
Artis cantik Intan Mita pemain sinetron JBW 3 Kesurupan saat syuting. (Foto: Jurnas/Instagram).
Jakarta, Jurnas.com - Fenomena kesurupan atau kerasukan bukan hal asing di masyarakat Indonesia. Kejadian ini sering muncul dalam berbagai konteks, mulai dari ritual adat hingga kejadian tak terduga di sekolah atau tempat kerja.
Banyak yang mengaitkan kesurupan dengan gangguan makhluk halus, terutama jin atau setan. Namun, sebagian lain memandangnya sebagai gejala psikologis yang bisa dijelaskan secara medis.
Dalam Islam, istilah kesurupan dikenal sebagai kondisi di mana jin menguasai tubuh manusia. Pandangan ini memiliki dasar yang kuat dalam teks Al-Qur’an maupun hadits Nabi Muhammad SAW.
Salah satu ayat yang sering dijadikan rujukan adalah Surah Al-Baqarah ayat 275:
“Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila.”
Ayat ini dipahami oleh banyak ulama sebagai pengakuan atas realitas kerasukan akibat gangguan jin. Hadis-hadis Nabi pun menyebutkan kemampuan jin memengaruhi manusia, termasuk masuk ke dalam tubuhnya.
Karena itu, Islam mengenal pengobatan spiritual seperti ruqyah syar’iyyah, yakni pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an dan doa-doa tertentu sebagai bentuk ikhtiar penyembuhan. Ruqyah tidak hanya digunakan untuk mengatasi gangguan jin, tapi juga untuk meredakan gangguan kejiwaan atau kecemasan berat.
Di sisi lain, sains memandang kesurupan sebagai fenomena psikologis yang dapat dijelaskan secara klinis. Dalam dunia medis, kondisi ini dikenal dengan istilah dissociative trance disorder atau gangguan trans disosiatif.
Gejalanya meliputi hilangnya kesadaran, perubahan perilaku yang ekstrem, hingga tidak mengenali diri sendiri. Dalam banyak kasus, kesurupan berkaitan erat dengan stres berat, trauma masa lalu, atau tekanan emosional yang tidak tertangani.
Faktor budaya juga memainkan peran penting dalam munculnya kesurupan. Di masyarakat yang masih mempercayai hal-hal mistis, kejadian ini sering muncul sebagai ekspresi kejiwaan kolektif.
Psikolog menyebut fenomena ini sebagai histeria massal, yaitu kondisi di mana banyak orang mengalami gejala yang sama akibat pengaruh sugesti dan tekanan psikologis kelompok. Hal ini menjelaskan mengapa kesurupan sering terjadi di tempat-tempat seperti sekolah, pabrik, atau lingkungan kerja yang penuh tekanan.
Meski pendekatan agama dan sains terlihat berbeda, keduanya tidak selalu saling bertentangan. Dalam praktiknya, banyak kasus kesurupan yang ditangani dengan kombinasi antara ruqyah dan terapi medis.
Islam sendiri tidak menolak pendekatan rasional dalam menangani gangguan kejiwaan. Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Setiap penyakit ada obatnya. Maka apabila obat itu sesuai, penyakit akan sembuh dengan izin Allah.” (HR Muslim)
Hal ini menunjukkan bahwa pengobatan dalam Islam tidak hanya bertumpu pada sisi spiritual, tetapi juga membuka ruang untuk pengobatan secara medis dan ilmiah.
Kesadaran akan pentingnya kesehatan jiwa dan raga menjadi kunci dalam menangani fenomena seperti kesurupan. Baik dari sisi agama maupun sains, tujuan akhirnya sama: membantu seseorang kembali ke kondisi yang sehat dan stabil. (*)
KEYWORD :Kesurupan Islam Gangguan Psikologi Sains Kerasukan