Sabtu, 13/09/2025 20:52 WIB

Takut Sial Setelah Tabrak Kucing? Dalam Islam, Itu Disebut Tathayyur

Ketakutan ini bukan sekadar rasa bersalah, tetapi sudah masuk ke dalam keyakinan bahwa menabrak kucing — apalagi kucing hitam — bisa mendatangkan nasib buruk. Dalam Islam, kepercayaan semacam ini dikenal sebagai tathayyur

Ilustrasi kucing (Foto: Pexels/Willian Santos)

Jakarta, Jurnas.com - Kucing adalah salah satu hewan yang paling dekat dengan kehidupan manusia. Ia tak hanya dipelihara di rumah, tapi juga sering dijumpai di warung, halaman masjid, hingga berkeliaran bebas di jalanan.

Namun, tak jarang keberadaannya di jalan membuat kucing rentan tertabrak kendaraan. Saat kejadian itu terjadi, sebagian orang merasa waswas, khawatir akan tertimpa kesialan.

Ketakutan ini bukan sekadar rasa bersalah, tetapi sudah masuk ke dalam keyakinan bahwa menabrak kucing — apalagi kucing hitam — bisa mendatangkan nasib buruk. Dalam Islam, kepercayaan semacam ini dikenal sebagai tathayyur. Lantas, apa itu tathayur?

Tathayyur adalah sikap mengaitkan suatu peristiwa, benda, atau makhluk dengan datangnya kesialan secara irasional. Misalnya, menganggap angka tertentu membawa sial, melihat burung terbang ke arah kiri sebagai pertanda buruk, atau takut celaka setelah tak sengaja menabrak kucing.

Rasulullah SAW tidak pernah mencontohkan keyakinan semacam itu. Sebaliknya, beliau mengajarkan untuk bertawakal dan tidak menggantungkan nasib pada hal-hal yang tidak memiliki hubungan sebab-akibat yang jelas.

Dikutip dari laman Kemenag, Imam Al-Munawi dalam Faidlul Qadir menjelaskan, orang yang merasa sial karena suatu kejadian dan meninggalkan teladan Nabi justru akan tertimpa apa yang ia takutkan. Keyakinan seperti itu menandakan lemahnya tawakal dan keyakinan kepada takdir Allah.

Jika insiden menabrak kucing terjadi tanpa disengaja, Islam tidak memandangnya sebagai dosa. Bahkan, Al-Qur’an dalam Surah Al-Ahzab ayat 5 menyatakan:

“Tidak ada dosa atasmu jika kamu khilaf tentang itu, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ayat ini memberi ketenangan bahwa kesalahan yang tidak disengaja tidak dihitung sebagai dosa. Maka dari itu, merasa takut sial setelah menabrak kucing bukan hanya tidak berdasar, tapi bisa berujung pada sikap yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Rasa sedih atau bersalah tentu manusiawi. Namun, menjadikannya alasan untuk merasa sial justru membuka pintu sugesti negatif.

Dalam psikologi, fenomena ini dikenal sebagai self-fulfilling prophecy — keyakinan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi membuat seseorang terus fokus pada hal-hal negatif, hingga benar-benar merasa sial. Bukan karena kucing, tapi karena pikirannya sendiri.

Islam tidak menafikan emosi manusia, tapi mengarahkan umatnya untuk bersikap bijak dan rasional. Ketika terjadi hal yang tidak diinginkan di jalan, seperti menabrak kucing, yang dianjurkan adalah membaca istighfar dan memperbaiki sikap.

Jika kucing tersebut masih hidup, membawanya ke tempat perawatan adalah bentuk tanggung jawab. Jika sudah meninggal, menguburnya dengan layak adalah cara menghormati makhluk Allah yang juga punya hak atas kasih sayang.

Islam mengajarkan kelembutan, tanggung jawab, dan tawakal. Keyakinan terhadap sial setelah menabrak kucing bukan bagian dari ajaran tersebut, melainkan warisan budaya yang perlu diluruskan. (*)

Wallahu`alam

KEYWORD :

Kucing Islam tathayyur




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :