Senin, 01/09/2025 23:58 WIB

7 Negara yang Pernah Alami Revolusi, Ketika Rakyat Mengubah Arah Sejarah

Revolusi bukan sekadar pemberontakan atau kekacauan. Ia adalah momentum perubahan besar yang lahir dari ketidakpuasan, lalu berkembang menjadi gerakan kolektif untuk mengganti sistem yang dianggap usang, tidak adil, atau menindas.

Orang-orang melambaikan bendera di samping rudal Iran yang dipamerkan selama peringatan 46 tahun Revolusi Islam di Teheran, Iran, 10 Februari 2025. WANA via REUTERS

Jakarta, Jurnas.com - Revolusi bukan sekadar pemberontakan atau kekacauan. Ia adalah momentum perubahan besar yang lahir dari ketidakpuasan, lalu berkembang menjadi gerakan kolektif untuk mengganti sistem yang dianggap usang, tidak adil, atau menindas. Dari Asia hingga Eropa, dari Afrika hingga Amerika, sejarah dunia mencatat berbagai revolusi yang mengubah wajah negara dan dunia.

Secara umum, revolusi diartikan sebagai perubahan mendasar dalam sistem ketatanegaraan atau sosial yang terjadi secara cepat, sering kali disertai dengan konflik dan kekerasan. Di balik setiap revolusi, ada krisis, ada rakyat yang tak lagi percaya, dan ada dorongan kuat untuk memulai kembali dari awal.

Berikut deretan negara yang pernah mengalami revolusi besar dalam sejarahnya.

1. Prancis

Revolusi Prancis (1789–1799) menjadi salah satu revolusi paling ikonik dalam sejarah dunia. Di tengah krisis ekonomi, ketimpangan sosial, dan sistem feodal yang menindas, rakyat bangkit melawan monarki absolut.

Didorong oleh pemikiran pencerahan dan semangat keadilan, rakyat Prancis menumbangkan Raja Louis XVI dan Ratu Marie Antoinette. Monarki dihancurkan, dan sebuah tatanan baru berbasis demokrasi dan hak asasi manusia mulai dibangun. Revolusi ini tidak hanya mengubah Prancis, tetapi juga menjadi inspirasi global tentang kekuasaan rakyat.

2. Inggris

Inggris mengalami Revolusi 1688, yang juga dikenal sebagai Revolusi Glorious atau Revolusi Tanpa Darah. Konflik antara penganut Katolik dan Protestan, serta tarik-menarik kekuasaan antara monarki dan parlemen, menjadi pemicu utama.

Raja James II digulingkan oleh putrinya, Mary, bersama suaminya, William of Orange. Hasilnya, Inggris bertransformasi menjadi kerajaan konstitusional, di mana kekuasaan raja dibatasi oleh parlemen. Revolusi ini menandai lahirnya demokrasi parlementer yang menjadi dasar sistem politik modern Inggris.

3. China

Tiongkok mengalami dua fase besar revolusi dalam sejarahnya. Yang pertama adalah Revolusi Xinhai (1911–1912), yang mengakhiri kekuasaan Dinasti Qing dan melahirkan Republik Tiongkok.

Gerakan ini dipimpin oleh Sun Yat-Sen, yang menjadi presiden pertama. Namun peralihan ini tidak berjalan mulus. Ketidakstabilan politik membuka jalan bagi Revolusi Komunis di bawah pimpinan Mao Zedong, yang pada akhirnya mendirikan Republik Rakyat Tiongkok pada 1949. Sejak saat itu, Tiongkok menjadi negara komunis dengan sistem politik yang berbeda dari barat.

4. Amerika Serikat

Revolusi Amerika (1765–1783) lahir dari kemarahan koloni-koloni di Amerika terhadap kebijakan Inggris yang menekan. Pajak tinggi, monopoli perdagangan, dan minimnya keterwakilan politik memicu kemarahan rakyat.

Aksi Boston Tea Party menjadi simbol perlawanan, dan pada 1776, 13 koloni menyatakan kemerdekaannya melalui Deklarasi Kemerdekaan. Setelah delapan tahun perang, Inggris akhirnya mengakui kedaulatan Amerika pada 1783. Revolusi ini melahirkan negara demokrasi modern pertama di dunia.

5. Indonesia

Indonesia juga mengalami revolusi besar yang menjadi tonggak berdirinya bangsa. Pada 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dari penjajahan Belanda.

Namun perjuangan belum selesai. Dalam rentang 1945 hingga 1949, Indonesia menghadapi agresi militer Belanda dan tekanan internasional. Revolusi ini melibatkan perlawanan rakyat, diplomasi cerdas, dan tekad yang tak goyah. Akhirnya, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949.

Revolusi Indonesia bukan hanya soal kemerdekaan, tetapi juga soal identitas, harga diri, dan arah baru sebagai negara merdeka. Ia menjadi simbol bahwa revolusi bisa menjadi jalan menuju kedaulatan tanpa harus mengorbankan prinsip kebangsaan.

6. Iran

Revolusi Iran pada 1979 menjadi salah satu revolusi paling dramatis di era modern. Berbeda dari revolusi yang didorong ide demokrasi atau sosialisme, Iran justru menggantinya dengan kekuasaan berbasis agama.

Rakyat Iran bangkit melawan rezim Shah Mohammad Reza Pahlavi yang dianggap korup dan terlalu pro-Barat. Gerakan ini dipimpin oleh Ayatollah Khomeini, seorang ulama yang akhirnya menggantikan Shah dan membentuk Republik Islam Iran.

Sistem baru yang terbentuk menempatkan kekuasaan tertinggi di tangan pemimpin agama, menjadikan Iran sebagai satu-satunya teokrasi besar di dunia hingga kini. Revolusi ini juga mengubah dinamika geopolitik Timur Tengah secara permanen.

7. Mesir

Mesir menjadi negara yang mengalami tiga gelombang revolusi besar dalam sejarah modernnya. Pertama, Revolusi 1952, yang menggulingkan monarki Raja Farouk dan melahirkan Republik Mesir di bawah kepemimpinan Gamal Abdel Nasser.

Kedua, Revolusi 2011, sebagai bagian dari Arab Spring. Rakyat Mesir turun ke jalan menuntut pengunduran diri Presiden Hosni Mubarak yang berkuasa lebih dari 30 tahun. Gerakan ini berhasil membawa perubahan awal, namun demokrasi yang sempat tumbuh tidak bertahan lama.

Ketiga, kudeta militer 2013 terhadap Presiden sipil terpilih Mohamed Morsi. Kudeta ini dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah el-Sisi, dan secara de facto mengembalikan dominasi militer dalam politik Mesir. Meski sebagian menyebutnya sebagai “revolusi gelombang kedua”, banyak pihak menilainya sebagai kemunduran demokrasi. (*)

KEYWORD :

Negara Revolusi Sejarah Gerakan kolektif Demo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :