
Ilustrasi sedang insomnia atau susah tidur(Foto: Pexels/Andrea Piacquadio)
Jakarta, Jurnas.com - Kurang tidur bukan hanya membuat tubuh lemas, tetapi juga dapat mempercepat proses penuaan pada otak. Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa insomnia kronis berkaitan erat dengan peningkatan risiko gangguan kognitif dan demensia.
Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Neurology dan melibatkan lebih dari 2.700 orang berusia rata-rata 70 tahun yang dipantau selama lima tahun. Para peneliti mencatat bahwa sekitar 16 persen dari partisipan mengalami insomnia kronis.
Temuan menunjukkan bahwa orang yang mengalami gangguan tidur setidaknya tiga kali seminggu selama lebih dari tiga bulan memiliki risiko 40 persen lebih tinggi untuk mengalami penurunan fungsi kognitif ringan atau demensia. Risiko ini tetap signifikan meskipun faktor lain seperti tekanan darah tinggi, apnea tidur, dan konsumsi obat sudah diperhitungkan.
Kondisi tersebut setara dengan penuaan otak selama 3,5 tahun lebih cepat dibandingkan mereka yang memiliki kualitas tidur normal. Dampak jangka panjangnya terlihat jelas pada penurunan daya ingat, konsentrasi, dan kemampuan berpikir.
Selain itu, sebagian peserta menjalani pemindaian otak untuk melihat tanda-tanda awal kerusakan saraf. Hasilnya memperlihatkan bahwa mereka yang kurang tidur memiliki lebih banyak plak amiloid dan kerusakan pada materi putih otak.
Plak amiloid dikenal sebagai penanda utama penyakit Alzheimer, sementara kerusakan materi putih berkaitan dengan gangguan pada pembuluh darah kecil di otak. Kedua kondisi tersebut memperkuat hubungan antara insomnia dan proses neurodegeneratif.
Dr. Diego Z. Carvalho dari Mayo Clinic menyebut bahwa insomnia bisa menjadi gejala awal dari penurunan fungsi otak atau bahkan faktor yang mempercepatnya. Ia juga menekankan bahwa efek buruk dari kurang tidur mungkin lebih besar daripada yang selama ini diperkirakan.
Yang menarik, peserta yang justru tidur lebih lama dari biasanya menunjukkan tingkat kerusakan otak yang lebih rendah. Ini membuka kemungkinan bahwa kualitas tidur yang membaik dapat membantu memperlambat kerusakan fungsi kognitif.
Namun, para peneliti mengingatkan bahwa studi ini hanya menemukan keterkaitan, bukan sebab-akibat langsung. Meskipun begitu, pola penurunan kognitif yang konsisten pada kelompok insomnia tetap menjadi perhatian serius.
Risiko tersebut bahkan lebih besar pada individu yang membawa gen risiko demensia APOE ε4. Ini menunjukkan bahwa insomnia dapat memperburuk kondisi genetik tertentu yang terkait dengan gangguan otak.
Karena itu, penting untuk tidak mengabaikan gangguan tidur, terutama di usia lanjut. Tidur yang cukup bukan hanya soal kenyamanan, melainkan bagian penting dari perlindungan fungsi otak.
Para peneliti menyerukan perlunya deteksi dini dan penanganan insomnia secara medis. Langkah ini bukan hanya untuk meningkatkan kualitas hidup sehari-hari, tetapi juga sebagai strategi pencegahan terhadap demensia. (*)
Sumber: Earth
KEYWORD :Insomnia Susah tidur Penuaan otak Dimensia