
Proses pembelajaran di SDN 3 Klaling Kudus (Foto: Muti/Jurnas.com)
Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) berkomitmen menghadirkan Pendidikan Bermutu untuk Semua, salah satunya melalui penguatan pembelajaran mendalam (deep learning).
Pendekatan pembelajaran ini menekankan proses belajar yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan dengan mengintegrasikan olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olahraga.
Namun, dalam praktiknya, masih ditemukan beberapa miskonsepsi terkait pembelajaran mendalam di kalangan guru, sehingga tujuan utamanya belum sepenuhnya tercapai.
Untuk menjawab tantangan itu, Direktorat Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru (GTKPG), menggelar Webinar Nasional Pembelajaran Mendalam bertajuk Regulasi dan Miskonsepsi.
Direktur Guru Pendidikan Dasar, Rachmadi Widdiharto, dalam sambutannya menjelaskan bahwa guru memiliki tiga peran penting dalam implementasi pembelajaran mendalam, yakni sebagai fasilitator kesadaran belajar, inisiator pendekatan holistik, serta sebagai pencipta suasana belajar yang memuliakan dan menggembirakan.
Rachmadi juga mengajak para guru untuk terus berkolaborasi, belajar bersama, dan melakukan refleksi secara berkelanjutan pada implementasi pembelajaran mendalam. Salah satunya dengan mengikuti forum-forum seperti webinar ini, sebagai upaya meluruskan miskonsepsi yang kerap ditemui di lapangan.
"Ini penting agar kita semua memiliki arah yang jelas dan seragam dalam mengimplementasikannya," ujar Rachmadi.
Webinar ini menghadirkan tiga narasumber, antara lain Yuli Rahmawati, Tim Pengembang Pembelajaran Mendalam; Yogi Anggraena, Ketua Tim Kerja Kurikulum Puskurjar, BSKAP; dan Triska Fauziah, Guru SDN 164 Karangpawulang Bandung.
Dalam kesempatan itu, Yogi Anggreana menjelaskan posisi pembelajaran mendalam dalam kebijakan kurikulum yang berlaku saat ini. Ia menegaskan bahwa Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 13 Tahun 2025 telah menempatkan pembelajaran mendalam sebagai pendekatan utama yang terintegrasi dalam kurikulum bersama penyesuaian intrakurikuler, kokurikuler, hingga ekstrakurikuler.
Dalam panduan terbaru, pengalaman belajar dimaknai sebagai proses berjenjang mulai dari memahami, mengaplikasi, hingga merefleksi, dengan dukungan asesmen yang otentik dan holistik. Yogi menekankan bahwa kurikulum memberi ruang bagi satuan pendidikan untuk menyesuaikan strategi pembelajaran agar lebih kontekstual, kolaboratif, dan relevan dengan kebutuhan murid.
Sementara itu, Yuli Rahmawati, menyoroti isu-isu dan miskonsepsi dalam implementasi pembelajaran mendalam, seperti pemahaman guru yang masih terbatas, serta penerapan prinsip pembelajaran yang kurang konsisten.
Oleh karena itu, diperlukan kompetensi guru yang kuat dalam konsep, asesmen, serta kemampuan menciptakan suasana belajar yang kreatif dan fleksibel sesuai konteks sekolah.
Yuli menegaskan bahwa refleksi tidak cukup sekadar menulis apa yang dipelajari, melainkan proses kritis yang mendorong murid mengaitkan pengalaman belajar dengan kehidupan nyata.
Dia juga mengingatkan pentingnya surface learning sebagai fondasi sebelum menuju pemahaman mendalam, serta perlunya guru melihat refleksi sebagai bagian dari pembentukan regulasi diri murid.
Perencanaan pembelajaran juga harus menekankan integrasi dimensi profil lulusan, strategi pembelajaran lintas disiplin, asesmen berorientasi proses dan hasil, serta pelibatan mitra pembelajaran.
Dengan demikian, menurut Yuli, pembelajaran mendalam diposisikan sebagai paradigma transformasi menuju pendidikan yang bermutu, relevan dengan kehidupan nyata, dan membentuk pembelajar sepanjang hayat.
Adapun Triska Fauziah, berbagi praktik baik pembelajaran mendalam di kelasnya. Ia menunjukkan bagaimana miskonsepsi bisa diluruskan dengan pengalaman nyata.
Misalnya, anggapan bahwa pembelajaran mendalam harus selalu penuh ice breaking, padahal esensi kegembiraan belajar muncul saat murid merasa dihargai dan berhasil menyelesaikan tantangan.
Dia juga mencontohkan bagaimana refleksi yang benar mampu menumbuhkan regulasi diri murid, serta bagaimana pengalaman belajar tidak harus selesai dalam satu pertemuan, tetapi bisa dibangun bertahap sesuai karakteristik mata pelajaran.
Melalui webinar ini, diharapkan para guru semakin memahami esensi serta praktik nyata pembelajaran mendalam, sehingga mampu menghadirkan prinsip pembelajaran yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.
Dengan kolaborasi semua pihak, pendidikan bermutu untuk semua dapat terwujud, sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045.
KEYWORD :Kemdikdasmen Pembelajaran Mendalam Deep Learning Ditjen GTKPG