
Gambar secangkir kopi hitam (Foto: Pexels/Rodolfo Quirós)
Jakarta, Jurnas.com - Kopi sudah menjadi bagian dari rutinitas harian jutaan orang di seluruh dunia. Kini, sebuah analisis baru mengungkap kemungkinan kaitannya dengan kesehatan otot, terutama saat usia bertambah.
Penelitian yang diterbitkan di jurnal Frontiers in Nutrition ini tidak bertujuan membuktikan sebab-akibat, melainkan menelusuri apakah konsumsi kopi atau kafein lebih tinggi berkaitan dengan massa otot yang lebih besar pada tubuh bagian lengan dan kaki. Fokusnya adalah apakah orang yang lebih banyak minum kopi cenderung memiliki otot ekstremitas yang lebih kuat dibanding ukuran tubuh mereka.
Otot pada lengan dan kaki memainkan peran penting dalam menjaga mobilitas dan kemandirian. Penurunan massa otot di bagian ini sering terjadi secara perlahan dan bisa meningkatkan risiko jatuh serta kehilangan fungsi fisik di usia lanjut.
Untuk mengukur kondisi ini, para peneliti menggunakan rasio massa otot ekstremitas terhadap indeks massa tubuh, atau disebut ASMBMI. Ukuran ini memberikan gambaran seberapa banyak otot yang dimiliki seseorang dibandingkan dengan ukuran tubuhnya, bukan seberapa kuat atau cepat mereka bergerak.
Data diambil dari survei kesehatan nasional di AS (NHANES) antara tahun 2011 hingga 2018. Setelah proses penyaringan, tim menganalisis data dari 8.333 orang dewasa yang memiliki catatan diet lengkap dan hasil pemindaian tubuh.
Massa otot diukur menggunakan pemindaian DXA yang fokus pada lengan dan kaki, lalu dihitung dalam bentuk rasio ASMBMI. Sementara itu, asupan kopi dan kafein dihitung dari dua kali wawancara diet 24 jam, mencakup kopi biasa, kopi tanpa kafein, dan total kafein dari semua sumber.
Model analisis juga mempertimbangkan berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, ras, tingkat pendidikan, penghasilan, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, kondisi medis, asupan kalori, dan jumlah protein. Dengan begitu, hasilnya membandingkan orang-orang yang relatif mirip kecuali dalam hal konsumsi kopi.
Hasilnya menunjukkan bahwa konsumsi kopi yang lebih tinggi berkaitan dengan massa otot ekstremitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan ukuran tubuh. Kelompok dengan konsumsi kopi tertinggi tercatat memiliki rasio ASMBMI sekitar 13 persen lebih tinggi dibanding mereka yang tidak minum kopi sama sekali.
Hal serupa juga terlihat pada konsumsi kafein, meski angkanya sedikit lebih rendah. Namun, kopi tanpa kafein tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan massa otot.
Ketika data dibagi berdasarkan indeks massa tubuh, pola positif ini tidak ditemukan pada kelompok dengan obesitas (BMI 30 ke atas). Pada kelompok ini, konsumsi kopi yang lebih tinggi tidak dikaitkan dengan rasio otot yang lebih besar.
Temuan ini tidak berarti kopi menurunkan otot pada individu obesitas, melainkan bahwa efek positif yang terlihat pada kelompok lain tidak muncul di sini. Diduga, faktor biologis seperti peradangan kronis ringan yang umum terjadi pada obesitas dapat mempercepat kerusakan otot dan menutupi manfaat kecil dari kafein.
Meski hasilnya menjanjikan, studi ini tetap bersifat observasional dan tidak bisa membuktikan bahwa kopi menyebabkan peningkatan massa otot. Ada kemungkinan orang dengan otot lebih banyak memang lebih aktif dan lebih cenderung mengonsumsi kopi secara rutin.
Wawancara diet yang digunakan juga bergantung pada ingatan dan kejujuran partisipan, yang bisa menyebabkan ketidakakuratan, terutama untuk bahan tambahan seperti gula atau krim. Selain itu, rasio ASMBMI hanya mengukur jumlah otot, bukan kekuatan atau performa fungsionalnya.
Namun, temuan ini sejalan dengan riset sebelumnya tentang efek biologis kafein dan senyawa aktif dalam kopi. Kafein diketahui merangsang sistem saraf dan memengaruhi cara tubuh menggunakan energi saat beraktivitas.
Selain itu, kopi mengandung polifenol dengan sifat antioksidan dan antiinflamasi yang dapat mendukung perbaikan sel dan memperlambat degradasi otot. Mekanisme ini belum diuji langsung dalam studi ini, namun bisa menjelaskan pola yang terlihat.
Menariknya, tidak adanya hubungan signifikan pada kopi tanpa kafein menunjukkan bahwa kafein mungkin memainkan peran paling dominan dalam manfaat ini. Meski begitu, kopi tetap bukan solusi utama untuk menjaga otot.
Jika kopi sudah menjadi bagian dari rutinitas Anda, temuan ini bisa memberi tambahan alasan untuk mempertahankannya, asalkan tidak berlebihan dan tidak mengganggu tidur. Sebaliknya, bagi mereka yang mengalami obesitas, hasil ini menunjukkan bahwa kopi saja tidak cukup untuk melindungi massa otot.
Langkah yang lebih efektif tetap mencakup latihan kekuatan rutin, asupan protein yang cukup sepanjang hari, dan tidur berkualitas. Kopi bisa menjadi bagian dari pola hidup sehat, tapi tidak bisa berdiri sendiri sebagai penentu kekuatan otot. (*)
Sumber: Earth
KEYWORD :Manfaat minum kopi Kekuatan otot Otot ekstremitas