Senin, 01/09/2025 20:07 WIB

Ekosistem Pendidikan Diimbau Turut Aktif Jaga Keamanan Siber

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) melalui Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin), mendorong keterlibatan aktif ekosistem pendidikan, termasuk guru, peserta didik, dan operator sekolah, dalam menjaga keamanan siber.

Ilustrasi hacker (Foto: EPA)

Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) melalui Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin), mendorong keterlibatan aktif ekosistem pendidikan, termasuk guru, peserta didik, dan operator sekolah, dalam menjaga keamanan siber.

Hal ini disampaikan Kepala Pusdatin Kemdikdasmen, Yudhistira Nugraha, dalam webinar Center of Data and Technology (CDT) Talks edisi kelima dengan tema `Ruang Siber Aman untuk Layanan Pendidikan Berkualitas`.

Talk show ini menghadirkan narasumber dari berbagai lembaga strategis yang membahas aspek regulasi, strategi, dan implementasi sistem keamanan siber, khususnya di sektor pendidikan.

Diskusi menyoroti pentingnya melindungi data, aplikasi, dan infrastruktur pendidikan agar transformasi digital dapat berlangsung secara aman dan berkualitas.

Yudhistira mengatakan tidak ada sistem elektronik yang benar-benar aman, sehingga diperlukan monitoring, pembaruan, dan peningkatan berkelanjutan.

Melalui program seperti Bug Bounty dan Manggala Edu, masyarakat didorong untuk berpartisipasi aktif dalam menguji dan menjaga ketahanan aplikasi pendidikan.

Kementerian juga menerapkan langkah-langkah teknis, regulasi, hingga penguatan organisasi agar perlindungan data tetap sesuai prinsip Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP).

"Cybersecurity bukan hanya tugas para ahli, tetapi tanggung jawab bersama. Semakin kita terhubung dengan internet, semakin besar pula risiko yang harus kita kelola dengan bijak," kata dia pada Senin (1/9).

Deputi Bidang Strategi dan Kebijakan Keamanan Siber dan Sandi, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Marsekal Muda TNI. R. Tjahjo Khurniawan, menekankan komitmen BSSN dalam memperkuat ketahanan siber nasional melalui penerapan regulasi, pengembangan Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI), pembentukan Computer Security Incident Response Team (CSIRT), serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang keamanan siber.

Langkah ini diambil untuk menghadapi dinamika ancaman siber yang terus berkembang, sekaligus memastikan perlindungan infrastruktur informasi vital dan mendukung transformasi digital pemerintah maupun masyarakat.

"Keamanan siber bukan hanya persoalan teknologi, tetapi juga regulasi, sumber daya manusia, dan kesadaran bersama. BSSN berkomitmen untuk menghadirkan ekosistem siber yang aman dan andal demi mendukung kepentingan nasional," ujar dia.

Ketua ACAD-CSIRT, Richardus Eko, menekankan pentingnya menjaga ruang siber yang aman di sektor pendidikan, mengingat pengetahuan merupakan aset paling berharga yang dimiliki perguruan tinggi dan menjadi fondasi daya saing bangsa.

Dengan lebih dari 4.500 kampus di Indonesia, namun hanya sekitar dua puluh yang memiliki sistem keamanan memadai, perguruan tinggi menghadapi risiko besar pencurian data, serangan ransomware, hingga penyalahgunaan informasi pribadi.

Untuk itu, dibentuklah ACAD-CSIRT (Academy Computer Security Incident Response Team) sebagai inisiatif strategis untuk menangani insiden keamanan siber secara reaktif maupun proaktif, sekaligus melatih serta memperkuat ketahanan digital kampus.

Kehadiran ACAD-CSIRT diharapkan mampu menjaga integritas akademik, melindungi pengetahuan, dan mencegah perguruan tinggi menjadi target maupun korban kejahatan siber.

"Pengetahuan adalah harta paling berharga bangsa, jika tidak dijaga dengan baik, maka kita bisa kehilangan masa depan kepada pihak lain yang lebih siap secara digital," kata Richardus.

KEYWORD :

Kemdikdasmen Keamanan Siber Yudhistira Nugraha




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :