Jum'at, 26/09/2025 14:32 WIB

Minuman Manis Tingkatkan Risiko Depresi pada Perempuan, Studi Ungkap Peran Usus

Ilustrasi minuman manis (Foto: Pexels/Roman Odintsov)

Jakarta, Jurnas.com - Bukan cuma soal gula darah atau berat badan. Minuman berpemanis atau soft drinks kini dikaitkan dengan kesehatan mental, khususnya pada wanita. Sebuah studi terbaru dari Jerman menemukan bahwa konsumsi minuman berpemanis tinggi berhubungan erat dengan meningkatnya risiko depresi, dan usus tampaknya memainkan peran penting dalam hubungan tersebut.

Penelitian ini menganalisis data dari hampir seribu orang dewasa dalam Marburg–Münster Affective Cohort Study (MACS), yang memperlihatkan bahwa wanita yang rutin mengonsumsi minuman manis soda memiliki risiko depresi 17% lebih tinggi dibandingkan mereka yang jarang mengonsumsinya.

Para peneliti melihat adanya perubahan signifikan pada mikrobioma usus, terutama meningkatnya bakteri bernama Eggerthella, yang sebelumnya telah dikaitkan dengan depresi. Menariknya, lonjakan bakteri ini hanya ditemukan pada wanita, bukan pria.

Data kami menunjukkan bahwa hubungan antara soft drinks dan gejala depresi muncul melalui pengaruh mikrobioma,” ujar Dr. Sharmili Edwin Thanarajah, pemimpin studi dari University Hospital Frankfurt dan MPI for Metabolism Research Cologne.

Menariknya, pola tersebut tidak muncul pada pria. Pada laki-laki, tidak ditemukan hubungan signifikan antara konsumsi minuman berpemanis atau soft drinks dan gejala depresi, maupun perubahan mikrobioma yang relevan.

Para peneliti menduga bahwa campuran gula, pemanis buatan, dan zat aditif dalam soda bisa mengganggu keseimbangan bakteri baik di usus. Ketidakseimbangan ini dapat melemahkan fungsi pelindung usus dan memicu sinyal peradangan yang berdampak ke otak.

Meski belum bisa dipastikan apa yang membuat efek ini lebih dominan pada wanita, dugaan sementara mengarah ke faktor hormonal atau perbedaan respon imun antara pria dan wanita. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengungkap mekanisme pastinya.

Penting dicatat, studi ini bersifat observasional, bukan uji klinis. Artinya, tidak bisa disimpulkan bahwa minuman berpemanis sof drinks, soda menyebabkan depresi secara langsung—namun hubungan antara konsumsi, mikrobioma, dan gejala cukup konsisten untuk menjadi perhatian.

Temuan ini juga membuka peluang pendekatan baru dalam perawatan depresi. Jika mikrobioma usus terlibat, maka pola makan bisa menjadi bagian dari strategi pemulihan.

Rachel Lippert dari German Institute of Human Nutrition mengatakan, pendekatan berbasis mikrobioma—seperti probiotik atau diet khusus—berpotensi menjadi pelengkap terapi yang sudah ada.

Langkah paling awal dan sederhana adalah mengurangi konsumsi minuman manis. Dengan potensi manfaat untuk suasana hati dan kesehatan usus, hal ini menjadi kebiasaan kecil yang bisa membawa perubahan besar.

Meski satu gelas minuman manis soda tidak serta merta menimbulkan depresi, pola konsumsi rutin bisa berdampak jangka panjang. Perubahan mikrobioma tidak hanya memengaruhi fisik, tapi juga keseimbangan emosional.

Studi lengkap ini telah diterbitkan di jurnal JAMA Psychiatry. Sumber: Erath

 
KEYWORD :

Minuman manis Soft drink depresi Perempuan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :