
Demonstran mengibarkan bendera saat asap mengepul di kompleks Parlemen, di Kathmandu, Nepal, 9 September 2025. REUTERS
Jakarta, Jurnas.com - Sejarah mencatat, kekuasaan tidak selamanya berada di tangan elite. Ketika suara rakyat menggelegar di jalanan, bahkan pemimpin terkuat pun bisa tumbang. Sejarah menunjukkan bahwa kekuasaan yang tak berpihak pada rakyat, cepat atau lambat akan diguncang.
Dalam beberapa dekade terakhir, dari Asia hingga Afrika, suara rakyat telah mengguncang istana-istana kekuasaan. Penyebabnya beragam, dari krisis ekonomi, pelanggaran hak asasi manusia, hingga pembatasan media sosial yang memicu kemarahan publik.
Berikut adalah daftar 7 pemimpin negara yang terpaksa lengser akibat tekanan demonstrasi rakyat, yang dikutip dari berbagai sumber.
Nepal Bergejolak, Ini Faktor Utama di Baliknya
1. Soeharto (Indonesia, 1998)
Setelah lebih dari tiga dekade berkuasa, Presiden Soeharto akhirnya menyerah pada desakan publik yang memuncak. Krisis moneter, korupsi, dan ketimpangan sosial menjadi pemantik gerakan mahasiswa yang menduduki gedung DPR/MPR. Sejarah mencatat 21 Mei 1998 sebagai hari lengsernya Orde Baru.
2. Fernando de la Rúa (Argentina, 2001)
Didera krisis ekonomi dan kerusuhan sosial, Presiden De la Rúa akhirnya mundur dengan dramatis menggunakan helikopter dari istana kepresidenan. Demonstrasi besar di Buenos Aires menjadi simbol kehancuran kepercayaan publik terhadap elit politik.
3. Zine El Abidine Ben Ali (Tunisia, 2011)
Zine El Abidine Ben Ali memimpin Tunisia sejak 1987 dengan rezim otoriter. Namun, sebuah insiden — aksi bakar diri pedagang kecil bernama Mohamed Bouazizi — memicu gelombang protes nasional di akhir 2010. Rakyat turun ke jalan menuntut keadilan sosial, penghapusan korupsi, dan pembukaan ruang demokrasi.
Pada 14 Januari 2011, Ben Ali melarikan diri ke Arab Saudi. Kejatuhannya menjadi pemicu gelombang Revolusi Arab (Arab Spring) di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara.
4. Hosni Mubarak (Mesir, 2011)
Mubarak, yang memimpin Mesir sejak 1981, akhirnya mundur setelah protes massal selama 18 hari mengguncang Kairo dan kota-kota lain. Rakyat menuntut diakhirinya korupsi, kekerasan negara, dan ketimpangan sosial. Mundurnya Mubarak menjadi salah satu momen puncak Arab Spring.
5. Omar al-Bashir (Sudan, 2019)
Dikenal sebagai pemimpin otoriter, Bashir akhirnya digulingkan militer setelah aksi damai yang digerakkan kaum muda dan profesional mengguncang Sudan. Demonstrasi awalnya dipicu kenaikan harga roti, namun berkembang menjadi tuntutan perubahan total terhadap sistem kekuasaan.
6. Gotabaya Rajapaksa (Sri Lanka, 2022)
Ketika inflasi melonjak, bahan bakar langka, dan listrik padam bergilir, rakyat Sri Lanka turun ke jalan. Presiden Gotabaya Rajapaksa melarikan diri ke luar negeri dan mengundurkan diri setelah istana presiden diambil alih oleh demonstran.
7. K.P. Sharma Oli (Nepal, 2025)
Perdana Menteri Nepal, K.P. Sharma Oli, menjadi nama terbaru yang lengser akibat gelombang demonstrasi rakyat. Pada 9 September 2025, ia menyerahkan surat pengunduran diri setelah protes besar meluas di berbagai kota utama Nepal, menandai babak baru dalam sejarah pergolakan politik global yang dipicu oleh tuntutan perubahan dari rakyat. (*)
KEYWORD :Demo Pemimpin Lengser Soeharto 98 Indonesia Nepal