
Wakil Rais PCNU Sleman, Yogyakarta KH Fahmi Basya atau Gus Fahmi (Foto: Ist)
Jakarta, Jurnas.com - Delegasi negara Palestina, dipimpin Mustafa Barghouti, melakukan kunjungan ke Indonesia. Disamping untuk mengucapkan rasa terimakasih secara langsung kepada rakyat Indonesia, kedatangannya juga dalam rangka menggalang dukungan untuk menolak; pemindahan rakyat Palestina ke negara lain termasuk Indonesia, tindakan genosida, ethnic cleansing dan blokade oleh Israel yang menyebabkan kelaparan akut bagi rakyat Palestina.
Kunjungan delegasi Palestina diawali ke kantor PBNU, Selasa (2/9/2025). Atas kunjungan tersebut, PBNU merasa masih dipercaya rakyat Palestina untuk membantu mereka. Mustafa Barghouti meminta kepada PBNU untuk berkomitmen pada tiga hal, yakni menolak normalisasi hubungan dengan Israel, menolak relokasi warga Gaza dan menolak genosida.
Kunjungan delegasi Palestina berlanjut di hari berikutnya, Rabu (3/9/2025), Barghouti dan rombongan berkunjung ke kantor DPP PKB dan ditemui langsung Ketua Umum PKB, H. Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Di dalam pertemuan ini, Mustafa Barghouti mengecam sikap PBNU yang mengundang tokoh akademisi pendukung Israel, Peter Berkowitz, dalam AKN NU oleh PBNU.
Dalam pernyataannya, Barghouti menyayangkan kebijakan PBNU yang dinilai tidak searah dengan nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan, terlebih dunia Internasional mengakui agresi brutal Israel terhadap rakyat Palestina, hingga saat ini, sebagai bentuk genosida.
“Kami mengamati dengan serius sikap PBNU dan PKB. Jika PBNU mengambil posisi sebagai organisasi moderat (tawazun), seharusnya tidak melakukan komunikasi dengan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam pembenaran genosida,” kata Barghouti.
“Dialog tidak pantas dilakukan dengan mereka yang oleh Mahkamah Internasional telah ditetapkan sebagai pelaku kejahatan. Israel bukan hanya musuh bagi Palestina, tapi juga musuh bagi umat Islam dan kemanusiaan,” tambahnya menegaskan.
Kecaman Mustafa Barghouti, pimpinan delegasi Palestina terhadap langkah PBNU tersebut merupakan ‘warning’ (peringatan) dari rakyat Palestina yang merasakan langsung tindakan barbarik zionis Israel. Hal ini disampaikan oleh KH Fahmi Basya, Wakil Rais PCNU Sleman, Yogyakarta. Terlebih saat mencermati kurikulum AKN NU oleh PBNU, sejak Juni hingga Desember 2025, yang terdiri dari 97 sesi kuliah, dominan nara sumber dari CSCV, Bayt ArRahmah, R20 dan LibforAll.
“Jangankan bangsa Palestina, kita saja sebagai Nahdliyyin juga mengecam tindakan PBNU menghadirkan Peter Berkowitz dan konco-koncone di acara kaderisasi tertinggi, AKN NU,” kata Gus Fahmi, biasa dipanggil.
“Itu (pernyataan Barghouti) kan warning dari rakyat Palestina kepada PBNU. Peringatan dari rakyat Palestina yang merasakan langsung tindakan brutal dan barbar zionis Israel kepada mereka,” sambungnya.
Menurut Gus Fahmi, PBNU, terutama Ketua Umumnya, Gus Yahya, tidak boleh melupakan sejarah bahwa negara Palestina adalah salah satu negara yang pertama mendukung kemerdekaan Indonesia, 1945. Bahkan sebelum proklamasi kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945, tepatnya 6 September 1944, grand mufti Palestina, Syeikh Muhammad Amin al-Husaini, melalui radio Berlin menyatakan dukungan untuk kemerdekaan Indonesia serta menyerukan negara-negara muslim lainnya untuk melakukan hal yang sama.
“Jangan juga ingkari sejarah NU, Mbah Hasyim Asy’ari dalam khutbah iftitahnya saat Kongres Alim-Ulama menegaskan hari Mi’raj, bulan Rajab 1358 H sebagai ‘hari Palestina’. Diikuti penggalangan dana untuk membantu perjuangan rakyat Palestina,” ujar Gus Fahmi.
“Dulu, saudagar Palestina, Muhammad Ali Taher, juga membantu finansial bagi perjuangan Indonesia. Sudah seperti saudara. Jadi, PBNU, Gus Yahya jangan khianati sejarah dan menyakiti persaudaraan melalui pertemanan dengan para pendukung zionis Israel,” katanya, menambahkan.
“Melupakan sejarah dan mengabaikan akar masa lalu NU, berakibat NU bisa kehilangan arah masa depannya. Kecuali, kalau Gus Yahya sengaja mengaburkan arah jam’iyyah NU. Ya, wassalam,” imbuh Gus Fahmi.
KEYWORD :Mustafa Barghouti Palestina PBNU Gus Fahmi Gus Yahya Jam`iyyah NU