
Ilustrasi - Otrovert, Tipe Kepribadian Baru yang Menantang Pandangan Lama tentang Sosialitas (Foto: Uniladtech)
Jakarta, Jurnas.com - Spektrum kepribadian selama ini hanya dipahami dalam dua kutub, yakni introvert dan ekstrovert. Namun kini, muncul istilah baru yang menawarkan perspektif berbeda dari dua kutub kepribadian itu, yang dikenal dengan kepribadian otrovert.
Dikutip dari berbagai sumber, istilah ini diperkenalkan oleh Dr. Rami Kaminski, seorang psikiater asal Amerika, yang menyadari bahwa tidak semua orang cocok dengan label kepribadian yang selama ini umum digunakan. Menurutnya, otrovert adalah tipe kepribadian unik yang tidak merasa memiliki keterikatan emosional terhadap kelompok, meskipun mampu menjalin hubungan dekat secara individu.
Kaminski menciptakan istilah otrovert berdasarkan pengamatannya selama puluhan tahun terhadap individu yang tampak sosial namun merasa asing dalam kelompok. Otrovert, menurutnya, adalah orang yang bisa populer, ramah, dan terbuka, tetapi tetap merasakan jarak yang tak kasat mata ketika berada di tengah struktur sosial kolektif.
Perasaan terasing ini bukan disebabkan oleh penolakan dari luar, melainkan karena mereka sendiri tidak merasa terikat dengan nilai, tradisi, atau dinamika kelompok. Bahkan ketika kelompok itu terdiri dari orang-orang yang mereka sukai, otrovert tetap mengalami ketidaknyamanan batin.
Dikutip dari laman Uniladtech, Kaminski menyebut kondisi ini sebagai ketidakmampuan untuk "tersinkronisasi" secara emosional dengan lingkungan sekitar, sebuah fenomena yang ia istilahkan sebagai imunitas terhadap Bluetooth sosial. Artinya, mereka tidak terhubung secara otomatis dengan suasana atau identitas kelompok, sebagaimana yang umum terjadi pada kebanyakan orang.
Meskipun demikian, otrovert bukanlah antisosial atau penyendiri. Justru sebaliknya, mereka sering kali mampu membangun koneksi yang dalam, intim, dan bermakna secara personal.
Masalah muncul ketika mereka dihadapkan pada ekspektasi untuk “menjadi bagian” dari suatu kelompok. Bagi otrovert, tekanan untuk ikut dalam kebersamaan bisa menimbulkan kelelahan emosional atau bahkan rasa terasing yang makin dalam.
Kaminski mengenang masa kecilnya ketika mengikuti kegiatan Pramuka dan merasa tidak terhubung secara emosional saat mengucapkan sumpah kelompok. Pengalaman itu menjadi titik awal bagi pemahaman pribadinya tentang ketidakcocokan dengan identitas kolektif.
Ia kemudian menyimpulkan bahwa otrovert bukan introvert atau ekstrovert, melainkan orang yang "berputar ke arah lain"—tidak ke dalam, tidak ke luar, tetapi menjauh dari pusat kelompok. Arah kepribadian ini membentuk identitas sosial yang mandiri, fleksibel, dan penuh nuansa.
Kaminski juga menyebut bahwa banyak tokoh kreatif dunia menunjukkan kecenderungan serupa, seperti Albert Einstein, Frida Kahlo, George Orwell, hingga Virginia Woolf. Mereka semua adalah individu yang punya pemikiran mendalam dan orisinal, namun cenderung berjarak dari norma sosial mayoritas.
Meski belum didukung oleh riset akademik atau diakui dalam manual psikologi seperti DSM-5, konsep otrovert dinilai membantu banyak orang memahami identitas sosial mereka secara lebih jujur. Ini juga menjadi alternatif untuk menggambarkan pengalaman yang tak terwakili oleh label introvert atau ekstrovert. (*)
KEYWORD :Otrovert Kepribadian psikologi introvert ekstrovert