
Artis Irish Bella lari matahon. (Foto; Jurnas/Instagram).
Jakarta, Jurnas.com - Selama ini, lari kerap dicap sebagai olahraga yang merusak lutut. Namun, menurut para ahli, anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Justru sebaliknya: lari dapat memberikan manfaat besar bagi kesehatan lutut, bahkan bisa membantu mencegah kerusakan sendi di masa depan.
Memang benar, lari termasuk aktivitas berdampak tinggi. Saat berlari, lutut menanggung beban hingga tiga kali berat badan. Namun, tubuh manusia — termasuk sendi lutut — dirancang untuk bergerak dan beradaptasi dengan tekanan tersebut.
“Tubuh kita bukan benda mati yang aus seiring waktu. Ia adalah sistem hidup yang justru butuh tekanan untuk tetap kuat,” kata Hunter Bennett, dosen Ilmu Olahraga di University of South Australia.
Penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang tidak aktif dalam waktu lama, seperti saat tirah baring, tulang dan tulang rawan mereka justru melemah. Artinya, kurangnya beban bisa mempercepat penurunan fungsi sendi.
Sebaliknya, aktivitas seperti lari mendorong pertumbuhan jaringan yang lebih kuat. Pelari terbukti memiliki tulang yang lebih padat dan tulang rawan lutut yang lebih tebal dibandingkan orang yang tidak berlari.
Meskipun lari bisa membuat tulang rawan lutut tampak menipis sementara, ketebalannya akan kembali normal dalam hitungan jam. Proses ini diyakini membantu distribusi nutrisi dalam sendi yang mendukung regenerasi jaringan.
Lebih lanjut, temuan ini mendukung teori bahwa lari justru melindungi lutut dari risiko jangka panjang seperti osteoartritis. Meski begitu, para peneliti masih membutuhkan studi lanjutan untuk memastikan hubungan kausal secara menyeluruh.
Namun yang menarik, kekhawatiran terhadap lari kerap muncul seiring tingginya angka cedera di kalangan pelari. Sekitar separuh pelari dilaporkan mengalami cedera setiap tahunnya, dan lutut menjadi salah satu titik rawan.
Kendati demikian, sebagian besar cedera ini bukan disebabkan oleh aktivitas larinya, melainkan pola latihan yang tidak tepat. Beban yang meningkat terlalu cepat tanpa jeda adaptasi menjadi pemicu utamanya.
Hal ini menunjukkan bahwa manajemen beban adalah kunci utama dalam menjaga tubuh tetap aman saat mulai berlari. Tubuh perlu waktu untuk menyesuaikan diri terhadap intensitas baru.
Itulah mengapa penting bagi pemula untuk memulai dengan perlahan, mengombinasikan jalan dan lari secara bertahap. Dengan cara ini, risiko cedera bisa ditekan tanpa harus menghindari olahraga itu sendiri.
Menariknya, lari juga dinilai aman untuk dilakukan di usia lanjut. Sebuah studi tahun 2020 menunjukkan bahwa lansia yang memulai latihan intensitas tinggi mengalami peningkatan kekuatan, tanpa efek negatif pada sendi.
Karena latihan semacam itu memberikan tekanan yang lebih besar dari lari, maka berlari di usia tua diperkirakan juga aman asalkan dilakukan secara bertahap. Ini memberi harapan bahwa tidak ada kata terlambat untuk mulai bergerak.
Agar lebih aman, beberapa hal bisa diperhatikan seperti memilih permukaan rumput saat memulai, dan menjaga asupan nutrisi yang cukup untuk pemulihan. Keseimbangan asupan kalori, protein, kalsium, dan vitamin D juga turut berperan dalam mencegah cedera.
Dengan pendekatan yang tepat, manfaat lari jauh melebihi risiko yang mungkin muncul. Kesehatan jantung, metabolisme, dan bahkan suasana hati ikut terdampak positif. (*)
Sumber: Earth, Theconversation
KEYWORD :Manfaat lari Kesehatan lutut Sendi lutut kesehatan sendi lutut mitos tentang lari