Jum'at, 26/09/2025 23:51 WIB

Jangan Usik Orang Lemah, Ancaman Besar Menanti di Balik Doa Mereka

Di balik kesederhanaan hidup mereka, tersimpan ketulusan dan kekuatan doa yang dijanjikan tak tertolak.

Ilustrasi - Sedang berdoa (Foto: Pexels/Tanvir Khondokar)

Jakarta, Jurnas.com - Di tengah hingar-bingar pembangunan, ada kelompok yang kerap terpinggirkan — tidak hanya secara ekonomi, tetapi juga secara sosial dan spiritual. Mereka adalah para orang shalih, kaum dhuafa, dan orang miskin: golongan yang justru paling dimuliakan oleh agama, namun sering kali menjadi korban ketidakadilan dan kekerasan sosial.

Di balik kesederhanaan hidup mereka, tersimpan ketulusan dan kekuatan doa yang dijanjikan tak tertolak. Namun, kelompok ini justru sering menjadi korban ketidakadilan sosial, pengabaian struktural, bahkan kekerasan. Mereka bukan hanya tak dilibatkan dalam pembangunan, tetapi juga kerap digusur, dihina, dan diabaikan.

Fenomena ini bukan sekadar soal kebijakan atau angka statistik, tapi soal kemanusiaan yang perlahan terkikis. Ironisnya, para marbot, guru ngaji, janda miskin, hingga anak yatim, yang selama ini turut menjaga nilai-nilai moral di tengah masyarakat, justru menjadi korban pertama dari ketimpangan.

Islam sendiri secara tegas melarang tindakan merendahkan atau mengusir mereka yang tulus dalam ibadah. Dalam Al-Qur’an surah Al-An’am ayat 52, Allah berfirman, “Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya...”

Ayat ini bukan hanya seruan moral, tapi peringatan bahwa menyakiti orang-orang saleh adalah tindakan yang dibenci oleh Allah. Jika disandingkan dengan realita hari ini, ayat ini terasa semakin relevan ketika kaum miskin dan orang beriman justru ditekan oleh kekuasaan dan kapital.

Lebih jauh, Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa siapa pun yang memusuhi orang-orang yang dekat dengan-Nya akan berhadapan langsung dengan ancaman perang dari Tuhan. Hadis riwayat Muslim menyebut, “Barang siapa memusuhi wali-Ku, maka Aku umumkan perang terhadapnya.”

Ini bukan ancaman biasa, melainkan peringatan spiritual yang seharusnya mengguncang kesadaran kita. Menyakiti orang shalih tidak hanya menyulut konflik sosial, tapi juga membuka pintu murka dari langit.

Bukan hanya itu, Rasulullah ﷺ juga menegaskan kekuatan doa orang yang terzalimi, terutama dari golongan lemah. Dalam sabdanya, “Takutlah kalian terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada penghalang antara doanya dan Allah.”

Dengan kata lain, mempermainkan hidup orang miskin dan lemah bukan hanya bentuk ketidakadilan, tapi juga dapat mengundang azab yang tak kasat mata. Ketika doa mereka menembus langit, tidak ada kekuasaan di bumi yang bisa membendung akibatnya.

Islam bahkan mengaitkan kemanusiaan dengan keimanan, sebagaimana disebut dalam surah Al-Ma’un ayat 1-3. Allah menyebut orang yang mendustakan agama adalah mereka yang menghardik anak yatim dan tidak peduli pada nasib orang miskin.

Ini menjadi cermin bagi masyarakat modern yang kerap menjadikan harta dan status sebagai tolok ukur nilai seseorang. Padahal dalam pandangan ilahi, kemuliaan justru sering melekat pada mereka yang paling sederhana.

Sayangnya, negara dan masyarakat belum sepenuhnya hadir untuk melindungi mereka. Banyak kebijakan justru berpihak pada pemodal besar, sementara kaum miskin terus tersingkir tanpa perlindungan yang layak. (*)

Wallahu`alam

KEYWORD :

Kaum lemah Kaum dhuafa doa orang terzalimi Islam




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :