Rabu, 27/08/2025 20:21 WIB

Waspada! 5 Tips Tidur Ini Justru Bisa Memperburuk Insomnia Menurut Pakar

Menurut pakar tidur dan peneliti dari Royal Holloway, University of London, Kirsty Vant, beberapa tips yang populer justru bisa memperburuk insomnia. Terutama bagi mereka yang sudah kesulitan tidur, strategi ini bisa menciptakan tekanan baru dan memperkuat siklus gelisah di malam hari.

Ilustrasi sedang insomnia (Foto: Pexels/Andrea Piacquadio)

Jakarta, Jurnas.com - Kualitas tidur yang baik terbukti penting bagi kesehatan jantung, daya tahan tubuh, fungsi otak, hingga kestabilan emosi. Tak heran, banyak orang berlomba-lomba memperbaiki pola tidur dengan menerapkan "sleep hygiene" atau serangkaian kebiasaan sehat demi tidur lebih nyenyak.

Namun, menurut pakar tidur dan peneliti dari Royal Holloway, University of London, Kirsty Vant, beberapa tips yang populer justru bisa memperburuk insomnia. Terutama bagi mereka yang sudah kesulitan tidur, strategi ini bisa menciptakan tekanan baru dan memperkuat siklus gelisah di malam hari.

Berikut lima tips tidur yang ternyata bisa jadi bumerang bagi penderita insomnia:

1. Menghabiskan Lebih Banyak Waktu di Tempat Tidur

Salah satu kesalahan umum adalah menghabiskan lebih banyak waktu di tempat tidur dengan harapan bisa “mengejar” tidur. Padahal, semakin lama tubuh terjaga di ranjang, semakin kuat asosiasi antara tempat tidur dan ketegangan, bukan rasa kantuk.

Karena itu, pendekatan yang lebih efektif justru dengan membatasi waktu di tempat tidur dan menjaga waktu bangun tetap konsisten. Strategi ini dapat memperkuat tekanan tidur alami tubuh dan memulihkan kembali fungsi tempat tidur sebagai sinyal untuk beristirahat.

2. Larangan Total Penggunaan Layar Sebelum Tidur

 Selain itu, anjuran untuk menghindari layar sebelum tidur juga bisa berdampak sebaliknya. Banyak penderita insomnia memegang ponsel bukan karena tergoda cahaya biru, melainkan karena tidak tahu harus melakukan apa saat terjaga di malam hari.

Dalam kondisi seperti ini, penggunaan layar secara bijak bisa membantu mengurangi kecemasan yang memicu sulit tidur. Konten yang menenangkan, seperti podcast atau dokumenter ringan, bisa menjadi distraksi yang justru membantu tubuh lebih rileks.

3. Menghindari Kafein Sepenuhnya

Kebiasaan lain yang kerap disalahartikan adalah menghindari kafein secara total. Meskipun kafein bisa mengganggu tidur jika dikonsumsi sore atau malam, tidak semua orang perlu menghapusnya sepenuhnya dari rutinitas.

Bagi sebagian orang, kopi di pagi hari justru membantu mengurangi kantuk berlebihan dan menjaga ritme sirkadian tubuh tetap stabil. Karena itu, memahami respons tubuh terhadap kafein jauh lebih penting ketimbang mengikuti aturan umum.

4. Terlalu Terobsesi Meningkatkan Kualitas Tidur

Di sisi lain, tren "mengoptimalkan" tidur lewat alat pelacak, aplikasi, atau produk khusus juga bisa menjadi bumerang. Upaya obsesif untuk mendapatkan tidur sempurna telah memunculkan fenomena orthosomnia — kecemasan karena terlalu fokus pada kualitas tidur.

Masalahnya, tidur adalah fungsi biologis yang tidak bisa dipaksakan. Terlalu banyak usaha justru membuat pikiran waspada dan menghambat proses tidur alami itu sendiri.

5. Mengharapkan Pola Tidur yang Selalu Konsisten

Kesalahan lain yang sering terjadi adalah mengharapkan jumlah jam tidur yang konsisten setiap malam. Padahal, tidur manusia bersifat adaptif dan dipengaruhi banyak faktor seperti stres, usia, dan kondisi lingkungan.

Menuntut diri untuk tidur sempurna setiap malam hanya akan memperkuat rasa gagal saat hal itu tidak tercapai. Justru dengan memahami bahwa variasi dalam pola tidur adalah hal normal, tekanan terhadap diri sendiri bisa berkurang.

Lebih jauh, banyak orang dengan insomnia merasa disalahkan atas kondisinya karena budaya sleep hygiene kerap menyiratkan bahwa tidur sepenuhnya bisa dikendalikan. Padahal, tidak semua orang memiliki kemampuan untuk bisa tidur dengan mudah.

Lantas bagaimana cara mengatasi masalah insomnia? Untuk itu, pendekatan yang lebih efektif adalah mencari penanganan berbasis bukti. Terapi perilaku kognitif untuk insomnia (CBT-I) telah diakui secara luas sebagai metode psikologis paling efektif untuk mengatasi gangguan tidur ini.

Selain terapi, tersedia juga pengobatan terbaru seperti orexin receptor antagonists yang bekerja dengan memblokir sistem pemicu bangun di otak. Obat-obatan seperti suvorexant, lemborexant, dan daridorexant menunjukkan hasil positif dalam membantu pasien tidur lebih cepat dan lebih lama.

Jadi, insomnia bukan sekadar akibat dari kebiasaan buruk atau kurang disiplin. Ini adalah kondisi medis yang kompleks dan bisa ditangani, asal pendekatannya tepat dan tidak terjebak pada mitos yang menyesatkan. (*)

Sumber: Science Alert

KEYWORD :

Insomnia Kualitas tidur Tips tidur nyenyak cara mengatasi insomnia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :