Selasa, 23/09/2025 16:18 WIB

Silaturahmi yang Beradab, Etika Bertamu dan Menyambut Tamu Menurut Islam

Islam mengajarkan adab mulia bagi tamu dan tuan rumah, sebagai wujud iman dan penghormatan sosial.

Ilustrasi sedang menerima tamu (Foto: Pexels/RDNE Stock Project)

Jakarta, Jurnas.com - Islam hadir bukan hanya mengatur urusan ibadah pribadi, tetapi juga membimbing umatnya dalam menjalin hubungan sosial. Salah satu bentuk nyata dari keindahan ajaran ini tercermin dalam adab saat bertamu maupun menerima tamu.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menegaskan pentingnya menjaga etika ketika memasuki rumah orang lain. Firman-Nya dalam QS An-Nur ayat 27 menekankan bahwa setiap orang wajib meminta izin dan mengucapkan salam sebelum masuk ke rumah yang bukan miliknya.

Ketentuan ini bukan sekadar bentuk sopan santun, tetapi juga perlindungan terhadap privasi dan kenyamanan penghuni rumah. Islam mengajarkan bahwa kehormatan seseorang dimulai dari ruang pribadinya.

Lebih jauh, Rasulullah ﷺ memperkuat adab sosial ini dengan mengajarkan bahwa memuliakan tamu adalah bagian dari iman. Dalam sabda beliau yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, dijelaskan bahwa siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir wajib menghormati tamunya.

Hal ini menunjukkan bahwa menerima tamu bukan hanya kewajiban sosial, tetapi juga bentuk nyata dari keimanan yang hidup. Memuliakan tamu menjadi amal yang berpahala jika dijalankan dengan niat yang ikhlas.

Namun, penghormatan kepada tamu tidak berarti menghapus batas. Islam tetap menekankan keseimbangan antara hak tuan rumah dan kewajiban tamu.

Rasulullah ﷺ menetapkan bahwa jamuan utama bagi tamu hanya berlangsung selama tiga hari. Setelahnya, jika tuan rumah tetap menjamu, maka itu dihitung sebagai sedekah, bukan kewajiban.

Ini menjadi isyarat bahwa seorang tamu juga harus peka terhadap situasi tuan rumah. Tidak berlama-lama, tidak membuat repot, dan tidak mengambil kenyamanan berlebihan menjadi bentuk penghormatan balik dari tamu.

Sebaliknya, tuan rumah pun dituntut untuk menyambut dengan ramah, memberikan kenyamanan, dan menjaga perasaan tamu selama kunjungan berlangsung. Sikap ini bukan hanya etika, tetapi refleksi dari keluhuran akhlak seorang Muslim.

Dalam praktiknya, memuliakan tamu tidak selalu harus dengan sajian mewah. Islam memandang niat baik dan keramahan sebagai inti dari penghormatan itu sendiri.

Hubungan antara tamu dan tuan rumah adalah hubungan timbal balik yang dijaga oleh syariat. Keduanya diajak untuk saling memahami, saling menghormati, dan tidak saling memberatkan.

Dengan adab yang terjaga, kunjungan yang sederhana pun bisa menjadi ladang pahala. Sebaliknya, tanpa etika, silaturahmi bisa berubah menjadi beban yang mengganggu. (*)

Wallahu`alam

KEYWORD :

Silaturahmi adab tamu tuan rumah Islam hak kewajiban




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :