Rabu, 24/09/2025 01:04 WIB

Hukum Berdusta Demi Lawakan, Ini Batas Candaan dalam Islam

Ilustrasi sedang tertawa (Foto: Pexels/Andrea Piacquadio)

Jakarta, Jurnas.com - Dalam budaya populer saat ini, lelucon sering kali dibumbui dengan cerita palsu, hiperbola, bahkan kebohongan demi membuat orang tertawa. Namun, dalam pandangan Islam, dusta tetaplah dusta, meski niatnya untuk hiburan.

Lantas, di mana batas antara candaan yang dibolehkan dan yang menjerumuskan? Islam secara tegas melarang kebohongan, termasuk dalam bentuk candaan sekalipun. Meski tujuannya menghibur, kebohongan tetap dianggap sebagai pelanggaran terhadap prinsip kejujuran yang dijunjung tinggi dalam syariat.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surah An-Nahl ayat 116, “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta: ‘Ini halal dan ini haram,’ untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah.” Ayat ini menjadi peringatan keras agar setiap ucapan dijaga dari kebohongan, baik dalam perkara serius maupun ringan.

Dalam konteks hiburan, larangan ini semakin relevan. Sebab candaan yang dibangun di atas dusta bisa menormalkan kebohongan dan merusak kepekaan hati terhadap kebenaran.

Nabi Muhammad ﷺ bahkan menyebut ancaman bagi mereka yang berdusta demi membuat orang lain tertawa. Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Dawud dan Tirmidzi, beliau bersabda, “Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang lain tertawa. Celakalah dia! Celakalah dia!”

Peringatan ini bukan sekadar ancaman kosong, melainkan penegasan bahwa berdusta demi hiburan bisa menjadi sebab murka Allah. Pengulangan kata “celaka” dalam hadis tersebut menunjukkan bahwa perbuatan itu sangat dibenci dalam Islam.

Meski begitu, Islam tidak melarang umatnya untuk tertawa atau bercanda. Rasulullah ﷺ sendiri pernah melontarkan humor, namun tetap menjaga kebenaran dalam setiap ucapannya.

Dalam sebuah riwayat, beliau bersabda, “Sesungguhnya aku juga bercanda, tapi aku tidak mengatakan kecuali yang benar.” Artinya, hiburan tetap bisa dilakukan tanpa harus mengorbankan kejujuran.

Konteks ini penting di tengah budaya populer saat ini yang sering menjadikan kebohongan sebagai bahan lelucon. Islam mendorong umatnya untuk tetap menghibur, namun dengan cara yang bermartabat dan tidak menipu.

Jika ingin membuat orang tertawa, lakukanlah dengan kisah nyata yang ringan atau kata-kata yang menyenangkan tanpa rekayasa. Karena dalam Islam, lisan adalah amanah, dan setiap ucapan akan dimintai pertanggungjawaban. (*)

Wallahu`alam

KEYWORD :

hukum berdusta candaan Islam




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :