Selasa, 16/09/2025 07:49 WIB

Smartboard Bantuan Kemdikdasmen untuk Sekolah, Ini Keunggulannya

Berbeda dengan televisi pintar (smart TV) yang hanya menyajikan informasi satu arah, Papan Interaktif Pintar (smartboard) dirancang agar guru dan siswa dapat berkolaborasi langsung melalui layar sentuh

Penggunaan smartboard dalam pembelajaran di SDN 3 Sudagaran, Banyumas (Foto: Muti/Jurnas.com)

Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) berupaya mewujudkan kelas yang lebih dinamis, interaktif, sekaligus merata bagi semua anak di berbagai pelosok negeri melalui program Digitalisasi Pembelajaran.

Program ini lahir bukan semata karena tren teknologi, melainkan sebagai respons atas berbagai tantangan pendidikan, mulai dari rendahnya capaian literasi hingga learning loss akibat pandemi.

"Digitalisasi pembelajaran menjadi upaya percepatan agar anak-anak Indonesia bisa mengejar ketertinggalan sekaligus terbiasa dengan keterampilan abad 21," kata Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen), Gogot Suharwoto.

Dasar hukum penguatan program ini tercantum dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2025 yang menekankan revitalisasi satuan pendidikan, pembangunan sekolah unggul, hingga implementasi digitalisasi pembelajaran.

Presiden Prabowo menegaskan komitmen tersebut dalam pidato Hari Guru Nasional 2024 serta Hari Pendidikan Nasional 2025 dengan menargetkan setiap sekolah memperoleh perangkat Papan Interaktif Pintar (smartboard) yang disebut Interactive Flat Panel (IFP) untuk menunjang proses belajar.

Papan interaktif mulai didistribusikan ke sejumlah wilayah. Tahap 1 ditujukan untuk sekolah-sekolah di wilayah Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat. Adapun untuk wilayah lainnya, proses distribusi akan dilakukan pada tahap berikutnya.

Berbeda dengan televisi pintar (smart TV) yang hanya menyajikan informasi satu arah, Papan Interaktif Pintar dirancang agar guru dan siswa dapat berkolaborasi langsung melalui layar sentuh. Kontennya bisa berupa teks, video, audio, gamifikasi, bahkan augmented reality.

“Anak-anak dapat memutar model jantung, memperbesar, memperkecil, dan menjawab soal interaktif di layar. Semua ini membuat pembelajaran lebih mudah dipahami sekaligus menyenangkan,” kata Dirjen Gogot.

Digitalisasi Pembelajaran ini tidak hanya berupa perangkat, tetapi juga konten pembelajaran interaktif serta bimbingan teknis bagi guru agar mampu merancang pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

"Ini satu paket. Tidak cukup hanya alat tanpa konten, atau konten tanpa pendampingan. Semuanya terintegrasi," dia menambahkan.

Manfaat nyata dari digitalisasi pembelajaran juga dirasakan langsung oleh Haryanto, guru Informatika di SMP Negeri 86 Jakarta. Dia menyebut Papan Interaktif Pintar telah mengubah suasana kelas menjadi jauh lebih hidup.

"Anak-anak jadi lebih antusias karena format belajarnya variatif. Mereka yang tadinya malu untuk maju, sekarang berani karena merasa bermain sekaligus belajar. Misalnya ada soal interaktif yang harus digeser jawabannya di papan, mereka berebut ingin mencoba," ujar Haryanto.

Selain Papan Interaktif Pintar, Haryanto juga menggunakan platform Ruang Murid yang berisi materi dari SD hingga SMA/SMK, lengkap dengan video, buku digital, laboratorium maya, hingga gim edukasi.

"Ketika membahas topik perundungan (bullying), saya bisa langsung menampilkan video dari platform, menambahkan gambar dari internet, lalu anak-anak diminta menjelaskan di papan. Mereka excited sekali, seolah-olah jadi tutor sebaya," ujar dia.

Menurut dia, kehadiran teknologi justru memperkuat peran guru sebagai desainer pembelajaran. "Alat ini ibarat ‘jembatan’. Guru tetap kunci, tapi kini punya banyak cara untuk membuat kelas lebih menarik, mendalam, dan menyenangkan,” dia menambahkan.

Meski kerap muncul pandangan bahwa digitalisasi hanya cocok untuk sekolah di kota besar, pemerintah memastikan program ini menjangkau seluruh wilayah, termasuk daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).

"Kami bekerja sama dengan PLN untuk menyediakan panel surya bagi sekolah yang belum punya listrik. Untuk sekolah tanpa internet, kami berikan perangkat tambahan agar tetap terhubung. Bahkan konten interaktif bisa diakses tanpa internet melalui penyimpanan eksternal yang disiapkan khusus," kata Gogot.

Selain itu, sistem pelatihan guru juga dibuat berlapis mulai dari pelatihan langsung, webinar, pengimbasan antarguru, hingga modul belajar mandiri di platform digital kementerian. Dengan cara ini, guru didorong untuk cepat beradaptasi dan saling berbagi praktik baik melalui komunitas belajar di sekolah masing-masing.

Tak sedikit yang mengkhawatirkan bahwa distribusi perangkat ini hanya formalitas belaka. Menjawab kekhawatiran itu, Gogot menegaskan, pemerintah menggunakan tiga lapis verifikasi agar perangkat benar-benar sampai ke sekolah yang tepat, yakni Data Pokok Pendidikan (Dapodik), validasi dari dinas, serta pernyataan kesediaan dari sekolah penerima.

“Digitalisasi bukan sekadar membagi alat, tapi memastikan mutu pembelajaran merata di seluruh Indonesia. Prinsipnya inklusif, adaptif, dan partisipatif. Semua anak berhak atas layanan pendidikan yang setara,” ujar dia menegaskan.

Digitalisasi Pembelajaran kini dipandang sebagai salah satu pilar penting dalam mewujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua. Pilar inklusif menegaskan layanan merata tanpa kesenjangan, pilar adaptif mendorong adopsi teknologi dan keterampilan abad 21, sedangkan pilar partisipatif membuka ruang kontribusi guru dan komunitas dalam mengembangkan konten.

"Dengan digitalisasi, kita ingin menutup learning loss, memperkuat literasi, sekaligus menyiapkan generasi yang siap menghadapi tantangan zaman. Anak-anak kita tidak boleh tertinggal dari perkembangan teknologi dunia," kata Dirjen Gogot.

KEYWORD :

Smartboard Smart TV Kemdikdasmen Digitalisasi Pembelajaran




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :