Selasa, 09/09/2025 18:26 WIB

Ilmuwan Muda Ciptakan Kain Pendingin yang Mampu Turunkan Suhu Tanpa AC

Rancangan kain ini bukan hanya untuk pakaian, melainkan juga dikembangkan untuk pelapis kendaraan dan bangunan. Tujuannya adalah mengurangi panas secara pasif tanpa konsumsi energi tambahan.

Ilustrasi - Ilmuwan Muda Ciptakan Kain Pendingin yang Mampu Turunkan Suhu Tanpa AC

Jakarta, Jurnas.com - Sekelompok peneliti muda dari University of Chicago berhasil mengembangkan kain pintar yang mampu menurunkan suhu secara signifikan tanpa bantuan alat pendingin. Inovasi ini menjadi solusi potensial di tengah melonjaknya suhu global dan meningkatnya ketergantungan pada AC.

Kain tersebut tercatat lebih dingin sekitar 4,1 derajat Fahrenheit dibandingkan kain olahraga khusus, dan 16 derajat lebih rendah dari sutra saat diuji di bawah sinar matahari langsung. Pengujian dilakukan di lingkungan perkotaan seperti Chicago serta di bawah langit cerah di Arizona.

Rancangan kain ini bukan hanya untuk pakaian, melainkan juga dikembangkan untuk pelapis kendaraan dan bangunan. Tujuannya adalah mengurangi panas secara pasif tanpa konsumsi energi tambahan.

Urbanisasi yang pesat membuat efek pulau panas kota semakin terasa, di mana permukaan jalan dan bangunan menyerap panas dan memantulkannya kembali ke lingkungan. Akibatnya, suhu di wilayah perkotaan jauh lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya, terutama saat gelombang panas terjadi.

Untuk menghadapi kondisi tersebut, tim peneliti mengandalkan konsep pendinginan radiasi, yaitu kemampuan suatu material untuk memancarkan panas dalam bentuk cahaya inframerah. Pendinginan ini paling efektif ketika material dapat memantulkan sinar matahari sekaligus melepaskan panas ke luar angkasa melalui celah transparansi atmosfer yang disebut atmospheric transmission window.

Kain ini dirancang dengan tiga lapisan optik yang saling mendukung. Lapisan atas memantulkan hampir seluruh sinar matahari, lapisan tengah berbasis kawat nano perak menghalau panas dari permukaan kota, dan lapisan dalam menyerap panas tubuh untuk kemudian dilepaskan keluar.

Dengan struktur tersebut, kain tidak hanya meminimalkan panas dari matahari, tetapi juga dari lingkungan sekitar seperti dinding dan aspal yang memancarkan panas lebih tinggi dari suhu tubuh manusia. Inilah yang membedakan kain ini dari kebanyakan pakaian pendingin yang hanya efektif di ruang terbuka.

Pengujian menunjukkan bahwa kain ini mampu tetap sejuk bahkan saat digunakan di lingkungan perkotaan dengan paparan panas dari segala arah. Uji coba di kulit manusia juga membuktikan bahwa suhu tubuh pengguna tetap lebih rendah dibandingkan saat mengenakan bahan biasa.

Selain efektif, desain kain ini juga praktis untuk penggunaan sehari-hari. Kain bersifat lentur, tahan air, dapat dicuci, dan memungkinkan udara serta uap air keluar sehingga tetap nyaman dipakai.

Lapisan dalam kain dapat diganti dengan bahan tekstil umum tanpa mengurangi kinerja pendinginannya. Ini memberi fleksibilitas bagi produsen untuk mengadaptasi teknologi ini ke berbagai jenis pakaian.

Potensi aplikasi kain ini meluas ke berbagai bidang, mulai dari pelapis jendela, penutup mobil, hingga isolasi kontainer makanan. Semua penggunaan ini dapat mengurangi panas tanpa memerlukan perangkat elektronik atau energi tambahan.

Menurut pemimpin tim peneliti, Po-Chun Hsu, teknologi ini adalah langkah penting menuju pengurangan emisi karbon sambil tetap menjaga kenyamanan masyarakat di tengah krisis iklim. Ia menekankan pentingnya menyediakan solusi pendinginan yang hemat energi, terjangkau, dan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat.

Saat ini, rancangan kain tersebut masih dalam proses paten, namun dapat diproduksi menggunakan metode industri seperti electrospinning dan pelapisan standar. Dengan biaya produksi yang efisien, inovasi ini dapat dengan cepat berpindah dari laboratorium ke pasar.

Riset ini juga melanjutkan tren global dalam pengembangan tekstil pendingin pasif yang ramah lingkungan. Sebelumnya, berbagai tim telah mengeksplorasi kain berbasis sutra nano hingga pakaian pintar yang mampu mengatur suhu tubuh secara aktif.

Penemuan dari University of Chicago ini membuka peluang baru dalam menciptakan teknologi berpakaian yang tidak hanya canggih, tapi juga relevan secara sosial dan ekologis. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Science. (*)

Sumber: Earth

KEYWORD :

Kain pendingin Pendinginan radiasi Pendingin suhu Pendingin ruangan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :