Minggu, 07/09/2025 19:14 WIB

Fenomena Corn Moon Bertemu Gerhana Bulan Total 2025, Apa Artinya?

Fenomena Corn Moon Bertemu Gerhana Bulan Total 2025, Apa Artinya?

Ilustrasi corn moon (foto: Earth)

Jakarta, Jurnas.com - Akhir pekan pertama September 2025 menghadirkan fenomena langit yang langka dan memukau: Corn Moon yang bertepatan dengan Gerhana Bulan Total, atau yang dikenal sebagai Blood Moon. Fenomena ini bisa diamati dari sebagian besar wilayah di dunia—termasuk Indonesia—dan menjadi penutup musim panas yang sangat indah.

Selama lebih dari lima jam, Bumi akan berada tepat di antara Matahari dan Bulan, menciptakan bayangan yang perlahan menutupi wajah Bulan. Pada puncak gerhana, cahaya merah yang melewati atmosfer Bumi akan menyelimuti Bulan, memberinya warna tembaga yang dramatis. Inilah alasan mengapa fenomena ini disebut sebagai blood moon.

Adapun Blood Moon, terjadi saat Bumi berada tepat di antara Matahari dan Bulan. Selama lebih dari lima jam, bayangan Bumi akan melintasi wajah Bulan, menciptakan perubahan warna yang dramatis di langit malam.

Fenomena ini mencapai puncaknya ketika hanya cahaya merah dari Matahari yang berhasil menembus atmosfer Bumi dan mengenai permukaan Bulan. Cahaya tersebut membuat Bulan tampak merah tembaga, efek yang disebut sebagai Rayleigh scattering.

Efek ini pula yang membuat langit memerah saat senja, namun pada gerhana, cahaya senja itu membungkus seluruh permukaan Bulan. Karena itu, totalitas gerhana disebut-sebut sebagai momen di mana Bulan menjadi cermin dari senja global.

Di Indonesia, gerhana ini akan dimulai pukul 22.26 WIB dengan fase penumbra dan berlangsung hingga pukul 03.56 WIB. Fase totalitas akan berlangsung selama 1 jam 22 menit, mulai sekitar pukul 00.30 WIB hingga 01.53 WIB.

Menurut BMKG, seluruh wilayah Indonesia bagian barat dan tengah akan dapat menyaksikan semua fase gerhana dengan jelas, jika cuaca mendukung. Sementara di wilayah timur seperti Papua, gerhana akan tetap bisa dilihat, namun fase terakhir akan terhalang karena Bulan sudah terbenam.

Tak seperti gerhana matahari, gerhana bulan dapat diamati langsung dengan mata telanjang tanpa peralatan khusus. Inilah salah satu alasan mengapa gerhana bulan lebih mudah dinikmati oleh masyarakat luas.

Fenomena ini bertepatan dengan purnama Corn Moon, yang dalam tradisi suku Algonquin di Amerika Utara, menandai masa panen jagung dan tanaman pokok lainnya. Dikutip dari laman Erath, Corn Moon selalu hadir pada awal September, menjadi simbol peralihan dari musim panas ke musim gugur.

Meski sering tertukar, Corn Moon bukanlah Harvest Moon. Harvest Moon adalah purnama terdekat dengan ekuinoks musim gugur dan tahun ini jatuh pada 7 Oktober 2025, yang juga bertepatan dengan supermoon pertama tahun ini.

Nama-nama bulan purnama seperti Corn Moon dan Harvest Moon tidak hanya mencerminkan waktu astronomis, tapi juga budaya dan cara hidup masyarakat tradisional. Ia menjadi penanda musim, waktu panen, hingga perayaan spiritual yang diwariskan dari generasi ke generasi. (*)

KEYWORD :

Corn Moon Gerhana bulan total Blood moon Fenomena langit




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :