Minggu, 07/09/2025 14:43 WIB

Blood Moon 7 September, Gerhana Bulan Total Bakal Terlihat di Indonesia

Gerhana Bulan Total atau yang dikenal sebagai

Ilustrasi gerhana bulan total atau blood moon (Foto: Science Alert)

Jakarta, Jurnas.com - Gerhana Bulan Total atau yang dikenal sebagai "Blood Moon" akan menghiasi langit pada Minggu malam, 7 September 2025. Fenomena ini diprediksi menjadi salah satu peristiwa langit paling menakjubkan tahun ini, terutama karena Indonesia berada di posisi pengamatan terbaik.

Saat Bulan memasuki bayangan inti Bumi, cahayanya berubah menjadi merah tembaga hingga merah gelap. Proses ini terjadi karena atmosfer Bumi membiaskan cahaya Matahari, menyaring warna biru dan membiarkan warna merah melewati lapisan udara kita.

Menurut Ryan Milligan, astrofisikawan dari Queen’s University Belfast, warna merah pada Bulan muncul akibat panjang gelombang cahaya merah yang lebih mampu menembus atmosfer. Dikutip dari laman Science Alert, ia menyebut fenomena ini sebagai momen yang selalu berhasil membius perhatian langit malam, bahkan bagi mereka yang bukan pengamat langit rutin.

Gerhana kali ini akan terlihat jelas di wilayah Asia, termasuk Indonesia, serta di bagian timur Afrika dan Australia barat. Sementara itu, sebagian Eropa hanya akan melihat gerhana sebagian saat Bulan terbit, dan wilayah Amerika dipastikan akan melewatkan peristiwa ini sepenuhnya.

Di Indonesia, Gerhana Bulan Total ini akan berlangsung hampir enam jam sejak fase penumbra awal hingga akhir. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak gerhana terjadi sekitar pukul 04.23 WIB, ketika Bulan berada sepenuhnya dalam bayangan Bumi.

Seluruh wilayah Indonesia bagian barat hingga tengah, seperti Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, dan sebagian Nusa Tenggara, akan dapat menyaksikan seluruh fase gerhana. Sedangkan di Papua bagian timur, Bulan diperkirakan sudah akan terbenam sebelum gerhana benar-benar selesai.

Durasi totalitas gerhana, yaitu saat Bulan sepenuhnya berada di dalam umbra Bumi, mencapai 1 jam 22 menit 56 detik. Sementara durasi dari fase gerhana sebagian hingga selesai tercatat 3 jam 20 menit 2 detik, menjadikannya sebagai salah satu gerhana Bulan terpanjang dalam beberapa tahun terakhir.

BMKG juga mencatat bahwa gerhana ini merupakan bagian dari siklus Saros 128, yaitu seri gerhana yang berulang setiap 18 tahun lebih. Gerhana sebelumnya yang berasosiasi dengan siklus ini terjadi pada 28 Agustus 2007, dan gerhana berikutnya akan terjadi pada 19 September 2043.

Menariknya, gerhana kali ini menjadi pembuka bagi serangkaian fenomena astronomi lain yang akan terjadi dalam waktu dekat. Salah satunya adalah Gerhana Matahari Total pada 12 Agustus 2026 yang akan melintasi sebagian kecil wilayah Eropa, seperti Spanyol dan Islandia.

Milligan, yang dikenal sebagai pemburu gerhana, menyebut Blood Moon tahun ini sebagai “pemanasan” sebelum gerhana matahari besar tersebut. Ia juga menegaskan bahwa meski berbeda jenis, keduanya sama-sama menjadi momen yang mempertemukan manusia dengan keajaiban alam semesta.

Berbeda dengan gerhana Matahari yang membutuhkan perlindungan mata, gerhana Bulan aman dilihat tanpa alat bantu khusus. Namun, bagi yang ingin menangkapnya secara maksimal, teleskop kecil atau kamera dengan lensa panjang bisa memberikan hasil yang lebih dramatis.

Selama cuaca mendukung dan langit cukup gelap, siapa pun bisa menikmati fenomena ini langsung dari halaman rumah. Maka tak heran jika banyak komunitas astronomi lokal juga bersiap menggelar pengamatan bersama.

Fenomena Blood Moon 7 September 2025 bukan hanya menjadi peristiwa langit, tetapi juga pengingat akan keterhubungan kita dengan alam semesta yang luas. Dengan Indonesia sebagai salah satu titik terbaik pengamatan, inilah saatnya menengadah dan menyaksikan bagaimana Bumi, Bulan, dan Matahari berbaris dalam harmoni kosmik. (*)

KEYWORD :

Gerhana Bulan Total Blood moon Indonesia Fenomena Langit




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :