
Ilustrasi - Sedang minum alkohol (Foto: Pexels/Ketut Subiyanto)
Jakarta, Jurnas.com - Selama ini, anggapan bahwa minum sedikit alkohol, seperti segelas wine atau bir setiap hari, bisa membantu menjaga fungsi otak dan bahkan mengurangi risiko demensia. Tapi sebuah studi baru berskala besar justru membantah klaim tersebut.
Hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal BMJ Evidence-Based Medicine menyebutkan bahwa tidak ada tingkat konsumsi alkohol yang terbukti aman terhadap risiko demensia. Bahkan jumlah kecil sekalipun tetap meningkatkan risiko.
U-Shape yang Menyesatkan
Selama ini, banyak studi observasional menunjukkan pola berbentuk U: non-peminum dan peminum berat terlihat lebih berisiko, sementara peminum ringan atau sedang tampak lebih “aman”. Seolah-olah ada titik tengah yang ideal.
Tapi para peneliti mengingatkan bahwa pola ini bisa menyesatkan. Mengapa? Pertama, Reverse causation. Banyak orang mengurangi konsumsi alkohol ketika gejala awal demensia mulai muncul—jauh sebelum diagnosis resmi. Akibatnya, mereka tampak seperti “peminum ringan”, padahal dulunya mungkin minum lebih banyak.
Kedua, kelompok non-peminum tidak homogen. Mereka sering mencakup mantan peminum berat atau individu dengan kondisi kesehatan tertentu yang juga meningkatkan risiko demensia.
Kesimpulannya, studi observasional kerap keliru dalam mengartikan sebab dan akibat.
Semakin Banyak Minum Alkohol, Semakin Tinggi Risiko Demensia
Untuk menghindari bias tersebut, peneliti menggunakan pendekatan genetik lewat metode Mendelian randomization—sebuah teknik yang memanfaatkan varian genetik yang berkaitan dengan kebiasaan minum alkohol.
Dengan data genetik dari sekitar 2,4 juta orang, peneliti meneliti tiga hal: jumlah minuman per minggu, kecenderungan mengalami gangguan penggunaan alkohol, dan diagnosis alcohol use disorder (AUD).
Hasilnya, semakin besar paparan alkohol sepanjang hidup (berdasarkan predisposisi genetik), semakin tinggi risiko demensia. Tidak ada lagi “titik aman” di tengah.
Risiko demensia paling tinggi ditemukan pada mereka yang memiliki gangguan penggunaan alkohol. Artinya, upaya menurunkan angka AUD dalam populasi bisa secara langsung berdampak pada penurunan jumlah kasus demensia di masa depan.
Namun alkohol bukan satu-satunya faktor risiko. Gaya hidup sehat secara keseluruhan—seperti menjaga tekanan darah, tidur cukup, aktif secara fisik dan sosial—juga tetap penting untuk menjaga kesehatan otak seiring bertambahnya usia. (*)
Sumber: Earth
KEYWORD :
Alkohol dan demensia Risiko minum alkohol Dampak alkohol pada otak