Rabu, 10/09/2025 18:40 WIB

Jamais Vu, Fenomena Aneh yang Lebih Mengganggu dari Deja Vu

Jika déjà vu adalah perasaan akrab terhadap sesuatu yang baru, maka jamais vu adalah kebalikannya. Ia membuat sesuatu yang sangat kita kenal tiba-tiba terasa asing, bahkan tidak nyata.

Ilustrasi - Fenomena Jamais Vu (Foto: Pexels/Thridman)

Jakarta, Jurnas.com - Déjà vu adalah fenomena psikologis yang sering kali membuat kita merinding atau terganggu karena merasa seolah-olah pernah mengalami sesuatu sebelumnya. Namun di balik sensasi itu, ada fenomena lain yang justru lebih aneh dan mengganggu: jamais vu.

Jika déjà vu adalah perasaan akrab terhadap sesuatu yang baru, maka jamais vu adalah kebalikannya. Ia membuat sesuatu yang sangat kita kenal tiba-tiba terasa asing, bahkan tidak nyata.

Fenomena ini belakangan menjadi perhatian ilmiah setelah dua peneliti, Akira O’Connor dari Universitas St Andrews dan Christopher Moulin dari Université Grenoble Alpes, berhasil mengungkap mekanismenya. Temuan mereka bahkan dianugerahi Ig Nobel Prize di bidang literatur karena dinilai mampu membuat orang tertawa, lalu berpikir.

Menurut mereka, jamais vu bisa terjadi dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari. Misalnya, saat menulis kata yang sangat umum seperti “pintu” berulang kali, tiba-tiba kata itu tampak salah atau seperti bukan kata sungguhan.

Dari situ, mereka merancang eksperimen sederhana yang kemudian menghasilkan temuan yang mengejutkan. Dalam penelitian terhadap 94 mahasiswa, sekitar 70 persen peserta menghentikan tugas menulis kata karena merasa mengalami hal yang ganjil.

Sebagian besar dari mereka merasakan keanehan setelah menulis kata yang sama sekitar 33 kali. Yang menarik, efek ini justru lebih sering muncul saat mereka menulis kata-kata yang sudah sangat akrab.

Peneliti lalu mengulangi eksperimen dengan menggunakan kata “the”, yang merupakan kata paling umum dalam bahasa Inggris. Kali ini, lebih dari separuh peserta mengalami gangguan persepsi yang sesuai dengan definisi jamais vu setelah 27 pengulangan.

Para peserta melaporkan bahwa kata tersebut mulai terasa aneh, kehilangan makna, bahkan tampak seperti kata palsu. Beberapa merasa seolah tangan mereka tidak lagi dikendalikan sepenuhnya saat menulis.

Hal ini menunjukkan bahwa jamais vu bukan sekadar perasaan, tapi sinyal dari otak bahwa ada sesuatu yang tidak selaras. Otak mendeteksi gangguan dalam persepsi dan berusaha untuk melakukan koreksi secara tiba-tiba.

Fenomena ini berkaitan erat dengan proses yang disebut satiation, yakni kondisi di mana otak terlalu sering menerima informasi yang sama hingga maknanya hilang. Kondisi ini juga terlihat pada kasus penderita OCD yang terus-menerus memeriksa sesuatu sampai tidak lagi yakin pada persepsinya sendiri.

Menurut O’Connor dan Moulin, jamais vu adalah bentuk alarm kognitif yang membantu otak keluar dari mode otomatis. Sensasi ketidakwajaran ini mungkin tidak nyaman, tetapi berfungsi sebagai semacam pengecekan realitas.

Menariknya, fenomena ini bukan hal baru dalam psikologi. Pada 1907, Margaret Floy Washburn telah mencatat bagaimana kata-kata yang dipandangi terlalu lama bisa kehilangan maknanya.

Namun riset semacam ini sempat ditinggalkan karena dianggap terlalu subjektif oleh pendekatan psikologi modern. Kini, lewat penelitian O’Connor dan Moulin, pendekatan introspektif kembali mendapat tempat dalam studi kognisi.

Meski terdengar sepele, menulis kata yang sama berulang kali ternyata bisa mengungkap cara kerja sistem memori kita. Ketika otak mulai merasa ada yang janggal, itulah saat jamais vu muncul sebagai alarm bahwa kita perlu berhenti sejenak.

Pada akhirnya, jamais vu adalah bagian dari upaya otak menjaga fleksibilitas dan kewaspadaan. Ia membantu kita untuk tidak terjebak dalam pengulangan yang membuat persepsi menjadi tumpul.

Penemuan ini membuka jalan bagi pemahaman yang lebih dalam tentang gangguan persepsi, termasuk potensi terapinya bagi kondisi seperti OCD. Dengan begitu, sains tidak hanya menjelaskan keanehan mental, tetapi juga memberikan harapan untuk penyembuhan. (*)

Sumber: Science Alert

KEYWORD :

Deja Vu Jamais Vu Fenomena Psikologis Anomali memori




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :