Kamis, 11/09/2025 18:03 WIB

Sejarah di Balik Hari Radio Nasional Tiap 11 September

Hari Radio Nasional 11 September: Gelombang Suara yang Menggerakkan Bangsa

Ilustrasi radio lawas (Foto: Unsplash/Indra Projects)

Jakarta, Jurnas.com - Bangsa Indonesia kembali memperingati Hari Radio Nasional pada 11 September, mengenang momen bersejarah lahirnya Radio Republik Indonesia (RRI) pada 1945. Lembaga ini bukan sekadar penyiaran, tetapi bagian tak terpisahkan dari perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Lahirnya RRI tak bisa dilepaskan dari situasi krisis informasi yang terjadi setelah Proklamasi 17 Agustus 1945. Dua hari kemudian, radio milik Jepang, Hoso Kyoku, resmi dihentikan siarannya.

Ketiadaan siaran menyebabkan publik kehilangan akses terhadap kabar resmi dari pemerintah. Sementara itu, radio asing justru menyiarkan kabar masuknya pasukan Sekutu ke Indonesia.

Situasi tersebut memicu kekhawatiran dan ketidakpastian di tengah masyarakat. Maka, sejumlah tokoh radio yang pernah aktif di masa pendudukan Jepang segera bergerak.

Pada 11 September 1945 pukul 17.00 WIB, delapan tokoh radio berkumpul di bekas gedung Raad van Indië, Pejambon, Jakarta. Mereka menginisiasi pembentukan lembaga radio nasional sebagai respon atas kekosongan suara rakyat.

Pertemuan itu menjadi titik awal berdirinya Radio Republik Indonesia. Dalam rapat tersebut, Abdulrahman Saleh ditunjuk sebagai pemimpin pertama RRI.

Penetapan tanggal tersebut kemudian dijadikan sebagai Hari Radio Nasional. Sejak saat itu, suara RRI resmi mengudara membawa semangat kemerdekaan ke seluruh penjuru negeri.

Radio menjadi saluran utama pemerintah dalam menyampaikan informasi dan pidato kenegaraan. Di saat yang sama, siaran RRI juga menjadi pengobar semangat rakyat untuk terus melawan penjajahan.

Gelombang radio menjangkau tempat-tempat yang belum tersentuh media cetak. Lewat suara, rakyat mendapat harapan, keberanian, dan arah perjuangan.

Seiring berjalannya waktu, fungsi radio terus berkembang mengikuti dinamika zaman. Namun perannya sebagai media informasi publik yang terpercaya tidak pernah pudar.

Kini, di tengah era digital dan pesatnya teknologi komunikasi, radio tetap mempertahankan ruangnya. RRI dan berbagai radio swasta hadir dalam bentuk streaming, siaran daring, hingga podcast.

Hari Radio Nasional menjadi pengingat bahwa media suara pernah menjadi nafas perjuangan bangsa. Ia bukan hanya alat komunikasi, tetapi bagian dari sejarah kolektif Indonesia.

Peringatan ini juga menjadi momen refleksi bagi insan penyiaran untuk tetap menjaga nilai-nilai independensi, kejujuran, dan keberpihakan kepada rakyat. Di tengah derasnya arus informasi, suara radio tetap relevan sebagai pengantar kebenaran. (*)

KEYWORD :

Hari Radio Nasional 11 September Sejarah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :