Selasa, 26/08/2025 21:19 WIB

Mengenal Sesar Lembang, Patahan Aktif yang Berpotensi Guncang Bandung dan Sekitarnya

Dalam dua bulan terakhir, rentetan gempa kecil terjadi di sekitar jalur Sesar Lembang, Jawa Barat. Meski belum menimbulkan kerusakan, fenomena ini menjadi sinyal awal meningkatnya aktivitas seismik di patahan aktif tersebut.

Ilustrasi - Mengenal Sesar Lembang, Patahan Aktif yang Berpotensi Guncang Bandung dan Sekitarnya (Foto: BMKB/RRI)

Jakarta, Jurnas.com - Di balik udara sejuk dan lanskap pegunungan yang memesona, kawasan Bandung Raya dan sekitarnya menyimpan potensi bencana geologis yang tidak bisa diabaikan. Sesar Lembang, patahan aktif sepanjang 29 kilometer, membentang melintasi sejumlah kawasan padat penduduk dari Kabupaten Bandung Barat hingga Sumedang.

Dalam dua bulan terakhir, rentetan gempa kecil terjadi di sekitar jalur Sesar Lembang, Jawa Barat. Meski belum menimbulkan kerusakan, fenomena ini menjadi sinyal awal meningkatnya aktivitas seismik di patahan aktif tersebut.

Sesar Lembang merupakan patahan sepanjang 29 kilometer yang membentang dari Lembang, Cimahi, Kota Bandung, hingga Jatinangor, Sumedang. Keberadaannya menjadi perhatian serius karena melintasi kawasan padat penduduk dan wilayah strategis di Bandung Raya.

Dikutip dari laman PPID Cimahi, patahan ini dikenal sebagai salah satu sumber gempa potensial terbesar di Jawa Barat. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan bahwa sesar ini bisa memicu gempa berkekuatan antara 6,8 hingga 7 magnitudo.

Yang membuatnya lebih kompleks, Sesar Lembang terbagi menjadi dua segmen utama: bagian barat dan timur. Perbedaan karakteristik masing-masing segmen berpotensi menghasilkan guncangan dengan skala dan dampak yang berbeda saat terjadi pergeseran.

Tidak hanya itu, data terbaru dari Pusat Penelitian Geoteknologi BRIN menunjukkan bahwa pergerakan sesar ini mengalami peningkatan. Jika sebelumnya laju pergeserannya tercatat sekitar dua hingga empat milimeter per tahun, kini naik menjadi 3 hingga 5,5 milimeter per tahun.

Perubahan ini menunjukkan bahwa aktivitas tektonik di sekitar sesar semakin aktif dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini sekaligus memperkuat urgensi mitigasi bencana di kawasan yang dilaluinya.

Sesar Lembang melintasi wilayah strategis seperti Lembang, Cimahi, Kota Bandung, hingga Jatinangor, yang semuanya merupakan pusat pertumbuhan ekonomi dan pendidikan. Dengan padatnya populasi di sekitar jalur sesar, potensi kerusakan akibat gempa bisa berdampak luas jika tidak diantisipasi sejak dini.

Temuan terbaru juga mengoreksi panjang sesar yang sebelumnya hanya diperkirakan 22 kilometer, menjadi 29 kilometer. Koreksi ini penting karena menentukan skala ancaman dan cakupan wilayah terdampak bila terjadi gempa besar.

Secara geologis, patahan ini terbentuk dari proses panjang akibat ekstrusi magma ke permukaan bumi yang kemudian mengisi lembah purba. Seiring waktu, tumbukan lempeng atau gaya tektonik konvergen mendorong sebagian tanah naik, membentuk dinding patahan yang kini dikenal sebagai tebing curam khas Lembang.

Fenomena ini menjelaskan mengapa topografi kawasan Lembang memiliki kemiringan tajam dan kontur tanah yang tidak stabil. Kombinasi antara faktor geologi dan pertumbuhan pembangunan menjadikan kawasan ini semakin rentan terhadap bencana.

Di tengah pertumbuhan pesat pemukiman dan infrastruktur, banyak bangunan masih berdiri tanpa mempertimbangkan potensi kegempaan. Kurangnya kesadaran masyarakat serta minimnya penerapan standar bangunan tahan gempa menambah kompleksitas persoalan.

Meski pemerintah dan lembaga terkait telah melakukan sejumlah upaya mitigasi, edukasi kebencanaan perlu menjangkau semua lapisan masyarakat. Sebab, kesiapsiagaan kolektif sangat menentukan tingkat kerentanan saat bencana terjadi. (*)

KEYWORD :

Sesar Lembang patahan lembang gempa bumi Mitigasi bencana




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :