
Ilustrasi - Studi Ungkap Mengapa Alzheimer Lebih Sering Terjadi pada Perempuan (Foto: Pexels/Anna Shvets)
Jakarta, Jurnas.com - Sebuah studi terbaru dari King’s College London mengungkap kemungkinan alasan mengapa Alzheimer lebih banyak menyerang perempuan. Temuan ini menyoroti peran penting lipid atau lemak dalam darah sebagai faktor pembeda utama antara pasien laki-laki dan perempuan.
Selama ini, hampir dua pertiga pasien Alzheimer di Amerika Serikat adalah perempuan, dan perbedaan ini belum sepenuhnya dipahami. Penelitian baru ini memberi petunjuk biologis yang dapat membantu menjelaskan kesenjangan tersebut.
Tim yang dipimpin oleh Dr. Cristina Legido-Quigley menganalisis sampel darah dari orang dewasa dengan berbagai kondisi kognitif, mulai dari yang sehat, mengalami gangguan kognitif ringan, hingga penderita Alzheimer. Mereka menggunakan pendekatan lipidomik untuk memetakan secara rinci lebih dari 260 jenis molekul lemak.
Hasilnya menunjukkan bahwa perempuan dengan Alzheimer memiliki kadar lemak tak jenuh, terutama yang kaya omega-3, jauh lebih rendah dibandingkan perempuan sehat. Sebaliknya, kadar lemak jenuh dan monojenuh mereka justru lebih tinggi.
Menariknya, pola ini tidak terlihat pada laki-laki dengan Alzheimer, yang profil lipidnya relatif mirip dengan laki-laki sehat. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan yang ditemukan kemungkinan besar berkaitan dengan jenis kelamin, bukan hanya usia atau tingkat keparahan penyakit.
Lemak tak jenuh diketahui penting bagi kesehatan otak karena menjaga fleksibilitas membran sel dan mendukung fungsi sinaps. Ketika kadar lemak ini turun, komunikasi antar sel saraf dapat terganggu dan fungsi kognitif ikut menurun.
Peneliti juga menemukan bahwa rendahnya kadar lemak tak jenuh berkaitan dengan skor kognitif yang lebih buruk pada perempuan. Selain itu, kondisi ini juga terhubung dengan peningkatan biomarker kerusakan otak seperti neurofilament light chain dan glial fibrillary acidic protein.
Analisis statistik dilakukan secara terpisah antara laki-laki dan perempuan untuk memastikan keakuratan temuan. Bahkan setelah memperhitungkan kadar kolesterol dan keberadaan gen risiko Alzheimer seperti APOE ε4, hasil utama tetap konsisten.
Namun, para peneliti menegaskan bahwa studi ini bersifat observasional dan belum bisa membuktikan hubungan sebab-akibat. Mereka menyebut diperlukan uji klinis untuk mengetahui apakah rendahnya lemak tak jenuh benar-benar memicu timbulnya Alzheimer.
Meski begitu, temuan ini memberi arah baru dalam penelitian pencegahan dan pengobatan Alzheimer, khususnya bagi perempuan. Salah satu langkah lanjutan yang direncanakan adalah melihat apakah peningkatan asupan lemak sehat, seperti omega-3 dari ikan berlemak atau suplemen, dapat memengaruhi jalannya penyakit.
Dr. Legido-Quigley mengatakan bahwa perempuan sebaiknya mulai memperhatikan asupan omega-3 dalam pola makan mereka. Namun ia juga menekankan bahwa rekomendasi medis baru tetap harus menunggu hasil dari uji coba lebih lanjut.
Selain mengungkap potensi intervensi nutrisi, studi ini juga memperlihatkan pentingnya pendekatan berbasis jenis kelamin dalam riset penyakit otak. Banyak perbedaan biologis bisa terabaikan jika analisis tidak dibedakan antara laki-laki dan perempuan sejak awal.
Dalam konteks Alzheimer, perbedaan tersebut ternyata bisa sangat menentukan, baik dalam hal risiko maupun progres penyakit. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih personal dalam diagnosis dan terapi sangat dibutuhkan. (*)
Studi ini telah dipublikasikan di Journal of the Alzheimer’s Association. Sumber: Earth
KEYWORD :Alzheimer pada perempuan lipid tak jenuh omega-3 dan otak