Senin, 25/08/2025 18:56 WIB

Hari Perumahan Nasional, Warisan Bung Hatta Wujudkan Hunian Layak bagi Rakyat

Setiap 25 Agustus, bangsa Indonesia memperingati Hari Perumahan Nasional (Hapernas) sebagai bentuk penghormatan atas perjuangan panjang mewujudkan hunian layak bagi seluruh rakyat.

Perumahan Untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). (Biro Humas Kementerian PUPR)

Jakarta, Jurnas.com - Setiap 25 Agustus, bangsa Indonesia memperingati Hari Perumahan Nasional (Hapernas) sebagai bentuk penghormatan atas perjuangan panjang mewujudkan hunian layak bagi seluruh rakyat. Peringatan ini berakar dari sejarah penting Kongres Perumahan Rakyat Sehat yang dibuka oleh Wakil Presiden pertama RI, Mohammad Hatta, pada 25 Agustus 1950.

Dikutip dari berbagai sumber, kongres yang berlangsung di Bandung itu menjadi titik tolak gagasan besar bahwa penyediaan perumahan bukanlah angan-angan semu. Dalam pidatonya, Bung Hatta menegaskan bahwa kebutuhan perumahan rakyat bisa diwujudkan jika dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan kerja keras.

Semangat inilah yang kemudian diabadikan secara resmi pada 6 Agustus 2008 melalui Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 46/KPTS/M/2008. Sejak saat itu, tanggal 25 Agustus ditetapkan sebagai Hari Perumahan Nasional dan diperingati setiap tahun.

Peringatan Hapernas bukan hanya seremoni tahunan, tetapi refleksi kolektif seluruh pemangku kepentingan sektor perumahan. Rumah dipahami bukan sekadar bangunan fisik, melainkan awal dari peradaban dan identitas sebuah bangsa.

Sebagai bagian dari rangkaian peringatan, Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait bersama keluarga Bung Hatta dan tokoh senior perumahan melaksanakan ziarah ke makam Bung Hatta di TPU Tanah Kusir, Jakarta, pada 24 Agustus 2025. Ziarah ini menjadi tradisi tahunan yang menguatkan kembali nilai-nilai perjuangan Bung Hatta dalam urusan papan.

Dikutip dari laman Kementerian Perumahan, dalam sambutannya, Menteri Ara menggarisbawahi pentingnya meneruskan visi Bung Hatta dalam konteks kekinian. Ia menyebut bahwa kebutuhan perumahan rakyat hanya bisa diwujudkan melalui keberpihakan nyata, kerja konkret, dan keberlanjutan kebijakan.

Ara juga menyebutkan bahwa seluruh pendahulunya telah meletakkan dasar yang kuat, dan ia hanya menambahkan langkah-langkah strategis untuk memperluas dampak. Beberapa di antaranya termasuk percepatan PBG dan BPHTB gratis, kelanjutan PPNDTP, serta skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) Perumahan senilai Rp130 triliun yang belum pernah ada sebelumnya.

Pemerintah juga mencatatkan capaian penting dengan meningkatnya kuota rumah subsidi menjadi 350 ribu unit pada 2025. Bahkan, Menteri Ara menargetkan peningkatan kuota hingga 500 ribu unit pada tahun depan sebagai bentuk akselerasi pemerataan perumahan.

Upaya ini didasarkan pada kenyataan bahwa masih ada sekitar 9,9 juta warga Indonesia yang belum memiliki rumah. Oleh karena itu, rumah subsidi dinilai sebagai solusi paling relevan karena menawarkan bunga tetap dan harga yang dapat dijangkau rakyat kecil.

Tidak hanya menyasar yang belum punya rumah, pemerintah juga melanjutkan program BSPS untuk renovasi rumah tidak layak huni. Tahun ini, alokasi BSPS meningkat dari 38 ribu menjadi 45 ribu unit, dan tahun depan direncanakan mencapai 400 ribu unit.

Kementerian PKP juga akan memberikan penghargaan bagi tokoh-tokoh yang telah berjasa dalam mendorong ketersediaan hunian layak. Ini merupakan bentuk apresiasi sekaligus pengingat bahwa sektor perumahan adalah kerja lintas generasi.

Putri Bung Hatta, Meutia Hatta, yang hadir dalam kegiatan tersebut, menyampaikan bahwa ayahnya selalu menekankan rumah sebagai kebutuhan dasar, sejajar dengan sandang dan pangan. Ia menyambut baik komitmen pemerintah yang kini juga menyasar pekerja nonformal seperti ART agar bisa menikmati rumah subsidi.

Meutia menilai bahwa rumah bukan hanya persoalan tempat tinggal, melainkan fondasi martabat keluarga dan simbol persatuan bangsa. Ia mengapresiasi perkembangan sektor perumahan yang terjadi dalam waktu singkat dan meyakini bahwa kemajuan bisa dicapai jika pemerintah terus bekerja dengan hati.

Ziarah ke makam Bung Hatta yang dilakukan setiap tahun pun dianggap sebagai langkah penting untuk menjaga semangat perjuangan tetap hidup. Melalui peringatan Hapernas, warisan Bung Hatta tidak hanya dikenang, tetapi dijalankan dengan aksi nyata.

Hari Perumahan Nasional bukan hanya mengenang masa lalu, tetapi juga mengarahkan pandangan ke masa depan. Dengan kerja sama lintas sektor, visi besar menyediakan hunian layak bagi seluruh rakyat Indonesia bukan lagi sekadar wacana. (*)

KEYWORD :

Hari Perumahan Nasional Bung Hatta Hunian Layak Rakyat Indonesia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :