Rabu, 10/09/2025 04:41 WIB

Botol Minum Reusable Bisa Jadi Sarang Bakteri Berbahaya, Ini Peringatan Peneliti

Proses penelitian melibatkan dua metode uji. Pertama, bagian luar botol diuji dengan tes ATP untuk mendeteksi sisa organik, lalu bagian dalam dibilas untuk menghitung jumlah bakteri hidup yang menempel.

Ilustrasi botol minum reuseble (Foto: Earth)

Jakarta, Jurnas.com - Botol minum reusable dikenal sebagai pilihan ramah lingkungan yang hemat dan praktis. Namun, sebuah studi terbaru memperingatkan bahwa botol ini bisa menjadi tempat berkembangnya bakteri berbahaya jika tidak dibersihkan dengan benar.

Penelitian dilakukan di kampus Purdue University dengan melibatkan 90 botol milik mahasiswa. Tim peneliti ingin mengetahui seberapa bersih botol yang digunakan sehari-hari dan kebiasaan perawatan penggunanya.

Proses penelitian melibatkan dua metode uji. Pertama, bagian luar botol diuji dengan tes ATP untuk mendeteksi sisa organik, lalu bagian dalam dibilas untuk menghitung jumlah bakteri hidup yang menempel.

Hasil awal menunjukkan bahwa seluruh botol, termasuk dua botol baru dari toko, gagal melewati uji kebersihan pada permukaan luar. Ini disebabkan kontaminasi dari tangan, permukaan umum, dan aktivitas sehari-hari yang melibatkan banyak sentuhan.

Semakin sering botol diisi ulang, semakin tinggi pula kemungkinan kotoran menempel pada bagian luar. Hal ini karena setiap isi ulang menambah titik kontak—dari tangan hingga permukaan keran dan meja.

Bagian dalam botol pun tak kalah mencemaskan. Sebanyak 60 persen botol menunjukkan jumlah bakteri di atas ambang batas aman untuk air minum, yaitu 500 CFU per mililiter.

Lebih dari itu, sekitar seperempat botol mengandung bakteri koliform yang biasa digunakan sebagai indikator keberadaan kotoran manusia atau hewan. Temuan ini mengindikasikan adanya risiko kontaminasi yang serius pada botol yang digunakan setiap hari.

Peneliti menemukan bahwa jenis minuman yang dimasukkan ke dalam botol turut memengaruhi tingkat kebersihan. Botol yang hanya digunakan untuk air putih cenderung memiliki jumlah bakteri lebih rendah dibanding botol yang dipakai untuk minuman manis, susu, atau minuman olahraga.

Kandungan gula, protein, dan lemak dalam minuman non-air menjadi sumber nutrisi bagi bakteri. Ketika botol dibiarkan dalam kondisi lembap dan hangat—seperti di mobil atau meja kerja—bakteri bisa berkembang biak lebih cepat.

Material botol seperti kaca memang sedikit lebih bersih pada tes luar, tetapi faktor desain menjadi tantangan utama. Leher sempit, tutup flip, sedotan, dan karet silikon menciptakan celah yang sulit dijangkau saat mencuci.

Kebanyakan pengguna mengaku rutin membersihkan botol, tetapi hasil uji menunjukkan hal berbeda. Banyak dari mereka tidak membongkar bagian-bagian kecil saat mencuci, sehingga biofilm bakteri tetap bertahan di dalam celah sempit.

Menurut Dr. Yuriko Fukuta, pakar penyakit infeksi dari Baylor College of Medicine, bakteri yang menempel bisa mencakup staphylococcus dan streptococcus. Ia juga menambahkan bahwa botol yang kotor dapat menjadi media perpindahan mikroba dari tangan ke mulut.

Carl Behnke, peneliti utama dari Purdue, menegaskan bahwa botol yang tidak dibersihkan secara menyeluruh bisa bertindak seperti fomite—permukaan yang memindahkan kuman. Risiko ini semakin besar jika pengguna memiliki sistem imun yang lemah.

Meski begitu, para peneliti tidak bermaksud menyalahkan pengguna. Tujuan dari studi ini adalah memberikan pemahaman dan solusi sederhana agar botol reusable tetap aman digunakan setiap hari.

Beberapa kebiasaan yang dianjurkan adalah mencuci botol setiap hari dengan air panas dan sabun. Semua bagian harus dibongkar, dibersihkan, dan dikeringkan secara menyeluruh sebelum digunakan kembali.

Pengguna juga disarankan untuk tidak berbagi botol minum, terutama saat sedang sakit atau berada di ruang publik. Selain itu, botol yang digunakan untuk minuman manis sebaiknya dicuci pada hari yang sama.

Botol reusable tetap menjadi pilihan yang cerdas dan berkelanjutan. Namun, tanpa kebersihan yang konsisten, botol tersebut bisa menjadi tempat berkembangnya bakteri yang membahayakan kesehatan.

Studi lengkap mengenai temuan ini telah dipublikasikan di jurnal Food Protection. Para peneliti berharap temuan ini dapat mendorong kebiasaan bersih yang lebih baik di tengah gaya hidup sehat yang sedang berkembang. (*)

Sumber: Earth

KEYWORD :

Botol Minum Reusable Sarang Bakteri Berbahaya tes ATP




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :