau adrenalin. Ini menandakan bahwa dampak koneksi sosial terhadap tubuh bekerja melalui proses jangka panjang, bukan reaksi sesaat terhadap stres.

“Efeknya bersifat kumulatif, membentuk kesehatan kita sedikit demi sedikit dari waktu ke waktu,” kata Ong. “Ini bukan tentang satu pertemanan atau satu aktivitas, tapi tentang keseluruhan jaringan sosial yang konsisten dan bermakna.”

Ia menambahkan bahwa teori seperti life course dan weathering hypothesis mendukung temuan ini, karena keduanya menjelaskan bagaimana akumulasi pengalaman sosial membentuk kondisi tubuh. Menurutnya, hubungan sosial berfungsi sebagai pelindung terhadap keausan biologis.

Namun, Ong menekankan bahwa manfaat biologis ini tidak bisa diperoleh hanya dengan satu relasi atau interaksi sesaat. “Kesehatan yang didorong oleh hubungan sosial membutuhkan kedalaman, keterlibatan, dan kontinuitas,” tegasnya.

Indikator seperti rasa memiliki terhadap komunitas, kontribusi dalam lingkungan sekitar, dan kedekatan emosional dengan orang lain menjadi elemen penting dalam membangun perlindungan biologis ini. Koneksi seperti itu menciptakan stabilitas emosional dan rasa aman yang memperkuat ketahanan tubuh.

“Hubungan sosial itu seperti rekening pensiun,” ujarnya. “Semakin dini Anda mulai dan semakin konsisten Anda membangun, semakin besar dampak positifnya terhadap tubuh.”

Meskipun studi lanjutan masih dibutuhkan untuk memastikan sebab-akibat, temuan ini memperluas cara kita memandang kesehatan. Hubungan sosial kini bisa disejajarkan dengan olahraga dan pola makan sebagai fondasi penuaan yang sehat. (*)

Penelitian ini telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah Brain, Behavior & Immunity – Health. Sumber: Earth

KEYWORD :

Hubungan Sosial Koneksi sosial Penuaan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :