Selasa, 09/09/2025 00:04 WIB

Perkuat Diplomasi Bahasa, Badan Bahasa Bagikan Buku Saku BIPA

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen), membagikan buku saku Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) kepada pelaku wisata di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

Kepala Badan Bahasa Kemdikdasmen, Hafidz Muksin (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen), membagikan buku saku Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) kepada pelaku wisata di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

Buku saku ini menjadi terobosan dan inovasi baru yang menggabungkan penguatan bahasa Indonesia di sektor pariwisata, sekaligus memperkuat diplomasi bahasa.

Sebanyak 70 pelaku wisata, terdiri dari pemandu, pengelola hotel, restoran, agen perjalanan, hingga penyedia jasa wisata, mengikuti kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan komunikasi mereka dengan wisatawan asing.

Selain mendapatkan buku saku, para peserta juga diperkenalkan dengan buku pedoman, digitalisasi buku ajar, serta buku panduan bimbingan teknis. Seluruh produk ini diposisikan sebagai bekal praktis bagi pelaku wisata agar dapat mengenalkan bahasa Indonesia dalam interaksi sehari-hari di tempat wisata.

Rangkaian materi yang disampaikan dalam kegiatan ini mencakup potensi pariwisata Kabupaten Probolinggo bagi perkembangan BIPA, peran bahasa Indonesia dalam mendukung industri pariwisata.

Juga, peluang BIPA di sektor wisata, pengembangan bahan ajar berbasis kearifan lokal, penguatan budaya lokal, hingga praktik baik pemasyarakatan bahasa Indonesia langsung kepada wisatawan.

Peserta juga memperoleh pembekalan kosakata praktis yang bisa digunakan saat melayani turis, sekaligus motivasi untuk menjadi agen diplomasi bahasa Indonesia.

Program ini terkait langsung dengan posisi bahasa Indonesia di dunia. Saat ini, bahasa Indonesia dipelajari di 57 negara dengan dukungan 772 lembaga pengajaran BIPA di dunia. Sejak 2023 pula, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa resmi dalam Sidang Umum UNESCO, sejajar dengan sembilan bahasa dunia lainnya.

Kepala Badan Bahasa, Hafidz Muksin, menegaskan bahwa capaian tersebut harus disyukuri sekaligus diperkuat dengan kerja nyata di lapangan.

Dia menyampaikan bahwa tahun ini untuk pertama kalinya pidato resmi pemerintah Indonesia dalam Sidang Umum UNESCO akan menggunakan bahasa Indonesia.

Menurut dia, ini sebuah simbol penting kedaulatan bahasa negara di kancah internasional. Hafidz juga menekankan keterkaitan erat antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah sebagai pemerkaya bahasa Indonesia.

"Dalam bahasa daerah terdapat nilai sejarah, budaya, dan adat istiadat yang menjadi nilai luhur kebangsaan kita. Melestarikan bahasa daerah sama pentingnya dengan upaya membawa bahasa Indonesia ke panggung dunia," kata Hafidz.

Kepala Balai Bahasa Jawa Timur, Puji Retno Hardiningtyas menyebut kehadiran buku saku BIPA ini sebagai inovasi pertama yang dilakukan balai bahasa di Indonesia. Dia menilai, buku tersebut terbukti efektif karena wisatawan asing menunjukkan antusiasme tinggi ketika diperkenalkan bahasa Indonesia dasar.

"Buku ini sederhana tetapi bermakna. Wisatawan merasa senang sekaligus tertarik untuk belajar, dan pelaku wisata jadi punya alat bantu praktis saat berinteraksi," ujar Retno.

Dari sisi masyarakat, kegiatan ini disambut positif. Kepala Desa Ngadirsari, Sunaryono, menyebut bahwa warga setempat semakin percaya diri setelah dibekali materi dan buku saku.

"Biasanya kita belajar ingin bahasa asing, kini kita justru diajak mengenalkan bahasa Indonesia kepada turis. Itu membuat kita lebih mencintai bahasa persatuan ini," kata dia.

Sekretaris Badan Bahasa, Ganjar Harimansyah, menambahkan bahwa pelaku wisata memegang peranan ganda sebagai penggerak ekonomi dan sekaligus agen diplomasi bahasa.

Dia menyebut mereka sebagai `pahlawan devisa` karena interaksi sehari-hari dengan wisatawan asing menjadi kesempatan emas untuk mengenalkan bahasa Indonesia. Ganjar juga mendorong agar ruang publik dan produk wisata lebih mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bentuk nyata penguatan jati diri bangsa.

Ketua Afiliasi Pengajar dan Pegiat Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (APPBIPA) Pusat, Gatut Susanto, menilai program ini bisa menjadi contoh nasional. Baginya, pelaku wisata adalah garda depan interaksi dengan wisatawan asing.

Jika mereka mampu memperkenalkan bahasa Indonesia dengan percaya diri, diplomasi bahasa akan berjalan secara alami. "Buku saku BIPA ini sangat bagus dan dapat direplikasi di balai bahasa lainnya untuk meningkatkan potensi obyek wisata di Indonesia sebagai media diplomasi bahasa," ujar dia.

Bagi para peserta, pengalaman ini menjadi bekal sekaligus motivasi. Eka dan Dea, dua pelaku wisata dari kawasan Bromo, mengaku lebih percaya diri setelah mendapatkan pembekalan.

"Selama ini kami malu berinteraksi dengan turis karena keterbatasan bahasa. Dengan adanya pelatihan ini, kami lebih berani memperkenalkan bahasa Indonesia," kata dia.

Melalui kegiatan ini, Kemdikdasmen menegaskan bahwa diplomasi bahasa tidak hanya dilakukan dalam forum internasional, tetapi juga bisa tumbuh dari percakapan sederhana antara pelaku wisata dengan wisatawan asing.

Dengan buku saku BIPA sebagai alat bantu, sektor pariwisata kini menjadi jembatan nyata yang menghubungkan bahasa Indonesia dengan dunia.

KEYWORD :

Kemdikdasmen Buku Saku BIPA Badan Bahasa




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :