Sabtu, 13/09/2025 15:00 WIB

Benarkah Menabrak Kucing Membawa Sial? Simak Penjelasan Islam dan Fakta Psikologisnya

Benarkah Menabrak Kucing Membawa Sial? Simak Penjelasan Islam dan Fakta Psikologisnya

Ilustrasi kucing (Foto: Pexels/Umit ozbek)

Jakarta, Jurnas.com - Kucing adalah salah satu hewan yang paling sering dijumpai di tengah masyarakat. Ia bisa dijumpai di rumah, warung, masjid, hingga berkeliaran bebas di jalan.

Namun, tak jarang keberadaan kucing di jalan justru membuatnya rentan tertabrak kendaraan. Dalam beberapa budaya lokal, insiden semacam ini sering dikaitkan dengan musibah yang bisa membawa kesialan. Namun, benarkah demikian?

Dikutip dari laman Kemenag, dalam ajaran Islam, keyakinan seperti itu bisa termasuk dalam kategori tathayyur, yakni mengaitkan kejadian tertentu dengan nasib buruk secara irasional. Rasulullah SAW tidak pernah mencontohkan sikap seperti ini dalam menghadapi peristiwa tak terduga.

Imam Al-Munawi dalam kitab Faidlul Qadir menjelaskan bahwa orang yang merasa sial karena suatu kejadian dan meninggalkan teladan Nabi, justru akan tertimpa apa yang ia takutkan. Sikap tersebut mencerminkan lemahnya keyakinan kepada takdir dan kurangnya tawakal kepada Allah, demikian dikutip Kemenag.

Sementara itu, Islam sangat menjunjung tinggi kasih sayang terhadap makhluk Allah, termasuk hewan, termasuk kucing. Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah menceritakan tentang seorang perempuan yang masuk neraka karena menyiksa seekor kucing.

“Seorang wanita disiksa karena seekor kucing. Ia mengurungnya hingga mati, maka ia pun masuk neraka karenanya. Ia tidak memberinya makan dan minum saat mengurungnya, dan tidak pula melepaskannya sehingga bisa makan serangga bumi,” (HR Muslim).

Hadits tersebut menjadi peringatan agar manusia tidak semena-mena terhadap makhluk hidup. Namun, konteksnya berbeda dengan kejadian menabrak kucing secara tidak sengaja di jalan.

Dalam hal ini, Alquran memberikan penjelasan yang menenangkan. Allah berfirman dalam Surah Al-Ahzab ayat 5:

“Tidak ada dosa atasmu jika kamu khilaf tentang itu, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ayat ini menjadi dasar bahwa kesalahan yang tidak disengaja tidaklah dihitung sebagai dosa. Maka dari itu, menabrak kucing secara tidak sengaja bukanlah perbuatan berdosa, apalagi pertanda sial.

Sebaliknya, justru yang perlu dilakukan adalah refleksi diri. Bisa jadi, insiden itu terjadi karena kelalaian dalam berkendara atau kurangnya fokus selama perjalanan.

Rasa sedih atau bersalah setelah menabrak kucing adalah hal yang wajar. Namun, menjadikannya sebagai alasan untuk takut tertimpa kesialan justru membuka pintu sugesti negatif.

Dalam psikologi, fenomena ini dikenal sebagai self-fulfilling prophecy, yakni ketika seseorang meyakini sesuatu yang buruk akan terjadi, pikirannya akan fokus pada hal-hal negatif yang akhirnya benar-benar terasa nyata. Dengan kata lain, sialnya bukan datang dari kucing, tapi dari cara pikir yang keliru.

Jika peristiwa tersebut terjadi, Islam justru menganjurkan agar seseorang membaca istighfar dan menenangkan hati. Hal ini menjadi pengingat bahwa dalam setiap perjalanan, hati dan pikiran perlu selalu terhubung kepada Allah.

Apabila kucing yang tertabrak masih hidup, sebaiknya dibawa ke tempat perawatan terdekat. Namun jika meninggal, menguburnya di tempat yang layak adalah bentuk penghormatan terakhir yang manusiawi. (*)

Wallahu`alam

KEYWORD :

Kucing Islam tathayyur Kementerian Agama




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :