Kamis, 28/08/2025 13:38 WIB

Hikmah Perceraian dalam Islam, Pelajaran Spiritual dari Luka dan Harapan

Hikmah perceraian dalam Islam tidak sekadar perpisahan, tapi proses menuju kedewasaan spiritual dan ketenangan hati. Temukan makna dan pelajarannya dalam artikel ini.
 

Ilustrasi Etika Perceraian dalam Islam yang Harus Dipahami (Foto: Pexels/Alex Green)

Jakarta, Jurnas.com - Perceraian (ṭalāq, الطلاق) kerap dipandang sebagai kegagalan, luka, atau jalan terakhir dari sebuah ikatan suci bernama pernikahan. Namun dalam Islam, perceraian bukan akhir dari segalanya, melainkan bagian dari takdir yang jika dijalani dengan iman, bisa menghadirkan pelajaran besar.

Allah SWT tidak menutup pintu keberkahan bagi mereka yang berpisah. Dalam Al-Qur’an, Surah An-Nisa ayat 130, Allah berfirman:

"Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masing dari karunia-Nya."
(QS. An-Nisa: 130)

Ayat ini menjadi penegas bahwa perceraian bukanlah kehancuran, melainkan bagian dari takdir yang tetap berada dalam naungan rahmat-Nya. Dalam ketetapan itu, Allah menjanjikan kecukupan dan kelapangan bagi mereka yang berpisah dengan cara yang benar.

Banyak yang tidak menyadari bahwa perceraian pun bisa menjadi cermin ujian hidup. Dalam proses itu, sabar dan ikhlas bukan hanya nilai, melainkan bekal untuk tetap berdiri meski runtuh dari dalam.

Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa orang beriman akan selalu berada dalam kebaikan, selama ia mampu bersabar atas ujian dan bersyukur atas nikmat. Maka, menghadapi perceraian dengan sabar bukan berarti menolak kenyataan, melainkan menerima takdir tanpa memutus harapan.

Ikhlas pun menjadi pelengkap dari kesabaran yang sejati. Dengan ikhlas, seseorang belajar melepas tanpa dendam, dan melangkah tanpa membawa beban masa lalu.

Islam tidak memaksa seseorang untuk terus bertahan dalam pernikahan yang menyiksa batin. Justru ketika perceraian menjadi satu-satunya jalan agar keduanya bisa kembali hidup bermartabat, maka keputusan itu bisa menjadi bentuk kasih sayang.

Dari keputusan yang berat itu, banyak orang justru menemukan kembali jati dirinya. Tak sedikit pula yang akhirnya lebih dekat dengan Allah, setelah sebelumnya terlalu sibuk menjaga hubungan yang tidak lagi sehat.

Rasa kehilangan yang menyertai perpisahan bisa menjadi ruang untuk merenung dan tumbuh. Dalam keheningan itu, seseorang mungkin akan memahami bahwa tidak semua yang retak harus dipaksa utuh.

Islam memberikan ruang pemulihan pasca perceraian, tidak hanya dalam hukum tetapi juga dalam bimbingan spiritual. Doa dan dzikir menjadi cara menenangkan hati, sementara ilmu agama menjadi pelita dalam gelapnya masa transisi.

Kehangatan keluarga dan lingkaran sahabat juga memainkan peran penting dalam menjaga keteguhan jiwa. Di sisi lain, sedekah dan amal baik membuka pintu rezeki serta menjadi penawar kesempitan hati.

Semua proses itu membentuk pelajaran bahwa perceraian bukan hanya soal perpisahan, tapi tentang bagaimana seseorang belajar memahami hidup dari sisi yang lebih dalam. Dari pengalaman itu, muncul kesadaran bahwa hidup bukan hanya tentang bertahan, tapi juga tentang tahu kapan harus melepaskan.

Islam mengajarkan bahwa segala yang terjadi, jika disikapi dengan iman dan adab, akan berujung pada kebaikan. Maka, perceraian bukanlah kegagalan hidup, melainkan jembatan menuju kehidupan baru yang lebih baik.

Ketika seseorang mampu menerima kenyataan dan memaknainya dengan lapang dada, saat itulah kebangkitan dimulai. Karena sesungguhnya, Allah tidak menciptakan luka tanpa maksud, dan tidak mengambil tanpa mengganti dengan yang lebih layak. (*)

KEYWORD :

Hikmah Perceraian Islam Hukum Perceraian Etika perceraian




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :