
Ilustrasi sedang mendengarkan musik (Foto: Pexels/Andrea Piacquadio)
Jakarta, Jurnas.com - Musik bukan hanya soal nada dan irama. Ia juga menyimpan kekuatan untuk membuka pintu kenangan lama, lengkap dengan emosi yang menyertainya. Dari satu bait lagu, seseorang bisa langsung teringat pada pesta masa kecil, kencan pertama, atau malam sunyi yang membekas dalam ingatan.
Penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal PLOS One membuktikan bahwa elemen-elemen musik seperti tempo, energi, dan tingkat akustik dapat memengaruhi cara seseorang mengingat masa lalu. Studi ini dilakukan oleh dua peneliti dari Inggris, Safiyyah Nawaz dan Diana Omigie.
Dilansir dari laman Erath, penelitian tersebut melibatkan 233 partisipan yang diminta membagikan kenangan pribadi mereka terhadap dua jenis lagu. Pertama, lagu yang mereka pilih sendiri; kedua, lagu populer dari masa muda mereka.
Skandal Selingkuh CEO Astronomer, Chris Martin Cuek Pertahankan Kamera Ciuman di Konser Coldplay
Setelah mengumpulkan lebih dari 1.400 cerita, tim peneliti menganalisis pola hubungan antara karakteristik musik dan jenis emosi yang muncul dari memori tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa setiap kualitas dalam musik membawa dampak yang berbeda terhadap jenis dan kedalaman kenangan.
Lagu dengan energi rendah dan nuansa akustik tinggi, seperti Clair de Lune karya Debussy, cenderung memunculkan kenangan yang tenang, reflektif, dan penuh nuansa emosional seperti romansa atau kesedihan. Kenangan ini sering kali bersifat pribadi, unik, dan mendalam, meskipun tidak selalu berkaitan dengan pengalaman sosial.
Sebaliknya, lagu dengan tempo cepat dan energi tinggi seperti Trap Queen dari Fetty Wap memicu memori yang lebih sosial, menyenangkan, dan penuh semangat. Partisipan mengaku kenangan semacam ini muncul lebih cepat dibandingkan kenangan yang dibangkitkan oleh lagu yang lebih lembut.
Yang menarik, lagu yang dipilih sendiri oleh partisipan justru memunculkan emosi yang lebih kuat dibanding lagu populer. Hal ini disebabkan adanya keterikatan emosional dan relevansi pribadi terhadap lagu tersebut, yang sering kali terkait dengan momen penting dalam hidup.
Temuan ini menguatkan pandangan bahwa hubungan emosional terhadap lagu jauh lebih berpengaruh dibanding popularitas semata. Musik yang bermakna secara personal mampu bertindak sebagai jembatan menuju kenangan terdalam seseorang.
Para peneliti juga melihat potensi musik sebagai alat terapi, terutama bagi penderita demensia atau Alzheimer. Dalam konteks terapi memori, musik yang punya ikatan emosional dengan pasien dapat mempermudah akses ke ingatan yang telah terkubur.
Untuk memperluas dampak penelitian, Nawaz dan timnya meluncurkan arsip daring berisi kenangan musik dari berbagai partisipan. Proyek ini bertujuan menjadi wadah global untuk memahami hubungan antara musik dan memori lintas budaya.
Diana Omigie menambahkan bahwa bukan hanya karakter musik yang penting, tetapi juga sejauh mana seseorang menyukai dan mengenal lagu tersebut. Semakin besar kedekatannya, semakin kuat pula efek emosional yang ditimbulkan oleh musik itu.
Kesimpulannya, musik bukan hanya kumpulan nada yang menyenangkan telinga, tapi juga medium yang mampu menyentuh inti dari pengalaman manusia. Lewat melodi, kita tak hanya mendengar—kita mengingat, merasakan, dan kembali pulang ke masa lalu. (*)
KEYWORD :Musik Memori Psikologi musik Terapi musik Kenangan Emosional Studi musik