Senin, 22/09/2025 20:18 WIB

FSM 2025 Dorong Ekonomi Kreatif Lebak, Produk Badui dan Lukisan Wajah Laris Manis

Festival ini sangat membantu ekonomi keluarga kami. Tahun lalu saja kami kewalahan melayani permintaan pengunjung. Tahun ini pun animo sama tingginya.

Pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) Suku Badui dari pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, mempromosikan produk unggulan mereka dan meramaikan Festival Seni Multatuli Rangkasbitung di Alun-alun Timur Rangkasbitung, Lebak, Banten, Sabtu (20/9). (Foto: Dok. Antara)

 

Lebak, Jurnas.com – Festival Seni Multatuli (FSM) 2025 yang digelar di Alun-Alun Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, pada 19–21 September. Tidak hanya menjadi ruang apresiasi budaya, tetapi juga mendatangkan berkah ekonomi bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta seniman lokal.

Puluhan UMKM masyarakat adat Badui hingga pelukis asal Rangkasbitung mengaku kebanjiran pembeli dan pesanan selama festival berlangsung.

Jamal, salah seorang pelaku UMKM Badui, mengaku senang bisa meramaikan FSM 2025. Ia menjajakan produk aneka kerajinan khas masyarakat adat Badui, mulai dari kain tradisional motif Janggawari seharga Rp1,2 juta, kain pewarna alam Rp500 ribu, kain songket Rp250 ribu, hingga selendang kecil Rp20 ribu.

Selain itu, tersedia juga pakaian kebaya perempuan Rp150 ribu, pakaian kampret Rp300 ribu per pasang, ikat kepala (lomar) Rp100 ribu, dan tas koja Rp250 ribu. Semua produk itu, kata Jamal, merupakan hasil karya tangan masyarakat adat Badui yang tetap dikerjakan secara tradisional.

“Festival ini sangat membantu ekonomi keluarga kami. Tahun lalu saja kami kewalahan melayani permintaan pengunjung. Tahun ini pun animo sama tingginya,” ujar Jamal dalam keterangan resmi yang diterima, Senin (22/9).

Santa, pelaku UMKM lainnya, juga merasakan hal serupa. Ia menyebut omzet penjualan kerajinan relatif lumayan karena banyak pengunjung datang dari berbagai daerah seperti Banten, Jawa Barat, Lampung, hingga DKI Jakarta.

Plt Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak, Imam Suangsa, menegaskan bahwa pemerintah daerah selalu mendorong promosi produk Badui melalui FSM. Saat ini terdapat sekitar 2.000 unit UMKM Badui, dengan potensi perputaran uang dari kerajinan adat mencapai ratusan juta rupiah per tahun.

“Kami terus melakukan pembinaan dan promosi agar produk kerajinan Badui bisa bersaing, bukan hanya di pasar domestik tapi juga mancanegara,” ujar Imam.

Selain UMKM, seniman lokal juga turut menikmati dampak ekonomi FSM 2025. Endang Nugraha (55), pelukis asal Rangkasbitung, mengaku mendapat lebih dari 20 pesanan lukisan wajah dalam satu hari festival.

Biaya setiap lukisan wajah di atas kanvas ukuran 30x20 sentimeter berkisar Rp250 ribu hingga Rp300 ribu. Dalam sehari, Endang berhasil mengantongi pendapatan sekitar Rp4,5 juta.

“Kebanyakan pengunjung minta dilukis bersama pasangan untuk dipajang di ruang tamu. Saya hanya butuh dua jam untuk menyelesaikan satu lukisan,” kata Endang, yang telah menekuni seni lukis sejak bangku SD hingga kini dikenal sebagai pelukis realis dan naturalis.

FSM 2025 tidak hanya menampilkan pertunjukan seni, tetapi juga membuka peluang ekonomi yang nyata bagi pelaku UMKM dan seniman lokal.

Festival ini menjadi bukti bahwa kebudayaan bisa menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat.

Dengan antusiasme ribuan pengunjung dari berbagai daerah, FSM kian menegaskan perannya sebagai ruang kolaborasi budaya sekaligus pengungkit ekonomi kreatif di Lebak, Banten.

 

 

 

KEYWORD :

Festival Seni Multatuli FSM 2025 seniman UMKM Rangkasbitung Badui ekonomi kreatif




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :