Rabu, 05/11/2025 06:34 WIB

Mengapa Warna Bulan Menjadi Merah Saat Gerhana Bulan Total?





Mengapa Warna Bulan Menjadi Merah Saat Gerhana Bulan Total?

Iustrasi blood moon atau bulan merah saat gerhana bulan total (Foto: Science Alert)

Jakarta, Jurnas.com - Saat Gerhana Bulan Total terjadi, Bulan sering kali terlihat berubah warna menjadi merah tua, jingga, atau bahkan merah darah. Warna ini bukan efek optik kamera atau mitos lama, melainkan hasil dari proses ilmiah yang sangat menarik.

Fenomena ini akan bisa disaksikan langsung dari Indonesia pada 7 September 2025 mendatang. Saat itu, seluruh fase gerhana akan terlihat jelas dari sebagian besar wilayah Indonesia, menjadikannya momen langit yang sayang untuk dilewatkan.

Dikutip dari laman BMKG dan Science Alert, Gerhana Bulan Total terjadi ketika Bulan masuk sepenuhnya ke dalam bayangan inti Bumi, atau yang disebut umbra. Dalam posisi ini, cahaya Matahari tidak lagi menyinari Bulan secara langsung, namun Bulan tetap tidak benar-benar gelap.

Alih-alih menghilang, permukaan Bulan berubah menjadi merah karena satu alasan utama: atmosfer Bumi. Saat cahaya Matahari melewati atmosfer kita, cahaya biru dengan panjang gelombang lebih pendek tersebar ke segala arah—itulah yang membuat langit kita biru saat siang hari.

Namun, cahaya merah dengan panjang gelombang lebih panjang justru mampu menembus atmosfer dan dibiaskan ke arah Bulan. Cahaya ini membungkus Bulan dan menciptakan rona merah yang khas saat gerhana total berlangsung.

Proses ini serupa dengan saat Matahari terbit atau terbenam, ketika langit tampak oranye hingga kemerahan. Bedanya, dalam gerhana, efek ini tampak langsung pada wajah Bulan yang berada di balik bayangan planet kita.

Menurut Ryan Milligan, astrofisikawan dari Queen’s University Belfast, ini adalah bentuk paling dramatis dari fenomena optik alami. Ia menyebut Blood Moon sebagai momen yang “selalu memukau dan tak pernah membosankan”, bahkan setelah belasan kali menyaksikannya.

Di Indonesia, berdasarkan data BMKG, gerhana kali ini akan berlangsung selama lebih dari lima jam. Puncaknya terjadi pada pukul 04.23 WIB, ketika seluruh permukaan Bulan tertutup bayangan Bumi dan rona merahnya mencapai intensitas tertinggi.

Wilayah barat hingga tengah Indonesia akan menjadi titik terbaik untuk menyaksikan seluruh fase gerhana, mulai dari penumbra hingga akhir totalitas. Sementara di Papua bagian timur, Bulan kemungkinan akan terbenam sebelum gerhana benar-benar usai.

Gerhana Bulan Total ini juga merupakan bagian dari siklus Saros 128, yang berulang setiap 18 tahun lebih. Gerhana terakhir dalam siklus ini terjadi pada 28 Agustus 2007, dan yang berikutnya baru akan terjadi pada 2043.

Meski disebut “Blood Moon”, tidak ada kaitan mistis di balik warna merahnya. Warna ini murni hasil pembiasan dan penyebaran cahaya Matahari oleh atmosfer Bumi, sebuah proses ilmiah yang bisa dijelaskan dengan hukum fisika dasar.

Menariknya, untuk menyaksikan fenomena ini, Anda tidak memerlukan teleskop atau alat khusus. Cukup berada di tempat terbuka dengan langit cerah, dan Anda bisa menyaksikan langsung perubahan warna Bulan dari putih ke jingga hingga merah gelap. (*)

KEYWORD :

Gerhana Bulan Total Blood moon Bulan merah Fenomena Langit




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :