
Ilustrasi fokus otak (Foto: Pexels/Tara Winstead)
Jakarta, Jurnas.com - Kemampuan otak kita untuk fokus, menahan impuls, dan menyelesaikan tugas tidaklah tetap sepanjang hidup. Keterampilan yang dikenal sebagai kontrol kognitif ini, berkembang sejak kecil, mencapai puncak di usia dewasa muda, dan menurun perlahan saat menua.
Untuk memahami bagaimana proses ini terjadi, sekelompok ilmuwan melakukan analisis terhadap ribuan data pemindaian otak. Mereka ingin mengetahui kapan sistem kontrol otak bekerja paling keras, dan kapan mulai melemah.
Penelitian yang dipimpin oleh Dr. Zhenghan Li dari Hangzhou Normal University ini menggabungkan 139 studi neuroimaging yang melibatkan 3.765 peserta berusia 5 hingga 85 tahun. Data tersebut kemudian dipetakan ke dalam kurva usia terhadap aktivitas otak yang terkait dengan kendali kognitif.
Berbeda dengan studi perilaku, penelitian ini fokus pada bagaimana otak secara langsung merespons tugas-tugas yang menguji kendali diri, seperti mengabaikan gangguan dan tetap fokus pada tujuan. Dengan pendekatan ini, para peneliti dapat mengamati kerja sistem kontrol otak tanpa dipengaruhi faktor luar.
Hasilnya menunjukkan bahwa aktivitas otak dalam wilayah kontrol meningkat sejak masa kanak-kanak, mencapai puncak di usia dewasa muda, lalu menurun secara perlahan saat memasuki usia lanjut. Puncak tersebut ditemukan terjadi pada rentang usia 27 hingga 36 tahun.
Kurva usia yang paling cocok menggambarkan pola ini bukan berbentuk simetris, melainkan menyerupai akar kuadrat. Artinya, aktivitas otak meningkat dengan cepat di awal, lalu menurun secara lebih lambat setelah mencapai titik tertinggi.
Selain itu, studi ini juga mencermati bagaimana distribusi aktivitas otak antara belahan kiri dan kanan berubah dengan usia. Anak-anak dan lansia menunjukkan perbedaan hemisfer yang lebih mencolok dibandingkan usia dewasa tengah.
Perubahan ini konsisten dengan model HAROLD, yang menunjukkan bahwa otak cenderung menggunakan kedua sisi prefrontal secara lebih seimbang seiring bertambahnya usia. Pada lansia, hal ini dianggap sebagai bentuk kompensasi terhadap penurunan efisiensi jaringan otak tertentu.
Dalam tugas-tugas yang menguji konflik kognitif, seperti Flanker task, otak mengandalkan dua jaringan utama: frontoparietal dan cingulo-opercular. Jaringan pertama bertugas menyesuaikan strategi secara dinamis, sementara yang kedua menjaga stabilitas fokus.
Anak-anak dan remaja menunjukkan peningkatan aktivasi di jaringan ini seiring perkembangan, sedangkan lansia cenderung menunjukkan aktivasi yang lebih lambat. Perbedaan ini tidak selalu menunjukkan penurunan, melainkan adaptasi terhadap cara kerja otak yang berubah.
Temuan ini juga didukung oleh data struktural otak yang menunjukkan bahwa volume materi abu-abu memuncak lebih awal, sedangkan materi putih mencapai puncaknya di usia dewasa muda. Struktur otak ini turut memengaruhi seberapa efisien otak merespons tugas-tugas yang membutuhkan fokus dan kontrol.
Maka, tidak mengherankan jika usia 30-an menjadi masa ketika kendali kognitif mencapai performa optimal. Namun, penurunan setelahnya bukan berarti keruntuhan, melainkan perubahan bertahap dalam cara otak bekerja.
Implikasinya, masa dewasa tengah menjadi waktu yang tepat untuk memperkuat kebiasaan yang mendukung fungsi kognitif. Tidur yang cukup, olahraga teratur, dan tantangan mental terbukti mampu menjaga ketajaman otak tanpa janji berlebihan.
Pada usia lanjut, pola aktivasi otak menjadi lebih kompleks dan bervariasi. Beberapa wilayah mungkin menunjukkan penurunan, sementara lainnya justru meningkat sebagai bentuk penyesuaian.
Studi ini menunjukkan bahwa kendali kognitif bukanlah kemampuan yang statis, melainkan mengikuti kurva perkembangan yang khas. Dengan memahaminya, kita bisa menyesuaikan ekspektasi dan strategi perawatan otak di setiap tahap kehidupan. (*)
Sumber: Earth
KEYWORD :Kontrol kognitif usia puncak otak Fungsi otak berdasarkan usia