Minggu, 28/09/2025 22:19 WIB

Larangan Berdebat tentang Agama Tanpa Dasar Ilmu

Islam melarang perdebatan agama tanpa berlandaskan ilmu, hikmah, dan dalil yang sahih karena bisa menimbulkan permusuhan hingga kesesatan

Ilustrasi sedang berdebat (Foto: AI/Terasmuslim)

Jakarta, Jurnas.com - Islam adalah agama yang berlandaskan ilmu, hujjah (dalil), dan hikmah (kebijaksanaan), bukan sekadar pendapat pribadi atau opini. Dalam Islam, setiap ucapan tentang agama bukan hanya ditimbang oleh logika, tapi juga akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat.

Allah ﷻ mengingatkan dalam Al-Qur’an, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya...” (QS. Al-Isra: 36).

Dikutip dari laman Nahdlatul Ulama, ayat ini dijadikan dalil kuat oleh para ulama tentang larangan berbicara soal agama tanpa ilmu. Bahkan sebagian ulama mengategorikannya sebagai dosa besar karena dampaknya bisa menyesatkan diri sendiri dan orang lain.

Ayat tersebut juga menjadi dasar bahwa segala ucapan dan sikap, khususnya terkait agama, harus berpijak pada pengetahuan. Pendengaran, penglihatan, dan hati akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang disampaikan.

Rasulullah ﷺ pun memberi peringatan keras terhadap debat yang tidak membawa manfaat. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda, “Tidaklah suatu kaum menjadi sesat setelah mereka diberi petunjuk, melainkan mereka menjadi suka berdebat” (HR. Tirmidzi).

Hadis ini memperjelas bahwa perdebatan kosong bisa menjadi awal dari penyimpangan. Sebab, ketika hawa nafsu dan ego mendominasi, kebenaran justru menjauh.

Terkadang, perdebatan bisa terjadi bukan lagi karena ingin mencari kebenaran, melainkan ingin menang. Akibatnya, muncul permusuhan, perpecahan, dan kebingungan di tengah umat.

Islam tidak melarang diskusi atau bertukar pikiran. Namun, diskusi tersebut harus dilakukan dengan adab, dalil, dan tujuan yang jelas, yakni menegakkan kebenaran.

Allah ﷻ pun memberikan panduan berdialog dalam QS. An-Nahl: 125, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” Ini menegaskan bahwa cara menyampaikan kebenaran sama pentingnya dengan isi yang disampaikan.

Dialog atau diskusi dalam Islam harus berbasis hikmah, bukan hawa nafsu; menggunakan dalil, bukan asumsi; dan bertujuan menyampaikan kebenaran, bukan sekadar menunjukkan kepintaran.

Dengan demikian, umat Islam hendaknya menjaga lisan, menambah ilmu, dan menjauhi perdebatan sia-sia yang tidak mendatangkan manfaat. (*)

Wallahu`alam

 

KEYWORD :

Islam agama ilmu debat hikmah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :