
Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Atip Latipulhayat (Foto: Ist)
Jakarta, Jurnas.com - Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Atip Latipulhayat, mengatakan bahwa kolaborasi catur pusat pendidikan yang terdiri dari sekolah, orang tua, masyarakat, dan media, berperan penting dalam kesuksesan pendidikan karakter anak.
Hal ini disampaikan dalam kegiatan Fasilitas dan Advokasi Kebijakan Penguatan Karakter, yang diselenggarakan oleh Pusat Penguatan Karakter Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen), bekerja sama dengan Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Sulawesi Selatan.
Kegiatan ini dilakukan untuk menyusun langkah bersama menguatkan implementasi Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (7KAIH) khususnya di Provinsi Sulawesi Selatan.
Wamen Atip mengatakan bahwa sinergi pemerintah pusat dan daerah juga tak kalah penting agar kebijakan nasional dapat diterjemahkan menjadi aksi nyata di lapangan, khususnya pada bidang penguatan dan pendidikan karakter.
"Saat ini kita menghadapi tantangan generasi instan yang mudah terpengaruh dan rawan krisis moral. Pendidikan harus memiliki sebuah pembiasaan yang kelak melahirkan generasi yang cerdas sekaligus berkarakter kuat," ujar Wamen Atip di Makassar pada Rabu (24/9).
"Kolaborasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, sekolah, dan masyarakat adalah cara paling efektif untuk menanamkan kebiasaan positif sejak dini," dia menambahkan.
Terkait dengan kebijakan penguatan karakter, Wamen Atip menilai bahwa 7KAIH dirancang agar anak-anak Indonesia memiliki sebuah pembiasaan positif yang kelak berdampak positif untuk dirinya saat ini dan masa depan.
Dia menyebut bahwa pembiasaan tersebut bukan sekadar slogan, tetapi praktik keseharian yang perlu dilakukan agar menumbuhkan sikap kedisiplinan, menjaga kesehatan, dan meneguhkan mental.
"Karakter merupakan pondasi utama dalam pembangunan sumber daya manusia. Melalui kegiatan ini kita harapkan akan lahir berbagai praktik baik tentang penguatan karakter yang bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain dan menguatkan implementasi 7KAIH sebagai pondasi penguatan karakter khususnya di Sulawesi Selatan," ujar dia.
Sementara itu, Kepala Puspeka Kemdikdasmen, Rusprita Putri Utami, menambahkan bahwa gerakan 7KAIH ini sejalan dengan Asta Cita ke-empat Presiden Prabowo Subianto dalam rangka memperkuat pembangunan sumber daya manusia dan karakter bangsa.
"Kolaborasi di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa perubahan karakter dimulai dari kesepakatan aksi antara catur pusat pendidikan. Ini adalah gerakan kultural yang partisipatif, mendorong dinas pendidikan dan pemangku kepentingan bidang pendidikan lainnya untuk menyelaraskan dan mengintegrasikan program penguatan karakter, sekaligus memperkuat kolaborasi antar-unit pelaksana teknis Kemdikdasmen, dinas pendidikan, dan satuan pendidikan," kata Rusprita.
Dalam forum ini, Kemdikdasmen menyiapkan arah kebijakan dan panduan nasional yang dapat diadopsi oleh pemerintah daerah. Sejumlah program dan kebijakan turut diperkenalkan untuk mendukung gerakan ini, antara lain Gerakan 7 KAIH, Pertemuan Pagi Ceria yang memadukan Senam Anak Indonesia hebat, menyanyikan Indonesia Raya, dan doa bersama sebagai pembiasaan berolahraga, menguatkan nilai kebangsaan dan rasa syukur, ditambah budaya belajar yang aman, nyaman, gembira, dan penguatan inklusivitas serta kebinekaan.
Pemerintah daerah di Sulawesi Selatan diharapkan mendukung implementasi gerakan ini melalui fasilitasi satuan pendidikan, mobilisasi komunitas, dan kampanye publik.
Hasil pertemuan di Makassar menghasilkan rencana tindak lanjut yang memuat jenis kegiatan, target peserta, jadwal pelaksanaan, dan strategi monitoring. rencana tindak lanjut ini akan menjadi acuan bersama untuk memperluas penerapan 7 KAIH di sekolah dan keluarga.
Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan, Mustakim, menegaskan bahwa keberhasilan gerakan ini hanya dapat terwujud apabila pemerintah pusat dan daerah bekerja selaras.
"Dengan kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam memperkuat karakter melalui Gerakan 7 KAIH, program dapat saling melengkapi. Kemdikdasmen menyediakan dukungan regulasi, anggaran, serta pelatihan, sementara kami selaku pemerintah daerah menyediakan jejaring sekolah, guru, orang tua, dan komunitas sebagai eksekutor lapangan," ujar Mustakim.
Mustakim menambahkan bahwa rencana tindak lanjut memprioritaskan dua langkah utama. Pertama, sosialisasi dan advokasi, yakni penyebarluasan hasil forum ke seluruh satuan pendidikan, komite sekolah, dan organisasi masyarakat agar pemahaman tentang Gerakan 7 KAIH merata.
Kedua, integrasi ke kurikulum dan kegiatan sekolah, yaitu pengembangan pembiasaan 7 KAIH dalam keseharian siswa melalui kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
Contoh inspiratif datang dari SD Islam Terpadu Ar-Rahmah Makassar melalui program Sinergi Sekolah dan Orang Tua dalam Ikhtiar Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (Semai 7 KAIH). Program ini menanamkan kebiasaan positif secara bertahap dengan dukungan teknologi dan partisipasi keluarga.
Sekolah menetapkan indikator sederhana sesuai usia, seperti pembiasaan bangun sebelum pukul 05.30 WITA, menyapa guru dan teman, berbagi alat tulis, hingga menyelesaikan konflik tanpa kekerasan. Untuk mendukung pola hidup sehat, sekolah melaksanakan `AR-RAHMAH FRESH` yaitu makan sehat bergilir setiap Selasa dengan menu buah, sayur, ikan, dan makanan tradisional.
Kebiasaan anak dipantau setiap hari melalui aplikasi SAVA, yang memungkinkan guru dan orang tua mencatat kegiatan anak mulai dari bangun pagi hingga tidur sebelum pukul 20.00. Laporan bulanan menjadi bahan evaluasi bersama sekolah dan orang tua.
Kepala Sekolah SD IT Ar-Rahmah, Jusria Kadir, mengatakan bahwa perubahan positif sudah mulai terlihat sejak penerapan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat.
"Siswa kini lebih bersemangat dalam aktivitas olahraga, terutama senam pagi, sehingga mereka tampak lebih sehat dan bugar. Mereka juga lebih rajin membaca dan termotivasi untuk mengulang pembelajaran di rumah. Selain itu, kebiasaan mengonsumsi makanan sehat, seperti makan buah, semakin meningkat," kata Jusria.
Jusria menekankan bahwa keberhasilan pembiasaan hanya dapat tercapai jika seluruh pihak terlibat aktif.
"Pembiasaan hanya akan berhasil jika didukung oleh semua pihak. Sekolah, orang tua, dan masyarakat semuanya membantu siswa menjalankan kebiasaan baik ini. Seperti kata peribahasa, perlu orang sekampung untuk mendidik seorang anak," dia menambahkan.
KEYWORD :Wamendikdasmen Atip Latipulhayat Pendidikan Karakter